Tempat Kerajaan Allah
15 Agustus 2023Pertumbuhan Kerajaan Allah
22 Agustus 2023Memiliki Kerajaan Allah
Bapa gereja Jerome pernah berkata, “Tidak ada nabi yang begitu jelas berbicara tentang Kristus seperti Daniel nabi-Nya.” Orang Injili kontemporer cenderung tidak sependapat dengannya. Penglihatan apokaliptik yang ditampilkan pada paruh kedua Kitab Daniel tampak samar-samar, dan kesalahan penerapan yang sering dari nubuat-nubuat tersebut pada peristiwa-peristiwa masa kini tidak banyak memberi kejelasan. Namun, harapan kita tidak sirna. Jika kita menghindari berkutat pada tokoh dan kerajaan yang salah di dalam sejarah, maka penglihatan Anak Manusia yang dicatat di dalam Daniel 7:13-22 dengan jelas menyingkapkan warisan Kerajaan Allah yang kekal dan universal oleh Yesus. Penglihatan itu juga memberitahu kita sesuatu yang hampir sama luar biasanya seperti siapa Dia, dan cara Ia menerima Kerajaan tersebut—Anak Manusia berbagi Kerajaan itu dengan orang-orang kudusnya Allah.
Penampakan Anak Manusia di dalam Daniel 7:13-22 meneguhkan sebuah Kerajaan yang berbeda. Sebelum kedatangan Anak Manusia, penglihatan Daniel menggambarkan kerajaan-kerajaan dunia yang murtad sebagai monster-monster yang mengerikan, penyimpangan keji dari pemerintahan manusia yang semestinya karena mereka menolak pemerintahan Allah yang berdaulat. Meski demikian, Yang Lanjut Usianya, yang duduk di atas takhta, mengizinkan kekuasaan mereka bertahan, namun hanya untuk sementara waktu. Pada waktu penghakiman, Ia mengalihkan kekuasaan kepada satu figur misterius yang berbagi kualitas ilahi-Nya—yang datang dengan awan-awan dari langit—tetapi juga memanifestasikan kualitas manusia—seorang “seperti anak manusia” yang berbagi kepemilikan dari kerajaan-Nya yang dipulihkan dengan orang-orang kudus dari Allah yang Maha Tinggi. Daniel dengan cemas memohon untuk mengetahui lebih banyak, tetapi alih-alih berfokus pada yang terbatas, yaitu kerajaan-kerajaan dunia, cukuplah diketahui bahwa kerajaan Anak Manusia sudah dekat.
Kerajaan Allah muncul sebagaimana yang telah dinubuatkan, dan Anak Manusia, yaitu Yesus, mengambil alih kepemilikannya dengan cara yang paling luar biasa. Ia adalah Firman yang praeksistensi (Yoh. 1:1), satu-satunya yang turun dari surga (3:13), dan yang mendirikan sebuah Kerajaan yang “bukan dari dunia ini” (18:36), tetapi yang berbeda karena sifatnya yang utuh dan permanen, yang diteguhkan melalui tanda-tanda ajaib (lihat Mrk. 1-2). Namun, meski Ia adalah pewaris yang sah atas takhta Daud (Mat. 1:1)—perwakilan manusia dari Allah yang ditunjuk untuk menghakimi dan memerintah atas semua bangsa (Mzm. 2; Luk. 3:22).—Ia menerima kekuasaan-Nya melalui penghinaan, melalui ketaatan sampai mati, tidak seperti cara raja-raja dunia menyatakan kekuasaannya (Flp. 2:8). Mediasi-Nya untuk orang-orang kudus mematahkan kekuatan pemberontakan dan kehancuran, dan Anak Manusia itu bangkit dengan kemenangan dari antara orang mati, naik ke takhta-Nya yang universal dan kekal di sebelah kanan Allah, di mana Ia menerima segala kuasa di bumi dan di surga (Mat. 28:18).
Akan tetapi, bagaimana dengan orang-orang kudus? Bagaimana mereka dapat berbagi dalam pemerintahan Kristus atas sebuah kerajaan yang sudah dimulai tetapi belum datang dalam kepenuhan? Umat Allah memulai pemerintahan mereka sekarang ketika mereka duduk “bersama-sama dengan Dia di surga” (Ef. 2:6), para pemenang yang telah dibebaskan, yang memperluas kerajaan tersebut melalui ketaatan dan kesaksian yang penuh pengorbanan (lihat Rm. 8:37-39). Namun, penggenapan akhir dari penglihatan Daniel atas pemerintahan orang-orang kudus menanti saat penghakiman terakhir dan kesempurnaan atas segala sesuatu, seperti janji Yesus, “Jika kita sabar, kita pun akan ikut memerintah dengan Dia” (2 Tim. 2:12), dan “Siapa yang menang, ia akan Kududukkan bersama Aku di atas takhta-Ku” (Why. 3:21). Pemerintahan bersama dan kekal di dalam Kerajaan Kristus ini tampaknya cukup jelas—mungkin perkataan Jerome benar adanya.