3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Kitab Rut
17 Mei 2024
3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Kitab 1 & 2 Raja-Raja
22 Mei 2024
3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Kitab Rut
17 Mei 2024
3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Kitab 1 & 2 Raja-Raja
22 Mei 2024

3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Kitab 1 & 2 Samuel

Kitab 1 dan 2 Samuel menarasikan peristiwa-peristiwa dalam periode seratus tahun yang menandai berakhirnya zaman hakim-hakim dan berdirinya dinasti Daud. Ada banyak hal yang dapat dipelajari dari kitab 1 dan 2 Samuel. Kita akan melihat tiga dari kebenaran-kebenaran tersebut di bawah ini.

1. Allah selalu menghendaki Israel memiliki seorang raja

Bagian terakhir dari kitab Hakim-hakim ditutup dengan refrain ini: “Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel” (Hak. 17:6; 18:1; 19:1; 21:25). Kondisi ini akan terus berlanjut sampai masa hakim yang terakhir, yaitu Samuel (1Sam. 7:15-17). Mendekati akhir masa jabatan Samuel, para tua-tua Israel datang dan meminta agar ia memberi mereka seorang raja. Permintaan itu tidaklah jahat pada dirinya sendiri. Namun, hasrat di baliknyalah yang jahat. Mereka ingin agar seorang raja memerintah mereka, sama seperti semua bangsa lain (1Sam. 8:4-5, 19-20; 10:19). Permintaan itu adalah sebuah penolakan yang terselubung bukan hanya terhadap Samuel, tetapi juga terhadap Allah dan pemerintahan-Nya (1Sam. 8:7-8).

Ide akan raja manusia bukanlah sesuatu yang asing bagi bangsa dan agama Israel. Bapa leluhur Yakub telah menubuatkan bahwa Yehuda akan menjadi suku yang menurunkan raja-raja (Kej. 49:8-12). Ulangan 17:14-20 menjabarkan apa yang akan menjadi karakteristik raja Israel di negeri itu. Pertanyaannya bukanlah apakah seorang raja manusia dikehendaki atau tidak, melainkan dia akan menjadi raja seperti apa. Apakah ia akan menjadi raja seperti raja-raja bangsa-bangsa lain (seperti raja yang diminta oleh para tua-tua), atau apakah ia akan menjadi orang yang sesuai dengan (LAI: berkenan di) hati Allah?

Saul diurapi menjadi raja pertama atas Israel, tetapi ia memberontak melawan perintah Allah (1Sam. 10:8; 13:6-10; 15:1-9). Ia bukanlah orang yang sesuai dengan hati Allah. Allah menolak Saul sebagai raja (1Sam. 13:13-14; 15:10-11) dan akan meneguhkan raja lain untuk menggantikannya.

2. Allah memilih Daud menjadi raja dan menjanjikan kepadanya dinasti yang kekal

Allah memilih Daud, seorang gembala muda dari suku Yehuda, untuk menggantikan Saul. Samuel mengurapinya menjadi raja ketika Saul masih memerintah (1Sam. 16:6-13). Setelah melewati banyak tahun-tahun yang sulit, Daud akhirnya naik takhta (2Sam. 5:1-5). Ia menaklukkan Yerusalem dan dengan cepat menjadikannya sebagai ibukota pemerintahannya (2Sam. 5:6-10).

Daud ingin membangun rumah bagi Allah (2Sam. 7:1-3). Tabut perjanjian telah kembali ke Israel dari rumah Obed-Edom (2Sam. 6:12-15). Alih-alih mengizinkan Daud membangun rumah bagi-Nya, Allah berkata bahwa Ia akan membangun sebuah rumah/dinasti bagi Daud. Ia akan membangun sebuah dinasti kerajaan Daud (2Sam. 7:8-16). Dalam bahasa yang mengingatkan kita kepada perjanjian Abraham, Allah akan membuat nama Daud menjadi besar (2Sam. 7:9; Kej. 12:2), dan umat akan menemukan keamanan di negeri itu (2 Sam. 7:10-11; Kej. 15:12-21; Kel. 3:8).

Dinasti yang dijanjikan itu tergenapi di dalam diri seorang anak raja yang akan dibangkitkan Allah (2Sam. 7:12). Allah berfirman, “Aku akan menjadi Bapanya dan ia akan menjadi anak-Ku” (2Sam. 7:14). Istilah “anak” mengingatkan kita kepada Keluaran 4:22-23, di mana Israel disebut “anak Allah”, tetapi di sini gambaran tersebut diterapkan pada satu orang, yaitu anak Daud. Anak Daud tidak hanya akan memerintah atas bangsa Israel, tetapi juga atas bangsa-bangsa (Kej. 3:15; 12:1-3; Mzm. 2; 110). Dengan demikian, hubungan khusus antara Allah dengan keturunan Daud tersebut menjelaskan mengapa anak Daud, dan bukan Daud sendiri, yang akan membangun rumah Allah (2Sam. 7:13).

3. Allah memilih Yerusalem menjadi tempat di mana Ia akan menyediakan pengganti bagi umat-Nya

Menjelang akhir pemerintahannya, Daud mengadakan sensus (2Sam. 24:1-9). Hal ini membangkitkan murka Allah. Daud tahu bahwa itu adalah dosa dan mengakuinya (ay. 10). Meski demikian, akibat dari dosanya adalah sampar yang membunuh tujuh puluh ribu jiwa selama tiga hari. 

Ketika seorang malaikat mengacungkan tangannya ke arah Yerusalem, Allah menyesal dan menghentikannya (ay. 16). Malaikat itu berhenti “dekat tempat pengirikan milik Arauna, orang Yebus”. Allah memerintahkan Daud untuk membangun sebuah mezbah di sana (ay. 18). Daud pergi, membeli tempat pengirikan itu, membangun mezbah, dan mempersembahkan kurban (ay. 19-25). Baris terakhir dari episode tersebut sekaligus menutup kitab tersebut. “TUHAN pun mengabulkan doa untuk negeri itu dan tulah berhenti menimpa orang Israel” (2 Sam. 24:25). Penebusan telah diadakan, tapi ini bukan terakhir kalinya penebusan akan diadakan di sini.

Tempat pengirikan Arauna memiliki sejarah yang penuh kisah. Nama lain tempat ini adalah Gunung Moria, yang adalah tempat di mana Allah menguji iman Abraham (Kej. 22:1-4; Ibr. 11:17-19). Abraham bersiap mempersembahkan Ishak tetapi Allah menghentikannya. Ia menyediakan seekor domba jantan sebagai pengganti. Gunung Moria juga adalah tempat di mana Salomo akan membangun Bait Suci (2Taw. 3:1). Ke situlah umat Israel akan membawa persembahan dan kurbannya. Di sini seorang pengganti akan mati menggantikan yang lain.

Pengganti terakhir dan final yang dipersembahkan oleh seorang raja akan terjadi ratusan tahun setelah Bait Suci Salomo. Di sana di Yerusalem, seorang Raja akan berdiri di hadapan Allah memohon kepada-Nya demi umat-Nya. Tidak ada kurban lain yang akan dipersembahkan-Nya selain diri-Nya sendiri, dan permohonan-Nya akan didengarkan. Ia adalah Anak Daud dan Anak Allah, yaitu Tuhan Yesus Kristus (Mat. 1:1-16; Rm. 1:1-4).


Artikel ini awalnya diterbitkan di Majalah Tabletalk.
Roland Mathews
Roland Mathews
Rev. Roland Mathews adalah pendeta senior di Draper’s Valley Presbyterian Church di Draper, Virginia.