
3 Cara Mengajar Teologi kepada Kaum Muda
29 Juli 2025
Kemuridan di dalam Keluarga
05 Agustus 2025Bagaimana Saya dapat Bertumbuh dalam Iman?

Bayangkan seorang yang sedang terombang-ambing di laut bergelora dilemparkan pelampung. Di dalam keterdesakan, ia meraihnya, memeluknya erat-erat, lalu mengenakannya. Akhirnya ia mulai dapat menunggangi gelombang-gelombang yang menakutkan itu. Ia masih penuh ketakutan dan bimbang, khawatir kalau-kalau pelampung itu entah bagaimana tidak dapat menyelamatkannya dan ia kembali ditelan gelombang badai. Bayangkan ia melihat bahwa pada pelampung itu tersemat sebuah buklet kecil tahan air. Orang yang cemas itu—terlepas dari situasi yang ia hadapi—mulai membaca dan menemukan bahwa buklet tersebut memuji kehebatan pelampung/ penyelamat hidupnya. Ia membaca tentang bahan yang digunakan untuk membuat pelampung tersebut, fitur rancangannya, serta daya apung dan keandalannya yang menakjubkan. Ia membaca bagaimana pelampung itu telah diuji dengan menyeluruh, bahwa pelampung itu telah mampu menanggung beban yang paling berat di lautan yang paling ganas, dan bahwa tidak ada orang yang memakainya pernah tenggelam. Ketika ia membaca, keyakinan dirinya meningkat.
Apakah ia masih ada di tengah-tengah badai laut itu? Ya. Mungkinkah beberapa gelombang tinggi masih membuatnya khawatir? Ya. Apakah situasinya lebih aman daripada sebelumnya? Tidak. Ia hanya seaman seperti ketika ia pertama kali mengenakan pelampung/ penyelamat hidup itu, hanya sekarang ia memiliki keyakinan yang lebih besar dan terus meningkat terhadap kemampuan pelampung itu mengapungkan dia melalui segala bahaya dan masalah yang ia hadapi, sampai ia akhirnya diangkat dari laut dan dibawa dengan aman ke darat.
Sambil mengakui keterbatasan dari ilustrasi tersebut, izinkan saya menyarankan beberapa paralelnya dengan pertumbuhan iman. Ketika seorang berdosa pertama kali percaya kepada Yesus, ia diselamatkan dan menjadi aman. Tidak ada seorang pun atau apa pun yang dapat merampasnya dari tangan Yesus. Ia sudah aman sepenuhnya, seaman yang dapat terjadi padanya. Namun, ia mungkin belum sepenuhnya memahami keamanannya. Ia memiliki pengetahuan yang cukup untuk datang kepada Kristus tetapi ia perlu tahu lebih banyak tentang Kristus yang ia datangi. Keyakinannya pastinya akan meningkat ketika ia lebih mengenal Juruselamat yang kepada-Nya ia percaya. Bagaimana hal ini bisa terjadi?
Pertama-tama, pertumbuhan rohani terjadi melalui Alkitab. Ini adalah kitab yang tidak hanya membuat seseorang berhikmat untuk mendapatkan keselamatan melalui iman kepada Kristus, tetapi juga membuat abdi Allah itu menjadi lengkap. Orang Kristen selalu membutuhkan Injil. Kita perlu mengarahkan mata kita tetap tertuju kepada Kristus, memikirkan sang Rasul dan Imam Besar yang kita akui tersebut, Yesus Kristus (Ibr. 3:1). Perhatikan bagaimana para rasul memaparkan Kristus dan penyaliban-Nya di mata umat Allah untuk meningkatkan iman mereka melawan segala perangkap dan kesedihan yang menyertai kehidupan kristiani, segala distraksi dan tipu daya ajaran sesat. Dengan mempelajari Kristus di dalam Alkitab, kita menatap kepada Yesus, Perintis dan Penyempurna iman kita, dan dengan demikian iman kita bertumbuh.
Cara kedua untuk menumbuhkan iman adalah dengan berdoa kepada Allah supaya Roh-Nya meningkatkan iman kita. Dia adalah pemberi iman kita, maka Dia juga yang pastinya menguatkannya. Para murid berdoa, “Tambahkanlah iman kami!” (Luk. 17:5). Seorang ayah yang gelisah berseru, “Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini” (Mrk. 9:24). Doa-doa demikian mengingatkan kita bahwa iman yang sejati bisa melemah atau menjadi lebih kuat, dan menunjukkan kepada kita bahwa salah satu cara agar iman bertumbuh adalah dengan memintanya. Sebagai jawaban, Kristus menyingkapkan diri-Nya lebih lagi. Mungkin kita tidak memiliki sesuatu karena kita tidak memintanya (Yak. 4:2)?
Cara lain yang indah untuk menumbuhkan iman adalah bersekutu dengan orang-orang kudus. Dunia akan mengisap iman kita, Iblis akan menyerangnya, menjauhkan kita dari Kristus, mengalihkan perhatian kita dari kebenaran, dan menuntut perhatian kita kepada hal-hal lain. Satu cara menyenangkan untuk melawan hal ini adalah menghabiskan waktu dengan umat Allah, membicarakan hal-hal tentang Kerajaan Allah (Mal. 3:16-18). Dalam persekutuan dengan orang-orang kudus seperti ini, kepekaan kita akan perkara-perkara surgawi disegarkan dan dipulihkan, dan kita menerima penghiburan (1Tes. 4:18; 5:11).
Hal tersebut membawa kita kepada pengalaman—baik pribadi maupun pengalaman orang lain. Membaca Alkitab memperlihatkan kepada kita bagaimana iman umat Allah bertumbuh lewat ujian. Abraham, bapa orang percaya, mengalami sejumlah ujian dan kemenangan iman (Rm. 4:20). Para pemazmur menguatkan diri mereka dengan mengingat perbuatan-perbuatan Allah di masa lalu. Adalah hal berharga ketika kita membaca dan mendengarkan orang percaya yang lain, di masa lalu dan saat ini, mengenai bagaimana Allah telah memelihara dan menolong mereka. Perhatikan bahwa setiap gelombang yang tidak menenggelamkan kita kembali membuktikan ketangguhan Batu Karang yang di atas-Nya kita berdiri, yaitu keberhasilan Penyelamat Hidup kita yang agung.
Bukan iman kita yang menyelamatkan kita. Ada bahaya dalam memercayai kekuatan iman kita dan bukan Tuhan itu sendiri. Adalah Kristus yang menyelamatkan kita melalui iman. Kristus adalah orang kuat yang kepada-Nya iman dilekatkan, dan adalah kepada Dia kita percaya, dan Dialah yang menyelamatkan. Ketika kita melihat kepada Dia, iman kita pasti bertumbuh. Maka, dalam perkataan Isaac Watts:
Andai semua tentara kematian,
Dan kuasa neraka yang tidak dikenal,
Mengerahkan murka dan niat jahat mereka
yang paling menakutkan,
Aku akan tetap aman, sebab Kristus menunjukkan
Kuasa yang lebih kuat dan anugerah perlindungan.
Artikel ini merupakan bagian dari koleksi The Basics of Christian Discipleship.