3 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Kitab Nahum
11 Maret 2025
3 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Kitab Yunus
18 Maret 2025
3 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Kitab Nahum
11 Maret 2025
3 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Kitab Yunus
18 Maret 2025

3 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Kitab Obaja

Nubuat Obaja dengan mudah terabaikan karena kitab ini merupakan kitab terpendek dalam Perjanjian Lama dan terselip di antara kitab Nabi-Nabi Kecil, yang merupakan area yang tidak dikenal bagi banyak pembaca Alkitab. Fakta-fakta dasar tentang kitab Obaja dapat dipelajari dengan cepat karena hanya perlu satu atau dua menit untuk membacanya.

Sang nabi memberitakan penghakiman Tuhan terhadap bangsa Edom (Ob. 1-4, 8-10), sebuah negara yang kecil, tetapi hidup dengan perasaan aman dan nyaman yang telah berkembang menjadi kebanggaan yang penuh kesombongan (Ob. 3, 12). Alasan untuk kepercayaan diri tersebut ada dua: Edom adalah sebuah negara pegunungan yang, dari sudut pandang manusia, akan dengan mudah dipertahankan (Ob. 3-4). Lagipula, Edom (yang sering disebut dengan kota utamanya, Teman) memiliki reputasi sebagai negara yang memiliki orang-orang bujaksana yang hebat (Ob. 8-9; lihat juga Yer. 49:7). Dengan kata lain, Edom memiliki semua keuntungan strategis yang memungkinkan penduduknya untuk hidup dengan aman. Namun, Tuhan menyatakan bahwa penghakiman akan menimpa orang Edom bukan hanya karena mereka tidak membantu orang-orang Yudea (Yehuda) ketika orang Babel menyerang mereka (yang berujung pada kehancuran Yerusalem dan pembuangan pada tahun 587/586 SM), tetapi terlebih karena mereka telah secara aktif memberikan bantuan  kepada para penyerang dengan menangkap orang-orang Yudea yang melarikan diri dan menyerahkan mereka (Ob. 11-14; Mzm. 137:8-9; Yeh. 25:12; 35:5). Bersamaan dengan nubuat penghakiman ini, Tuhan juga berjanji bahwa umat-Nya akan diselamatkan dan bangkit kembali melalui kuasa-Nya sebagai raja (Ob. 17-21).

Memahami tiga hal berikut ini tentang kitab Obaja dapat membantu kita untuk memahami pesannya dengan lebih lengkap.

1. Nubuat Obaja menunjukkan pelaksanaan dari ketetapan Tuhan yang berdaulat kepada Ishak mengenai anak-anaknya, Yakub dan Esau, bahwa “anak yang tua akan menjadi hamba bagi yang muda” (Kej. 25:23).

Bangsa Edom dan Yudea adalah keturunan Esau dan Yakub (Kej. 36:1-43; 49:1-28). Sebagaimana kedua saudara ini memiliki hubungan yang tidak harmonis (Kej. 27:41-45), demikian pula dengan kedua bangsa yang muncul dari mereka (Edom dari Esau dan Yudea dari Yakub). Melalui ketidak-jujuran dan penipuan, Yakub menerima hak kesulungan dan berkat yang merupakan milik saudara sulungnya (Kej. 25:29-33; 27:1-40). Demikian pula, bangsa Yudea dengan penuh anugerah diberikan dominasi atas bangsa Edom (Bil. 24:18-19) di sepanjang sejarah mereka yang penuh konflik (lihat, misalnya, 1 Sam. 14:47; 2 Sam. 8:11-14; 1 Raj. 22:47; 1 Taw. 18:11). Perlakuan Tuhan terhadap Yakub dan Israel menunjukkan kemurahan hati Allah (yang didapatkan bukan berdasarkan hasil usaha) kepada orang-orang yang tidak layak menerimanya (Mal. 1:1-4; Rm. 9:10-16).

2. Penglihatan Obaja (Ob. 1) adalah “teleskoping” tindakan penghakiman Allah dan tindakan penyelamatan-Nya bersama-sama sehingga keduanya tampak terjadi secara bersamaan.

Obaja tidak hanya berbicara tentang penghakiman atas Edom, tetapi juga tentang “hari TUHAN” (Ob. 15), yang akan membawa penghakiman atas segala bangsa (Ob. 16) dan penyelamatan umat Allah (Ob. 17). Sekilas, kedengarannya seolah-olah kedua hal ini akan terjadi pada waktu yang bersamaan. Namun, para nabi dalam Alkitab sering menggabungkan tindakan penghakiman dan penyelamatan Allah, seperti seseorang yang mengambil teleskop yang panjang dan memendekkannya menjadi satu unit yang ringkas. Cara berbicara seperti ini sering disebut sebagai “nubuatan masa depan yang diperpendek” atau “teleskoping”, dan menyadari teknik ini dapat menolong pembaca untuk menghindari kebingungan. Dengan memahami sarana umum dari nubuat kenabian ini, kita dapat melihat bahwa penggenapan nubuat Obaja terjadi pada waktu yang berbeda. Dengan demikian, misalnya, kehancuran Edom telah terjadi, tetapi orang percaya masih menantikan “hari TUHAN,” yang akan memanggil semua bangsa untuk dihakimi dan membawa kepenuhan keselamatan bagi gereja.

3. Nubuat Obaja tidak secara langsung dikutip dalam Perjanjian Baru, tetapi Alkitab menunjuk pada penggenapannya yang mengejutkan di dalam Yesus Kristus.

Kitab Obaja, bersama dengan hanya sedikit kitab Perjanjian Lama lainnya seperti Ester dan Zefanya, tidak dikutip dalam Perjanjian Baru. Meskipun demikian, Alkitab menunjukkan bahwa nubuat Obaja digenapi dengan cara yang mengejutkan. Seiring berjalannya waktu, bangsa Edom ditaklukkan oleh kekuatan asing, dan menurut sejarawan Yahudi, Yosefus, mereka sekali lagi jatuh di bawah kekuasaan Yahudi dan dipaksa untuk menerima ritual sunat oleh Yohanes Hirkanus (seorang pemimpin Hashmonayim dan imam besar Yahudi) pada akhir abad kedua sebelum masehi (Antiquities 13:256). Akibatnya, orang-orang “Idumea” ini, sebagaimana mereka dikenal, mulai terserap ke dalam orang-orang Yudea. Hilangnya tanah leluhur dan identitas nasional mereka terbukti menjadi berkat yang tersembunyi, karena orang-orang dari Idumea termasuk di antara mereka yang tertarik untuk mengikut Yesus sang Mesias (Mrk. 3:8-9), yang membuktikan kebenaran Kolose 3:11: “dalam hal ini tidak ada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu.” Seperti yang dikatakan oleh Obaja, akan ada orang-orang yang luput di Gunung Sion (Ob. 17)—yaitu di antara umat Allah yang hidup yang mengikut Yesus, pengantara dari perjanjian yang lebih baik (Ibr. 12:22-24).

Dengan kitab Obaja, pepatah lama itu terbukti benar: Hal-hal yang baik datang dalam paket-paket kecil.

Artikel ini merupakan bagian dari koleksi Every Book of the Bible: 3 Things to Know.


Artikel ini awalnya diterbitkan di Majalah Tabletalk.
Max Rogland
Max Rogland
Dr. Max F. Rogland adalah pendeta senior di Rose Hill Presbyterian Church dan associate professor dalam bidang Perjanjian Lama di Erskine Theological Seminary di Columbia, South Carolina.