Pengejaran akan Kemuliaan
25 September 2025
Apakah Buah Roh Itu?
02 Oktober 2025
Pengejaran akan Kemuliaan
25 September 2025
Apakah Buah Roh Itu?
02 Oktober 2025

3 Cara untuk Mengalami Kehidupan Doa yang Lebih Baik

Rasanya saya belum pernah berjumpa dengan orang Kristen yang benar-benar puas dengan kehidupan doanya. Anda mungkin tahu bagaimana rasanya: Anda mencoba untuk berdoa tetapi seolah-olah kata-kata Anda hancur berantakan sebelum menyentuh langit-langit, dan Anda mulai bertanya-tanya, “Apakah Allah mendengarkan saya atau apakah saya bicara pada diri saya sendiri?” Lalu, ada sebuah kelesuan yang parah. Kita mencoba untuk terjaga dan berdoa, tetapi seperti para murid Yesus, segera setelah kita menutup mata dan mulai berkata, “Ya Tuhan,” kata-kata itu menghantam kita seperti obat Benadryl. Atau, kita mungkin menemukan diri kita terdistraksi dengan kekhawatiran akan hari esok, dan apa yang awalnya merupakan permohonan segera berubah menjadi percakapan secara mental dengan seorang rekan kerja. Ah, kekecewaan pun datang menyergap: Mengapa saya sangat buruk dalam berdoa?

Kenyataannya, kita sering kali membuat segala sesuatu lebih sulit daripada semestinya. Pikirkan doa sebagai suatu olah raga. Anda tidak selalu akan merasa ingin berdoa, tetapi beberapa olah raga terasa lebih memuaskan daripada yang lain. Dalam olah raga, konsistensi akan memberi hasil, tetapi Anda perlu memastikan Anda melakukan dengan cara yang benar dan memiliki ekspektasi yang realistis. Berikut ini adalah beberapa petunjuk sederhana untuk menguatkan otot-otot doa Anda.

1. Bertobat

Pertama, bertobatlah! Allah tidak tertarik kepada permohonan yang dibuat-buat yang diucapkan sebagai usaha untuk menutupi hati yang memberontak. Bukanlah kebetulan bahwa sebelum Yesus mengajarkan Doa Bapa Kami kepada murid-murid-Nya dalam Khotbah di Bukit, Ia memberi sejumlah instruksi tentang apa yang seharusnya tidak kita lakukan ketika berdoa. Singkatnya, Yesus memperingatkan agar tidak bersikap munafik dan mempercayai takhayul (Mat. 6:5-8).

Terkadang kita memakai doa sebagai topeng untuk bersembunyi. Kita mengucapkan kata-kata yang benar sementara hati kita berada di tempat yang salah. Doa tidak pernah merupakan cara untuk membenarkan diri di hadapan Allah, atau cara untuk memamerkan diri di hadapan orang Kristen lain. Allah melihat dengan jelas doa yang penuh kepura-puraan. Allah memberitahu umat perjanjian-Nya di dalam kitab Yesaya,

Ketika kamu menadahkan tanganmu,
Aku akan menutup mata-Ku terhadap kamu;
bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa,

Aku tidak akan mendengarkannya,
sebab tanganmu penuh dengan darah.” (Yes. 1:15, lihat juga Ams. 15:29)

Tidak ada yang dapat lebih mengeringkan sungai doa daripada hidup dalam dosa. Sebelum Anda berkomunikasi dengan Allah dalam doa, ambil waktu untuk mengaku dosa kepada-Nya. Anda mungkin menemukan bahwa penghambat doa yang selama ini Anda alami ternyata Anda sendiri.

2. Ingatlah siapa Allah itu

Selanjutnya, ingatlah siapa Allah itu. Doa Bapa Kami dimulai dengan kata-kata, “Bapa kami yang di surga.” Di dalam Perjanjian Baru berbahasa Yunani, kata “Bapa” disebutkan pertama. Hak untuk menyebut Allah sebagai “Bapa” tidak dimiliki semua orang, melainkan hanya mereka yang telah diadopsi masuk ke dalam keluarga Allah melalui karya Yesus Kristus. Paulus berkata, “Sebab, kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru, ‘Ya Abba, ya Bapa!’” (Rm. 8:15).

Ingatlah bahwa akses istimewa kepada Bapa yang Anda miliki datang melalui Yesus, sang Anak. Betapa menakjubkan jalan yang telah dibuka Yesus bagi orang-orang berdosa sehingga mereka dapat memanggil Yang Kudus dengan penuh keberanian (lihat Ibr. 4:16). Mengingat apa yang telah Allah lakukan akan menolong kita bersandar pada identitas kita sebagai anak-anak yang dikasihi-Nya dan memberi keyakinan bahwa Ia tidak hanya menoleransi doa kita, tetapi Ia ingin mendengarnya seperti seorang bapa yang baik mendengarkan seruan anak-anaknya (Mat. 7:11).

3. Ulangi

Terakhir, ulangi. Anda tidak akan dapat mengembangkan kehidupan doa yang konsisten jika Anda hanya berdoa ketika dipaksa, atau ketika Anda merasa ingin berdoa. Mengembangkan kebiasaan berdoa berarti membuat rencana untuk datang kepada Allah setiap hari, mungkin bahkan pada waktu-waktu yang telah ditetapkan, untuk berdoa. Meski pengulangan yang sia-sia dilarang oleh Yesus, pengulangan itu sendiri tidak Ia kecam. Ingatlah bagaimana Yesus memuji seorang janda yang gigih karena “terus saja ia datang” (Luk. 18:5). Ketuklah pintu surga dengan doa Anda seakan-akan Anda berencana merobohkannya. Ketika Anda menjadi kecewa, ingatlah apa yang dikatakan oleh Yohanes: “Inilah keberanian kita untuk datang kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya” (1Yoh. 5:14).

Apakah Anda berdoa agar kehendak Allah terjadi di dalam hidup Anda, agar Ia menguduskan Anda, dan membentuk Anda seperti gambar Yesus? Kuatkanlah hati Anda—ketukan Anda tidak akan diabaikan, permintaan Anda tidak akan ditahan-tahan. Kenyataan bahwa Yesus mengajar murid-murid-Nya berdoa meminta “pada hari ini makanan kami” berarti Ia berharap akan mendengar doa Anda hari ini, setiap hari (Mat. 6:11).


Artikel ini awalnya diterbitkan di Majalah Tabletalk.
Adriel Sanchez
Adriel Sanchez
Pdt. Adriel Sanchez adalah gembala senior di North Park Presbyterian Church di San Diego, dan rekan pembawa acara program radio Core Christianity. Ia juga adalah penulis buku Praying with Jesus: Getting to the Heart of the Lord’s Prayer.