Manusia Sebagai Gambar Allah
16 Januari 2024
Manusia dalam Relasi Perjanjian dengan Allah
23 Januari 2024
Manusia Sebagai Gambar Allah
16 Januari 2024
Manusia dalam Relasi Perjanjian dengan Allah
23 Januari 2024

Manusia Terdiri Dari Tubuh dan Jiwa

Gereja Kristen, dengan sedikit pengecualian, telah menegaskan bahwa natur manusia terdiri dari tubuh dan jiwa. Sebagaimana diciptakan oleh Allah, tubuh dan jiwa manusia dipersatukan sebagai pribadi yang sadar diri dalam kesatuan psikosomatis—sebuah pandangan yang dikenal sebagai dikotomi. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk menyurvei ajaran Alkitab mengenai tubuh (elemen fisik/material dari natur manusia) dan jiwa (elemen non-material yang dinyatakan secara beragam dalam Alkitab sebagai “jiwa” atau “roh”). Setelah mempertimbangkan data-data Alkitab, kita akan membahas sebuah penyimpangan populer dari ajaran Alkitab yang dikenal sebagai trikotomi—pandangan bahwa manusia terdiri dari tubuh, jiwa, dan roh—yang menyangkal bahwa natur manusia terdiri dari tubuh dan jiwa.

Kita mulai dengan keberadaan tubuh kita. Sejak diajarkan dalam kisah penciptaan, orang Kristen telah menegaskan kebenaran ini melawan tantangan-tantangan dari pemikiran non-Kristen dan paganisme. Alkitab mengatakan kepada kita bahwa keberadaan tubuh adalah hal yang esensial bagi natur manusia. Ajaran ini mengurangi kecenderungan untuk merendahkan tubuh karena bersifat material, seperti ditemukan dalam filsafat Platonis (yang menyatakan bahwa jiwa itu kekal dan esensial bagi natur manusia sementara tubuh tidak), atau distorsi Gnostik terhadap ajaran Kristen (yang menyatakan bahwa natur spiritual ilahi kita mendominasi eksistensi manusia). Sebaliknya, kekristenan mengajarkan bahwa tubuh bukanlah sekadar pelengkap bagi roh dan roh tidak berpindah ke bentuk kehidupan yang lebih tinggi atau lebih rendah (seperti dalam reinkarnasi). Tubuh juga bukan rumah penjara bagi jiwa. Ini adalah sebuah pengertian yang populer tetapi tidak alkitabiah. Tubuh adalah elemen esensial dari keberadaan manusia. Tubuh bukanlah sesuatu yang jahat hanya karena bersifat material.

Kematian dan pemisahan tubuh dari jiwa yang diakibatkan adalah karena upah dosa, yaitu terkoyaknya kesatuan tubuh dan jiwa yang telah Allah tetapkan pada saat penciptaan. Allah menciptakan tubuh manusia terlebih dahulu, dan baru setelah itu Dia menghembuskan napas hidup ke dalam tubuh yang Dia ciptakan dari debu tanah dan yang dirancang untuk hidup di dunia material (Kej. 2:7). Allah menyatakan bahwa segala sesuatu yang diciptakan-Nya itu “sangat baik” (1:31), termasuk tubuh, seperti yang ditegaskan kembali dalam Mazmur 139. Kembalinya kita menjadi debu pada saat kematian setelah jiwa meninggalkan tubuh kita bukanlah pembebasan ultima roh dari yang materi melainkan merupakan konsekuensi yang menyedihkan dari dosa Adam dan kutukan (kematian).

