Peran Doa
17 April 2023
Apakah Tujuan Allah di Kayu Salib?
19 April 2023
Peran Doa
17 April 2023
Apakah Tujuan Allah di Kayu Salib?
19 April 2023

Apa Arti Ekspiasi dan Propisiasi?

Ketika kita berbicara tentang aspek penggantian dalam penebusan, dua istilah yang cukup teknis muncul berulang kali: ekspiasi dan propisiasi. Kedua kata ini memicu berbagai macam perdebatan tentang kata apa yang harus digunakan untuk menerjemahkan kata Yunani tertentu, dan beberapa versi Alkitab akan menggunakan salah satu dari kata-kata ini dan beberapa versi lainnya menggunakan kata yang lainnya. Saya sering diminta untuk menjelaskan perbedaan antara propisiasi dan ekspiasi. Kesulitannya adalah meskipun kata-kata ini ada di dalam Alkitab, kita tidak menggunakannya sebagai bagian dari kosakata kita sehari-hari, sehingga kita tidak yakin apa yang sebenarnya dikomunikasikan oleh kata-kata ini di dalam Alkitab. Kita tidak memiliki titik-titik acuan berkaitan dengan kata-kata ini.

Ekspiasi dan Propisiasi

Jika begitu, mari kita pikirkan apa arti kata-kata ini, dimulai dengan kata ekspiasi. Prefiks eks berarti “keluar dari” atau “dari”, jadi ekspiasi berkaitan dengan menghilangkan sesuatu atau mengambil sesuatu. Dalam istilah Alkitab, hal ini berkaitan dengan menghilangkan kesalahan melalui pembayaran penalti atau persembahan korban penebusan. Secara kontras, propisiasi berkaitan dengan objek dari ekspiasi. Prefiks pro berarti “untuk”, jadi propisiasi mengakibatkan perubahan dalam sikap Allah, sehingga Dia berubah dari bermusuhan dengan kita menjadi berpihak pada kita. Melalui proses propisiasi, kita dipulihkan ke dalam persekutuan dan perkenanan-Nya.

Dalam pengertian tertentu, propisiasi berkaitan dengan meredakan Allah. Kita tahu bagaimana kata peredaan berfungsi dalam konflik militer dan politik. Kita berpikir tentang apa yang disebut politik peredaan, sebuah filsafat bahwa jika Anda memiliki seorang penakluk dunia yang liar sedang lepas kendali dan mengayun-ayunkan pedang, daripada mengambil risiko tertimpa murka dari serangan kilatnya, Anda memberinya Sudetenland dari Cekoslowakia atau sepenggal wilayah lainnya yang seperti itu. Anda mencoba untuk meredakan amarahnya dengan memberinya sesuatu yang akan memuaskannya sehingga dia tidak akan datang ke negara Anda dan menggilas Anda. Itu adalah wujud peredaan secara duniawi. Jika Anda marah atau Anda tersinggung, dan saya memuaskan kemarahan Anda, atau meredakan Anda, maka saya dipulihkan ke dalam perkenanan Anda dan masalahnya selesai.

Kata Yunani yang sama diterjemahkan dengan kedua kata ekspiasi dan propisiasi dari waktu ke waktu. Namun ada sedikit perbedaan dalam istilah-istilah tersebut. Ekspiasi adalah tindakan yang menghasilkan perubahan sikap Allah terhadap kita. Itulah yang dilakukan Kristus di kayu salib, dan hasil dari karya ekspiasi Kristus adalah propisiasi—murka Allah dipalingkan. Perbedaannya sama dengan perbedaan antara tebusan yang dibayarkan dengan sikap dari orang yang menerima tebusan.

Karya Kristus adalah Sebuah Tindakan Peredaan

Bersama-sama, ekspiasi dan propisiasi menjadi suatu tindakan peredaan. Kristus melakukan karya-Nya di kayu salib untuk meredakan murka Allah. Ide untuk meredakan murka Allah ini tidak banyak membantu meredakan murka para teolog modern. Bahkan, mereka menjadi sangat murka terhadap keseluruhan ide tentang meredakan murka Allah. Mereka berpikir adalah sesuatu yang merendahkan martabat Allah jika Ia perlu diredakan, yaitu kita harus melakukan sesuatu untuk menenangkan-Nya atau meredakan-Nya. Kita perlu sangat berhati-hati dalam cara kita memahami murka Allah, tetapi izinkan saya mengingatkan Anda bahwa konsep meredakan murka Allah di sini berkaitan bukan dengan titik permukaan, pinggiran teologi, tetapi dengan esensi dari keselamatan.

