Berdoa pada Waktu yang Ditentukan untuk Berdoa Setiap Waktu
01 Januari 2024
Hadiah Terbesar
05 Januari 2024
Berdoa pada Waktu yang Ditentukan untuk Berdoa Setiap Waktu
01 Januari 2024
Hadiah Terbesar
05 Januari 2024

Orang Kristen Juga Memerlukan Injil

Sekitar dua puluh tahun yang lalu, saya berbicara di sebuah konferensi di Iowa bersama Jerry Bridges. Dalam sebuah sesi terpisah, saya duduk di belakang dan mendengarkan dia menjelaskan mengapa orang Kristen juga membutuhkan Injil. Ini adalah sebuah wawasan yang baru saja ia dapatkan, demikian pengakuannya. Dalam edisi berikutnya dari bukunya Disciplines of Grace, ia menambahkan wawasan ini. Saya harus mengakui bahwa saya sering memikirkannya sejak saat itu.

Dalam taraf tertentu, pernyataan tersebut tampak jelas. Tentu saja orang Kristen membutuhkan Injil setiap hari. Bagaimana tidak? Ketika Paulus menulis kepada jemaat di Roma, ia memulai dengan mengatakan, “Itulah sebabnya aku ingin memberitakan Injil kepada kamu juga yang tinggal di Roma” (Rm. 1:15). Surat ini ditujukan kepada orang-orang yang mengaku Kristen di Roma yang, menurut Paulus, perlu mendengar Injil lagi. Ia menutup suratnya dengan kata-kata ini: “Bagi Dia, yang berkuasa menguatkan kamu—menurut Injil yang kumasyhurkan dan pemberitaan tentang Yesus Kristus” (16:25). Injil menguatkan orang Kristen. Demikian pula, ia menulis kepada jemaat Korintus yang sedang bermasalah: “Sekarang, Saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan kepadamu dan yang kamu terima, dan yang di dalamnya kamu teguh berdiri” (1 Kor. 15:1). Orang-orang Kristen di Korintus perlu diingatkan akan Injil. Dengan cara yang sama, Paulus berpendapat bahwa jemaat di Galatia berada dalam bahaya “mengikuti suatu injil lain” (yang sebenarnya bukan Injil) dan dengan demikian mereka mendistorsi Injil (Gal. 1:6-7). Rupanya jemaat di Galatia membutuhkan lebih dari sekadar pengingat akan isi Injil yang sejati. Mereka telah secara aktif mulai mengubah Injil menjadi sesuatu yang lain.

Ada beberapa alasan mengapa orang Kristen membutuhkan Injil. Kita akan menguraikan empat di antaranya di sini.

Pertama, orang Kristen membutuhkan Injil untuk menyembuhkan hati nurani yang menghakimi. Kadang-kadang hati nurani yang buruk dapat disebabkan oleh jiwa yang terlalu sensitif. Pelanggaran yang paling kecil dapat membuat seseorang jatuh ke dalam kegelapan dan keputusasaan. Rasul Yohanes membahas masalah ini dalam suratnya yang pertama: “Demikianlah kita ketahui bahwa kita berasal dari kebenaran dan boleh menenangkan hati kita di hadapan Allah, bilamana hati kita menuduh kita. Sebab, Allah lebih besar daripada hati kita serta mengetahui segala sesuatu” (1 Yoh. 3:19-20). Sangatlah mungkin bagi hati nurani kita untuk menghalangi keyakinan; hati kita menghakimi kita sementara Injil mengampuni kita. Yohanes menyediakan obatnya: pemakaian obat dari Injil yang lebih besar daripada hati kita. Hati nurani yang menghakimi (sebelum atau sesudah kelahiran kembali secara rohani) haruslah memandang pada Kristus dan menerima pengampunan-Nya. Dalam kata-kata Joseph Hart, “janganlah hati nurani membuatmu tertahan” (dari lagu pujian “Datanglah Kamu yang Berdosa, yang Miskin, dan yang Membutuhkan” [NRM 62 “Mari Orang yang Berdosa”]).

