Jadilah Pribadi yang Dilupakan
12 September 2023Percaya untuk Taat
19 September 2023Ucapan Syukur dari Orang-Orang Tebusan
Mazmur 107 merayakan betapa kita harus bersyukur sebagai umat tebusan Allah. Kita adalah umat yang telah diselamatkan dari malapetaka besar oleh Allah kita yang setia. Berbagai cara bagaimana kedalaman malapetaka dijabarkan dalam mazmur ini hanya dapat kita gambarkan secara singkat di sini. Namun, pemazmur memberi kita empat gambaran yang jelas, yang berfungsi hampir sama seperti perumpamaan, yang menggambarkan betapa dalamnya umat Allah telah menjerumuskan dirinya.
Gambaran pertama adalah tentang orang-orang yang mengembara, yang tersesat dan tidak menemukan permukiman (ay. 4-9). Tersesat tidak pernah merupakan hal yang baik, tetapi gambaran yang diberikan di sini adalah tentang orang-orang yang begitu tersesat sehingga sekalipun mereka tahu mereka ada di mana, mereka tidak memiliki tempat yang bisa dituju. Mereka tidak bisa tinggal di mana mereka berada (ay. 5), tetapi mereka juga tidak memiliki tempat yang dapat menjadi permukiman mereka.
Gambaran malapetaka yang kedua adalah tentang orang-orang yang dipenjara dengan kerja paksa dan menanti hukuman mati (ay. 10-16). Mereka bukan korban tuduhan palsu; semua tahanan ini benar-benar bersalah. Apa yang menanti mereka hanyalah hukuman mati dan maut.
Gambaran ketiga adalah orang-orang yang menjadikan diri mereka sendiri sakit/menderita (ay. 17-22). Penyakit semacam ini bukan terjadi pada kita tanpa kesalahan kita, melainkan mirip dengan penyakit yang diderita oleh seorang pecandu narkoba, yang telah merusak kesehatannya sendiri dengan penyalahgunaan obat-obatan, atau seorang pecandu alkohol yang telah merusak hatinya dengan banyak minuman keras. Penyakit yang digambarkan di sini bersifat mematikan dan pasti membawa kematian.
Gambaran yang terakhir adalah tentang orang-orang yang terombang-ambing di lautan karena angin badai (ay. 23-32). Mereka bergantung pada belas kasihan angin badai dan ombak-ombak lautan. Situasi ini melampaui keahlian mereka sebagai awak kapal. Mereka sama sekali telah kehabisan akal dan tenaga (ay. 26-27).
Semua gambaran yang begitu jelas ini melukiskan orang-orang yang tersesat tanpa harapan dan tidak berdaya untuk menyelamatkan diri mereka sendiri dari malapetaka besar yang ke dalamnya mereka menjerumuskan diri mereka sendiri. Namun, mengenai semua jiwa yang tersesat ini muncullah sebuah refrain yang diulang: “Maka berseru-serulah mereka kepada TUHAN dalam kesesakan mereka” (ay. 28). Orang-orang yang putus asa dan tidak berdaya dalam diri mereka sendiri ini kemudian menyadari bahwa Allah perjanjian mereka adalah satu-satunya harapan mereka untuk selamat. Mereka semua menaruh kepercayaan kepada-Nya dan memanggil nama-Nya, dan mendapati hasil yang luar biasa yang sama: “dan Ia mengeluarkan mereka dari kesusahan mereka” (ay. 28).
Saya tidak tahu masalah apa yang sedang Anda alami sekarang sebagai orang Kristen. Namun, saya tahu bahwa kita semua menggali kuburan kita sendiri dengan dosa-dosa kita. Syukur kepada Allah bahwa kita memiliki Tuhan perjanjian, yaitu Yesus Kristus, yang kepada-Nya kita dapat berseru dari kedalaman kesusahan yang kita buat sendiri, mengetahui bahwa Ia akan mengangkat kita dan menyelamatkan kita. Tidak ada malapetaka yang begitu dalam, tidak ada situasi yang begitu tanpa harapan sehingga Tuhan tidak akan mendengar Anda ketika Anda memanggil-Nya, dan tidak akan datang dan menyelamatkan Anda dari segala kesusahan Anda. Ia dapat menyelamatkan yang tersesat, yang di penjara, yang sakit, dan yang tenggelam. Kita dapat yakin tentang ini karena Dia baik, dan kasih setia-Nya untuk selama-lamanya. Mari mengucap syukur karena Allah ini adalah Allah kita (ay. 1), dan mari kita merenungkan kasih-Nya yang ajaib senantiasa (ay. 43).