Selain kisah penciptaan, ada beberapa pertimbangan penting lainnya mengenai elemen material dari natur manusia. Dalam inkarnasi-Nya, Yesus Kristus, pribadi kedua dari Allah Tritunggal, mengambil natur manusia yang sejati bagi diri-Nya (Gal. 4:4). Hal ini mengindikasikan bahwa keberadaan tubuh kita cocok untuk inkarnasi Kristus. Pertimbangan kedua adalah bahwa tubuh Yesus dibangkitkan dari antara orang mati (Luk. 24:40-43; 1 Kor. 15:3-8). Tubuh Yesus digambarkan sebagai buah sulung dari kebangkitan tubuh orang-orang yang ada di dalam Kristus (1 Kor. 15:35-58). Berlawanan dengan pandangan umum, kita tidak akan menjalankan kekekalan sebagai roh-roh yang tidak bertubuh, melayang-layang dengan ringan di awan-awan. Sebaliknya, kita akan ditebus dalam tubuh yang dibangkitkan dan dimuliakan, selamanya dipersatukan kembali dengan jiwa-roh kita dengan kesatuan pribadi kita dipulihkan sepenuhnya. Melalui kebangkitan tubuh dan pemuliaan-Nya, Yesus telah menghapuskan hukuman dosa—pemisahan tubuh dari jiwa pada saat kematian.

Kenyataan bahwa kita memiliki unsur spiritual yang non-material di samping tubuh material kita juga sama jelasnya dalam Alkitab. Elemen non-material ini diidentifikasi dalam Alkitab secara beragam sebagai “jiwa” (bahasa Yunani psych) atau “roh” (pneuma). Yesus berbicara tentang “jiwa dan tubuh” dalam Matius 10:28, sementara dalam Matius 26:41, Dia membandingkan “daging” (TB; TB2 “tabiat”) dan “roh”. Istilah “jiwa” dan “roh” digunakan secara bergantian. “Roh” bersifat non-material (Luk. 24:39) dan dikatakan ada di dalam diri kita (1 Kor. 2:11). Di bagian lain, Paulus berbicara tentang pengudusan sebagai penyucian dari “semua pencemaran jasmani dan rohani” (2 Kor. 7:1). Yakobus berbicara tentang tubuh tanpa roh adalah “mati” (Yak. 2:26) karena pada saat kematian, roh meninggalkan tubuh (Mat. 27:50; Kis. 7:59).

Istilah “jiwa” digunakan dalam berbagai cara di seluruh Alkitab, tetapi secara umum mengacu pada nyawa yang terdapat di dalam tubuh (seperti dalam Mat. 16:25-26; 20:28; Luk. 14:26; Yoh. 10:11-18; Kis. 15:26; 20:10; Flp. 2:30; 1 Yoh. 3:16). Kata ini sering digunakan sebagai sinonim untuk seluruh pribadi (misalnya, Luk. 12:19; Kis. 2:41, 43; Rm. 2:9; 3:11; Yak. 1:21; 5:20; 1 Pet. 1:9). “Roh” juga dapat merujuk kepada nyawa manusia dalam pengertian umum (seperti dalam Mat. 27:50 ketika Yesus menyerahkan nyawa-Nya [harafiah: roh-Nya]), atau dapat juga merujuk kepada aspek spiritual dari kehidupan manusia ketika dikontraskan dengan daging (bahasa Yunani sarx, seperti dalam 1 Tes. 5:23).

Penganut trikotomi berpendapat bahwa tubuh adalah elemen material dari natur manusia, jiwa adalah kekuatan kehidupan (life force), dan roh adalah elemen kekal dari eksistensi manusia yang berhubungan dengan Allah. Trikotomi telah ditolak oleh hampir semua teolog Kristen sebagai sebuah ide filosofis Yunani yang spekulatif dan bukan pemikiran alkitabiah. Harus diakui, sebuah doktrin tidak selalu salah hanya karena asal-usulnya, tetapi penting untuk mengingat bahwa asal-usul sebuah doktrin sering kali menjadi petunjuk yang baik untuk mengetahui konsekuensi akhirnya. Jika dilihat dari perspektif pemikiran Kristen sepanjang sejarah, trikotomi memiliki asal-usul yang meragukan. Pandangan trikotomi tentang natur manusia yang terdiri dari tiga bagian jelas merupakan pemikiran paganisme dan bukan pemikiran alkitabiah karena berakar pada pemisahan antara tubuh dan jiwa oleh Plato dan pembagian lebih lanjut dari jiwa menjadi elemen “hewan” dan “rasional” oleh Aristoteles.

