


3 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Kitab Obaja
13 Maret 2025


3 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Kitab Amos
20 Maret 20253 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Kitab Yunus


Petualangan Yunus adalah salah satu kisah yang paling dikenal di dalam Alkitab. Tanyalah seorang anak di gereja apa isi cerita tersebut, maka Anda akan mendapatkan jawaban yang jelas. Hal ini mungkin tidak terjadi seandainya Anda bertanya tentang nabi kecil yang lain, seperti Habakuk. Namun, meski kitab Yunus akrab dalam ingatan, kitab ini tidak selalu dimengerti dengan baik. Nabi yang keras kepala dan ikan besar bukanlah inti pembahasannya. Sebaliknya, kitab tersebut—yang berakhir dengan sebuah tanda tanya—menuntut perenungan cermat tentang arti hidup kita dalam terang kemuliaan dan anugerah Allah.
1. Kitab Yunus dapat menolong kita mengikuti Allah dengan taat.
Yunus menawarkan sebuah lokakarya tentang bagaimana cara untuk tidak menanggapi Allah yang harus ditaati. Kitab tersebut menyingkapkan Tuhan sebagai yang berdaulat. Ia tidak memberi anjuran, melainkan perintah. Bahkan para awak kapal pagan mengakui kemahakuasaan Allah dan berkata, “Engkau, TUHAN, telah berbuat seperti yang Kaukehendaki” (Yun. 1:14). Allah bertindak dengan tegas. Ia “menurunkan angin ribut” (Yun. 1:4). “Atas penentuan TUHAN datanglah seekor ikan besar” (Yun. 1:17). Kisah ini jelas berada dalam kendali Allah.
Perintah-perintah Allah jelas. Instruksi-instruksi-Nya yang sederhana hampir terdengar seperti Ia sedang berbicara kepada seorang anak: “Bangunlah”, “pergilah”, dan “serukanlah”. Yunus tidak taat bukan karena ia kekurangan informasi, merasa terburu-buru, atau merasa tertekan oleh pengaruh-pengaruh dari luar. Ia hanya tidak mau taat saja, dan pembangkangannya memicu bencana. Dengan pemberontakan kita, kita pun dengan sengaja menolak berkat Allah dan mengundang tangan-Nya menekan kita dengan keras.
Akan tetapi, meskipun ketaatan adalah salah satu bukti dari perilaku agama yang sejati, ketundukan mengalir dari hati yang mengasihi Allah. Yunus menyombongkan kualifikasi agamawinya dan menyemburkan pemahaman teologi yang baik, tetapi ia melebih-lebihkan rasa takutnya akan Allah (Yun. 1:9). Di dalam hatinya, dan melalui tindakannya, ia lari “jauh dari hadapan TUHAN” (Yun. 1:3, 10). Yunus sakit secara rohani. Dari doanya yang terdengar saleh tetapi meninggikan diri dari dalam perut ikan besar hingga ledakan amarahnya menjelang akhir dari kitab tersebut, hati Yunus perlu diubahkan seperti perubahan yang menandai kebangunan rohani penduduk Niniwe.
Ketaatan angin, gelombang laut, tumbuh-tumbuhan, binatang, dan bahkan orang-orang pagan dengan tajam bertolak belakang dengan kemauan keras nabi yang sombong itu. Biarlah dia menjadi peringatan bagi kita.
2. Kitab Yunus adalah sebuah buku panduan misi.
Hal ini mungkin tampak jelas atau mengejutkan. Jelas sekali bahwa kitab Yunus adalah tentang misi Allah. Karena belas kasihan-Nya terhadap orang-orang yang terhilang, Allah mengutus Yunus untuk memperingatkan penduduk Niniwe tentang murka-Nya yang akan segera Ia timpakan (Yun. 4:2, 11). Namun, Allah sepertinya memilih misionaris yang salah! Hampir tidak ada yang patut diteladani dari Yunus di dalam kisah ini—tetapi sepertinya memang itulah intinya. Keengganan Yunus menjalankan misi seharusnya membuat para pembacanya merasa malu karena menyadari bahwa “terang bagi bangsa-bangsa” hampir tak terlihat (Yes. 49:6). Kita yang telah menerima belas kasihan ini seharusnya bersemangat membagikan kepada dunia pesan dari Allah yang berbelas kasihan ini.
