Apa Itu Kerajaan Allah?
05 April 2023
Peran Doa
17 April 2023
Apa Itu Kerajaan Allah?
05 April 2023
Peran Doa
17 April 2023

Karena Allah Berdaulat, Bagaimana Manusia Dapat Bebas?

Allah adalah Pribadi yang paling bebas. Artinya, kebebasan-Nya tiada batas. Ia berdaulat. Keberatan yang paling sering diajukan terhadap kedaulatan-Nya adalah jika Allah sungguh berdaulat, maka manusia tidak mungkin bebas. Alkitab memakai istilah “kebebasan” untuk menggambarkan kondisi manusia dalam dua cara yang berbeda: kebebasan dari paksaan, di mana manusia bebas untuk membuat pilihan tanpa paksaan; dan kebebasan moral, yang telah hilang dari kita pada waktu kejatuhan, meninggalkan kita sebagai budak dorongan-dorongan jahat dari kedagingan kita. Para Humanis percaya bahwa manusia dapat membuat pilihan bukan hanya tanpa paksaan, tetapi juga tanpa kecenderungan alami apa pun terhadap kejahatan. Kita orang-orang Kristen harus mewaspadai pandangan kebebasan manusia yang humanis atau pagan ini.

Pandangan Kristen adalah bahwa Allah menciptakan kita dengan kehendak, dengan kapasitas untuk memilih. Kita adalah makhluk yang berkehendak. Namun, kebebasan yang diberikan dalam penciptaan bersifat terbatas. Apa yang secara ultima membatasi kebebasan kita adalah kebebasan Allah. Pada titik inilah terjadi konflik antara kedaulatan Allah dan kebebasan manusia. Sebagian orang mengatakan bahwa kedaulatan Allah dibatasi oleh kebebasan manusia. Jika itu benar, maka manusialah yang berdaulat, bukan Allah. Iman  Reformed mengajarkan bahwa kebebasan manusia itu nyata tetapi dibatasi oleh kedaulatan Allah. Kita tidak dapat membatalkan keputusan yang berdaulat dari Allah dengan kebebasan kita karena kebebasan Allah lebih besar daripada kebebasan kita.

Hubungan dalam keluarga manusia dapat memberikan analogi atas hal ini. Orang tua menjalankan otoritas terhadap anaknya. Anak memiliki kebebasan, tetapi orang tua memiliki lebih banyak kebebasan. Kebebasan anak tidak membatasi kebebasan orang tua dengan cara kebebasan orang tua membatasi kebebasan anak. Ketika kita melihat pada atribut Allah, maka kita harus memahami bahwa Allah adalah Pribadi yang paling bebas.

Ketika kita berkata bahwa Allah berdaulat, kita sedang mengatakan sesuatu tentang kebebasan-Nya, meskipun kita cenderung berpikir kedaulatan adalah sesuatu yang berbeda dari kebebasan. Allah adalah Pribadi yang berkehendak; Ia memiliki kehendak dan mengambil keputusan. Ketika Ia mengambil keputusan dan melaksanakan kehendak-Nya, Ia melakukannya secara berdaulat sebagai otoritas yang ultima. Kebebasan-Nya adalah yang paling bebas. Hanya Ia saja yang memiliki otonomi yang tertinggi. Ia adalah hukum bagi diri-Nya sendiri.

Manusia selalu mencari otonomi, kebebasan yang tiada batas, dan tidak ingin bertanggung jawab terhadap siapa pun. Dalam arti yang sesungguhnya, inilah yang terjadi pada waktu manusia jatuh ke dalam dosa. Iblis menggoda Adam dan Hawa untuk meraih otonomi, menjadi seperti Allah, melakukan apa pun yang mereka inginkan tanpa mendapat hukuman. Iblis memperkenalkan sebuah gerakan pembebasan di taman itu untuk membebaskan manusia dari akuntabilitas, dari pertanggung-jawaban kepada Allah. Namun, sesungguhnya hanya Allah saja yang memiliki otonomi.

Tulisan ini diadaptasi dari Truths We Confess karya R.C. Sproul.

 


Artikel ini awalnya diterbitkan dalam Blog Pelayanan Ligonier.
R.C. Sproul
R.C. Sproul
Dr. R.C. Sproul mendedikasikan hidupnya untuk menolong orang bertumbuh dalam pengenalan mereka akan Allah dan kekudusan-Nya. Sepanjang pelayanannya, Dr. R.C. Sproul membuat teologi dapat diakses dengan menerapkan kebenaran mendalam dari iman Kristen dalam kehidupan sehari-hari. Ia terus dikenal di seluruh dunia untuk pembelaannya yang jelas terhadap ineransi Alkitab dan kebutuhan umat Allah untuk berdiri dengan keyakinan atas Firman-Nya.