Kedua, orang Kristen membutuhkan Injil untuk mencegah ancaman legalisme yang selalu ada. Secara singkat, legalisme muncul dalam tiga cara: ketika kita taat demi hukum hati nurani yang tidak secara eksplisit ditetapkan dalam Alkitab, ketika kita menaati hukum demi hati nurani yang termasuk dalam perjanjian yang lama tetapi tidak di dalam perjanjian yang baru, dan ketika ketaatan pada hukum Allah dipandang sebagai sarana pembenaran kita. Ketika, misalnya, orang-orang Kristen Galatia non-Yahudi ditipu oleh pernyataan bahwa sunat itu perlu, Paulus tanpa membuang waktu berseru:

Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapa yang telah mempesonakan kamu? Bukankah Yesus Kristus yang disalibkan itu telah diterangkan dengan jelas di depanmu? Hanya ini yang hendak kuketahui dari kamu: Apakah kamu telah menerima Roh karena melakukan hukum Taurat atau karena percaya kepada pemberitaan Injil? Apakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, apakah sekarang kamu mau mengakhirinya di dalam daging? Sia-siakah begitu banyak derita yang telah kamu alami itu? Bagaimana mungkin sia-sia! (Gal. 3:1-4)

Ketaatan pada hukum Allah sebagai jalan menuju kekudusan perlu dilakukan. Akan tetapi, jika ketaatan itu dimotivasi oleh hal lain selain rasa syukur atas keselamatan kita, maka itu adalah semangat legalisme. Semangat seperti itu mengatakan bahwa kita diselamatkan oleh Yesus Kristus ditambah bukti kekudusan kita.

Ketiga, orang Kristen membutuhkan Injil untuk mengempiskan masalah kesombongan. Agustinus menyatakan bahwa kesombongan adalah inti dari dosa. J.I. Packer menulis:

Kerendahan hati adalah hasil dari pertobatan yang terus-menerus ketika seseorang memutuskan untuk melawan, berbalik dari, dan, dengan berjaga-jaga dan berdoa, berusaha menjauhi kesombongan dalam segala bentuknya. Lagi pula, karena peperangan melawan kesombongan di dalam hati berlangsung seumur hidup, maka kerendahan hati harus menjadi sikap hidup yang semakin mengakar untuk melayani Allah dan sesama—sebuah sikap yang seharusnya semakin ditunjukkan oleh orang-orang Kristen veteran. Pertumbuhan rohani yang sejati bisa dikatakan selalu bertumbuh ke bawah, menuju kerendahan hati yang lebih dalam, yang akan menjadi semakin dan semakin nampak dalam jiwa-jiwa yang sehat seiring dengan bertambahnya usia.

Injil adalah pengingat mengapa kita perlu diselamatkan—dosa-dosa kita di masa lalu, sekarang, dan di masa depan. Mengingatkan orang-orang Kristen bahwa mereka, seperti yang dikatakan Martin Luther, simul justus et peccator (dibenarkan dan tetap orang berdosa) akan membuat Injil menjadi lebih manis setiap hari.

Keempat, orang Kristen membutuhkan Injil untuk memiliki kehidupan yang penuh sukacita. Paulus memerintahkan jemaat di Filipi untuk “bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” (Flp. 4:4). Sukacita adalah buah Roh (Gal. 5:22) dan tampaknya menjadi ide utama dalam surat Filipi. Menulis dari sel penjara, Rasul Paulus menolak untuk membiarkan keadaan mendikte arah jiwanya. Malaikat memberi tahu para gembala tentang makna inkarnasi Yesus: “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk segala bangsa” (Lukas 2:10). Injil membawa sukacita setiap hari yang tidak dapat diberikan oleh hal lain.


Artikel ini awalnya diterbitkan di Majalah Tabletalk.
Derek W.H. Thomas
Derek W.H. Thomas
Dr. Derek W.H. Thomas adalah pendeta senior di First Presbyterian Church di Columbia, South Carolina, dan Chancellor Professor bidang Teologi Sistematika dan Teologi Pastoral di Reformed Theological Seminary. Ia adalah salah satu dewan pengajar Pelayanan Ligonier dan penulis dari banyak buku, termasuk How the Gospel Brings Us All the Way Home.