Lebih penting lagi, kegagalan Yunus membuktikan bahwa ia bukanlah pahlawan misi; Allahlah pahlawannya. Penjangkauan yang dilakukan Yunus dengan enggan mempersiapkan Israel untuk mengharapkan seorang Nabi yang lebih agung, yang dengan sukarela mencari dan menyelamatkan yang hilang (Luk. 19:10). Hanya Kristus yang dapat memenuhi janji Allah untuk memberkati “semua kaum di muka bumi” (Kej. 12:3). Kebangunan rohani Niniwe mengantisipasi Pentakosta dan mengendurnya cengkeraman Iblis atas bangsa-bangsa. Karena pemberian Allah yang tak terbayangkan, yaitu Kristus, suatu hari nanti “beratus-ratus ribu dan berjuta-juta” orang tebusan akan bernyanyi tentang Anak Domba yang telah disembelih, yang tiada tara nilainya (Why. 5:11-12). Sungguh, “TUHANlah keselamatan” (Yun. 2:9).
Yunus menyingkapkan hati Allah yang penuh kasih terhadap orang-orang yang terhilang. Sang nabi melakukan hal ini bukan berdasarkan kebajikannya sendiri, melainkan sebagai bayang-bayang Kristus. Perhatikan Yunus; bukan karena ia adalah teladan kesalehan, melainkan karena kita, seperti dia, memerlukan Kristus, yang ia gambarkan.
3. Kitab Yunus adalah tentang Yesus.
Ketika para kritikus Yesus menuntut sebuah tanda dari-Nya untuk mengesahkan identitas yang Ia klaim, Yesus menunjukkan kepada generasi-Nya tanda Yunus (Mat. 12:39). Yesus menafsirkan titik penting dalam kisah Yunus sebagai gambaran kematian dan kebangkitan-Nya. Yunus mati secara simbolis, sebab para awak kapal percaya bahwa mereka telah membunuhnya dengan melemparkannya ke dalam laut (Yun. 1:14). Ia seharusnya tidak selamat dari “badai besar” yang membuat “kapal itu hampir saja hancur” atau dari keberadaannya selama tiga hari di perut ikan (Yun. 1:4). Ikan tersebut adalah kuburan Yunus di dalam air. Peristiwa dimuntahkannya dia ke pantai memulai kehidupannya yang baru. Yunus yang lama—yang membenci orang-orang non-Yahudi dan mendambakan kenyamanan secara egois—melambangkan “manusia lama” (Ef. 4:22). Yunus yang baru—masih secara radikal tidak sempurna—secara lebih sederhana melambangkan “manusia baru” (Ef. 4:23-24). Yesus juga akan mati dan bangkit. Kesatuan kita dengan-Nya adalah satu-satunya cara untuk menjadi ciptaan baru dan masuk ke dalam hidup yang Allah berikan (Rm. 6:8).
Kematian dan kebangkitan Yunus yang simbolis juga mengesahkan pesan pertobatan yang ia berikan kepada penduduk Niniwe. Kita memiliki lebih sedikit alasan jika kita gagal merespons terhadap Injil Yesus: “Orang-orang Niniwe akan bangkit bersama generasi ini dan menghakimi mereka. Sebab, orang-orang Niniwe itu bertobat ketika mereka mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih daripada Yunus” (Luk. 11:32).
Kitab Yunus adalah tentang Yesus (Luk. 24:44-47). Hanya di dalam Kristus kita menemukan ketaatan yang diperlukan untuk berdiri di hadapan Allah, dan pertolongan untuk mulai menjalankan kehidupan saleh kita. Di dalam Dia kita mengalami belas kasihan Allah; satu-satunya yang dapat merangsang kita untuk mengasihani orang lain.
Artikel ini merupakan bagian dari koleksi Every Book of the Bible: 3 Things to Know.