Pandangan trikotomi telah dipertahankan dengan berbagai cara. Dalam literatur dan khotbah Kristen populer, ada yang menyatakan bahwa karena Allah adalah Tritunggal (Bapa, Anak, dan Roh Kudus) dan karena manusia diciptakan menurut gambar Allah, maka manusia juga terdiri dari tiga bagian, terdiri dari tubuh, jiwa, dan roh. Akan tetapi, analogi semacam itu adalah kesimpulan yang tidak perlu dan tidak disimpulkan dengan benar dari data Alkitab.

Ada dua teks Alkitab yang sering digunakan untuk menunjukkan bahwa pandangan trikotomi adalah ajaran Alkitab. Beberapa penulis Kristen mula-mula menemukan konfirmasi terhadap pandangan trikotomi dalam kata-kata Paulus dalam 1 Tesalonika 5:23: “Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa, dan tubuhmu terpelihara sempurna tanpa cacat pada kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus.”

Namun, dalam terang data Alkitab secara kumulatif, maksud lain Paulus terlihat jelas. Sang Rasul tidak sedang membuat daftar elemen-elemen natur manusia, seperti Yesus juga tidak sedang melakukannya dalam Luk. 10:27 ketika Ia berkata, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Seperti yang Yesus lakukan, Paulus menggunakan banyak istilah untuk memberi penekanan.

Ayat yang paling banyak digunakan untuk mendukung pandangan trikotomi adalah Ibrani 4:12: “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam daripada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk sangat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup menilai pikiran dan niat hati kita.” Penganut trikotomi berpendapat bahwa ada pemisahan antara jiwa dan roh, yang mengindikasikan bahwa kedua istilah tidak mungkin sinonim. Akan tetapi, ide “pemisahan” tidak pernah digunakan dalam Alkitab dalam arti membedakan dua hal yang berbeda. Kata ini selalu digunakan untuk membagi dan memisahkan aspek-aspek yang beragam dari satu hal yang sama (Mat. 27:35; Luk. 11:17-18; Yoh. 19:24; Ibr. 2:4). Maksud penulis bukanlah bahwa Firman memisahkan jiwa dan roh seolah-olah keduanya merupakan dua elemen yang berbeda dari natur manusia, melainkan Firman Allah memisahkan jiwa dan roh dalam arti menembus ke bagian terdalam dari diri kita.

Perbedaan antara pandangan trikotomi dan dikotomi alkitabiah memiliki konsekuensi yang signifikan yang mau tidak mau mempengaruhi pemahaman orang Kristen mengenai kisah penciptaan dan natur manusia yang esensial. Sebagai contoh, pandangan trikotomi meyakini bahwa Allah tidak menebus keseluruhan pribadi manusia dalam kehidupan ini (tubuh dan jiwa) melainkan menempatkan roh (kekal) yang dilahirkan kembali di dalam diri kita yang tidak membutuhkan penebusan.

Allah telah menciptakan kita menurut gambar-Nya, termasuk elemen tubuh yang cocok untuk kehidupan di bumi dan nantinya menjadi figur inkarnasi Kristus. Allah memberi kita jiwa (atau roh) dengan kesadaran diri yang ingin dan mampu bersekutu dengan-Nya. Kematian (musuh besar kita) adalah pemisahan dari apa yang telah disatukan oleh Allah. Kematian adalah kutukan bagi umat manusia yang telah jatuh, bukan pembebasan kita dari hal-hal yang bersifat material. Dalam kebangkitan semua orang di akhir zaman, Allah membangkitkan kita dalam “tubuh rohani” (tubuh dan jiwa yang telah ditebus) yang tidak dapat binasa dan, menurut Paulus dalam 1 Korintus 15, dibangkitkan dalam kuasa dan oleh karena itu cocok untuk kemuliaan kekal di surga.


Artikel ini awalnya diterbitkan di Majalah Tabletalk.
Kim Riddlebarger
Kim Riddlebarger
Dr. Kim Riddlebarger adalah profesor tamu bidang teologi sistematika di Westminster Seminary California dan pendeta emeritus di Christ Reformed Church di Anaheim, California. Ia adalah penulis dari beberapa buku, termasuk A Case for Amillennialism dan First Corinthians dalam seri Lectio Continua.