Pengakuan Iman Gereje Belanda

Pasal 1
Allah yang esa

Kita semua percaya dengan hati, dan mengaku dengan mulut,
bahwa ada satu Zat Rohani yang esa dan sederhana,
yang kita namakan Allah.
Dia kekal, tidak terpahami, tidak kelihatan, tidak berubah-ubah, tak terhingga,
mahakuasa, berhikmat sempurna, mahaadil, mahabaik,
dan sumber serba berlimpah segala hal yang baik.

Pasal 2
Sarana-sarana untuk mengenal Allah

Kita mengenal Dia melalui dua sarana.
Pertama, melalui penciptaan, pemeliharaan, dan pemerintahan seluruh alam.
Sebab di depan mata kita alam itu bagaikan buku yang indah,
yang di dalamnya segala ciptaan Allah,
yang besar maupun kecil,
menjadi seperti huruf-huruf
yang menyatakan kepada kita
apa yang tidak tampak dari Allah,
yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya,
menurut perkataan Rasul Paulus dalam Rom 1:20.
Semua itu cukup untuk membuktikan kesalahan manusia
sehingga mereka tidak dapat berdalih.
Kedua, Dia memperkenalkan diri kepada kita
dengan lebih jelas dan sempurna lagi
oleh Firman-Nya yang kudus dan ilahi,
yaitu sekadar kebutuhan kita dalam hidup ini,
demi kemuliaan-Nya dan demi keselamatan orang-orang milik-Nya.

Pasal 3
Firman Allah yang tertulis

Kita mengaku, bahwa Firman Allah ini tidak disampaikan atau dihasilkan oleh
kehendak manusia,

tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah,
menurutperkataan Rasul Petrus dalam 2Pe 1:21.
Sesudah itu Allah,
karena perhatian-Nya yang khusus kepada kita dan keselamatan kita,
menyuruh hamba-hamba- Nya,
yaitu Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul,
membukukan Firman-Nya yang telah dinyatakan.
Dan Dia sendiri menulis dengan jari-Nya
kedua loh batu Taurat.
Oleh karena itu, kita menyebut tulisan- tulisan yang demikian
Kitab-kitab Suci dan Ilahi

Pasal 4
Kitab-kitab kanonik

Kita mengelompokkan Kitab Suci menjadi dua buku,
yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Kedua buku ini adalah kitab-kitab kanonik, yang tidak dapat dibantah.
Kitab- kitab tersebut didaftar di dalam gereja Allah sebagai berikut:
Kitab-kitab Perjanjian Lama:
kelima kitab Musa, yaitu Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan, Kitab Yosua, Kitab Hakim-hakim, Kitab Rut,
kedua Kitab Samuel, kedua Kitab Raja-raja,
kedua Kitab Tawarikh,
Kitab Ezra yang pertama, (1)Kitab Nehemia, Ester, Ayub,
Mazmur Daud, ketiga Kitab Salomo, yaitu Amsal, Pengkhotbah, dan Kidung Agung,
Kitab keempat nabi yang besar, yaitu Yesaya, Yeremia,(2)Yehezkiel, dan Daniel,
dan selanjutnya kedua belas nabi kecil lainnya yang kecil,
yaitu Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, Maleakhi.
Perjanjian Baru:
Keempat pengarang Kitab Injil, yaitu Matius, Markus, Lukas, Yohanes, Kisah Para Rasul,
Keempat belas Surat Rasul Paulus, yaitu kepada jemaat di Roma, dua kepada jemaat di Korintus, kepada jemaat di Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, dua kepada jemaat di Tesalonika, dua kepada Timotius, kepada Titus, kepada Filemon, kepada orang Ibrani,(1)
ketujuh Surat Rasul-Rasul lain, yaitu Surat Yakobus, dua Surat Petrus, tiga Surat Yohanes, Surat Yudas,
dan Wahyu kepada Yohanes.

Pasal 5
Dasar kewibawaan Kitab Suci

Hanya semua kitab ini saja kita terima
sebagai kitab-kitab suci dan kanonik,
agar menjadi patokan, asas, dan penyangga iman kita.
Dan kita percaya akan semua hal yang tercakup di dalamnya,
dengan tidak menaruh wasangka.
Bukan hanya karena Gereja menerimanya, dan menganggapnya begitu,
melainkan terutama karena Roh Kudus menyaksikan di dalam hati kita,
bahwa kitab-kitab ini berasal dari Allah,
dan juga karena bukti tentang hal itu terkandung di dalamnya,
mengingat orang buta pun dapat meraba,
bahwa apa yang dinubuatkan di dalamnya sungguh terjadi.

Pasal 6
Perbedaan antara Kitab-kitab Kanonik dan Kitab- kitab Apokrif

Kita membedakan antara Kitab-kitab Kanonik dan Kitab-kitab Apokrif, yakni kitab Ezra yang ketiga dan keempat, Kitab Tobit, Kitab Yudit, Kitab Kebijaksanaan, Putera Sirakh, Barukh, Tambahan-tambahan pada kisah Ester, Doa ketiga orang dalam perapian, Kisah Susana, Patung Bel dan Naga, Doa Manasye, dan kedua Kitab Makabe.
Gereja memang boleh membaca kitab-kitab ini
dan mengambil pelajaran-pelajaran dari dalamnya juga,
sejauh isinya sesuai dengan Kitab-kitab Kanonik.
Akan tetapi, Kitab-kitab Apokrif ini tidak mempunyai kekuatan dan kuasa yang begitu rupa,
sehingga melalui kesaksian apa saja dari dalamnya orang dapat meneguhkan satu pasal sekalipun dari iman atau dari Agama Kristen.
Lebih-lebih, kitab-kitab itu tidak mungkin mengurangi wibawa kitab- kitab lain, yang suci.