Apa itu Keselamatan?

Izinkan saya mengajukan pertanyaan yang sangat mendasar: apa arti dari istilah keselamatan? Mencoba menjelaskannya dengan cepat dapat membuat Anda sakit kepala, karena kata keselamatan digunakan dalam sekitar tujuh puluh cara yang berbeda di dalam Alkitab. Jika seseorang diselamatkan dari kekalahan tertentu dalam pertempuran, dia mengalami keselamatan. Jika seseorang selamat dari penyakit yang mengancam nyawa, orang itu mengalami keselamatan. Jika tanaman seseorang yang layu dikembalikan menjadi segar, tanaman tersebut diselamatkan. Itu adalah bahasa Alkitab, dan sebenarnya tidak ada bedanya dengan bahasa kita. Kita menyelamatkan uang. Seorang petinju diselamatkan oleh bel, yang berarti dia diselamatkan dari kekalahan dalam pertandingan dengan pukulan KO, bukan berarti dia dimasukkan ke dalam kerajaan Allah yang kekal. Singkatnya, setiap pengalaman pembebasan dari bahaya yang jelas dan nyata dapat dikatakan sebagai bentuk keselamatan.

Ketika kita berbicara tentang keselamatan secara Alkitabiah, kita harus berhati-hati dalam menyatakan dari mana pada akhirnya kita diselamatkan. Rasul Paulus persis melakukan hal itu untuk kita dalam 1 Tesalonika 1:10, di mana ia mengatakan bahwa Yesus “menyelamatkan kita dari murka yang akan datang.” Pada akhirnya, Yesus mati untuk menyelamatkan kita dari murka Allah. Kita tidak mungkin dapat memahami pengajaran dan khotbah Yesus dari Nazaret terlepas dari hal ini, karena Dia terus-menerus memperingatkan orang-orang bahwa suatu hari nanti seluruh dunia akan berada di bawah penghakiman ilahi. Berikut ini adalah beberapa peringatan-Nya mengenai penghakiman: “Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum” (Mat. 5:22); “Aku berkata kepadamu: Setiap kata gegabah yang diucapkan orang akan dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman” (Mat. 12:36); dan “Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama generasi ini, dan menghakimi mereka. Sebab, orang-orang Niniwe itu bertobat ketika mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih daripada Yunus!” (Mat. 12:41). Teologi Yesus adalah teologi krisis. Kata Yunani krisis berarti “penghakiman.” Dan krisis yang dikhotbahkan oleh Yesus adalah krisis penghakiman yang akan datang atas dunia, di mana pada saat itu Allah akan mencurahkan murka-Nya ke atas orang-orang yang tidak ditebus, orang-orang fasik, dan orang-orang yang tidak bertobat. Satu-satunya harapan untuk terhindar dari pencurahan murka itu adalah dengan dilingkupi oleh penebusan Kristus.

Dengan demikian, pencapaian tertinggi Kristus di kayu salib adalah bahwa Ia telah meredakan murka Allah, yang akan membakar kita seandainya kita tidak dilingkupi oleh pengorbanan Kristus. Jadi jika ada orang yang menentang ide peredaan atau ide bahwa Kristus telah memuaskan murka Allah, waspadalah, karena Injil dipertaruhkan. Ini adalah tentang esensi dari keselamatan—bahwa sebagai orang-orang yang dilingkupi oleh penebusan, kita ditebus dari bahaya terbesar yang dihadapi oleh setiap orang. Adalah hal yang mengerikan untuk jatuh ke dalam tangan Allah yang kudus yang murka. Tetapi tidak ada murka bagi mereka yang dosa-dosanya telah dibayar. Itulah yang dimaksudkan dengan keselamatan.

Cuplikan ini diadaptasi dari The Truth of the Cross oleh R.C. Sproul.


Artikel ini awalnya diterbitkan dalam Blog Pelayanan Ligonier.
R.C. Sproul
R.C. Sproul
Dr. R.C. Sproul mendedikasikan hidupnya untuk menolong orang bertumbuh dalam pengenalan mereka akan Allah dan kekudusan-Nya. Sepanjang pelayanannya, Dr. R.C. Sproul membuat teologi dapat diakses dengan menerapkan kebenaran mendalam dari iman Kristen dalam kehidupan sehari-hari. Ia terus dikenal di seluruh dunia untuk pembelaannya yang jelas terhadap ineransi Alkitab dan kebutuhan umat Allah untuk berdiri dengan keyakinan atas Firman-Nya.