Pasal 7
Kesempurnaan Kitab Suci sebagai satu-satunya patokan bagi iman kita

Kita percaya, bahwa Kitab Suci ini
berisi kehendak Allah secara sempurna,
dan bahwa segala sesuatu yang harus dipercayai manusia untuk diselamatkan diajarkan di dalamnya dengan secukupnya.
Sebab seluruh cara berbakti
yang dituntut Allah dari kita
tertulis di dalamnya dengan panjang lebar.
Oleh karena itu, tidak boleh seorang pun,
sekalipun ia seorang rasul,
membawa ajaran lain daripada yang telah diajarkan
kepada kita oleh Kitab Suci,
bahkan sekalipun ia seorang malaikat dari surga
menurut perkataan rasul Paulus dalam Gal 1:8
Larangan menambahi atau mengurangi Firman Allah (bnd. Ula 12:32)
menunjukkan betapa ajarannya sempurna dan lengkap.
Juga tidak boleh tulisan manusia,
betapapun sucinya,
disamakan dengan Kitab-kitab ilahi.
Pun tidak boleh kebiasaan disamakan dengan kebenaran Allah,
(sebab kebenaran melebihi segala sesuatu),
atau jumlah besar orang,
atau ketuaan,
atau suksesi zaman atau orang,
atau konsili-konsili, dekrit-dekrit atau keputusan-keputusan.
Sebab sekalian orang adalah sumber dusta
dan puncak kesia- siaan (bnd. Maz 62:10).
Oleh sebab itu,
kita menolak dengan sepenuh hati
segala sesuatu yang tidak sesuai dengan patokan yang tidak dapat bersalah itu, sebagaimana diajarkan kepada kita oleh para rasul,
katanya, Ujilah roh-roh, apakah mereka berasal dari Allah(1Yo 4:1),
begitu juga, jikalau seorang datang kepadamu,
dan ia tidak membawa ajaran ini,
janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu( 2Yo 10)

Pasal 8
Ketritunggalan Allah yang kudus

Sesuai dengan kebenaran dan Firman Allah itu
kita percaya kepada Allah yang esa,
yang adalah satu Zat yang tunggal,
yang di dalam-Nya ada tiga Pribadi,
yang sungguh- sungguh, benar-benar, dan dari kekekalan
berlainan menurut sifat- sifat Mereka yang tidak sama-sama Mereka miliki,
yaitu Bapa dan Anak dan Roh Kudus.
Bapa adalah sebab, asal, dan awal segala hal,
baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan.
Anak adalah Firman, hikmat, dan gambar Bapa.
Roh Kudus adalah kuasa dan kekuatan yang kekal
yang keluar dari Bapa dan Anak.
Akan tetapi, perbedaan ini tidak menyebabkan Allah terbagi tiga,
sebab Kitab Suci mengajarkan kepada kita
bahwa Bapa dan Anak dan Roh Kudus
masing-masing mempunyai wujud-Nya sendiri,
yang berbeda karena sifat-sifat-Nya.
Tetapi begitu rupa, sehingga ketiga Pribadi ini
hanya merupakan satu Allah yang Esa.
Maka nyatalah Bapa bukan Anak dan Anak bukan Bapa,
demikian juga Roh Kudus bukan Bapa dan bukan juga Anak.
Sementara itu, ketiga Pribadi ini,
yang berbeda-beda seperti itu,
tidaklah terbagi,
tidak bercampur, dan tidak terbaur.
Sebab Bapa tidak mengenakan daging manusia,
Roh Kudus juga tidak,
tetapi hanya Anak saja.
Bapa tidak pernah tinggal sendiri,
tanpa Anak-Nya atau Roh-Nya yang Kudus.
Sebab ketiga-Nya sama-sama kekal
dalam satu Zat yang sama.
Tidak ada yang lebih dulu, tidak ada yang lebih kemudian,
sebab ketiga-Nya satu,
dalam kebenaran dan dalam kekuatan,
dalam kebaikan dan dalam kemurahan.

Pasal 9
Ketiga Pribadi dalam Allah yang esa

Semua itu kita ketahui
baik dari kesaksian- kesaksian Kitab Suci
maupun dari karya-karya Mereka,
dan terutama dari karya-karya
yang kita rasai di dalam diri kita.
Kesaksian-kesaksian Kitab-Kitab Suci, yang mengajari kita
percaya kepada Ketritunggalan ini,
tertulis dalam banyak nas Perjanjian Lama;
nas-nas itu tidak perlu dihitung,
tetapi harus dipilih dengan cermat.
Dalam Kejadian Kej 1:26-27 Allah berkata,
Baiklah Kita menjadikan manusia
menurut gambar dan rupa Kita, dst.
Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya,
laki-laki dan perempuan diciptakan- Nya mereka.
Demikian juga dalam Kej 3:22,
Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita.
Dari situ nyatalah ada lebih dari satu Pribadi di dalam Keallahan,
bila Dia berfirman, Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar Kita.
Selanjutnya Dia menunjukkan kesatuan,
bila Dia berfirman, Maka Allah menciptakan.
Memang, Dia tidak berkata berapa jumlah Pribadi.
Tetapi, apa yang agak kurang terang bagi kita dalam Perjanjian Lama
menjadi sangat jelas dalam Perjanjian Baru.
Sebab waktu Tuhan kita dibaptis di Sungai Yordan,
terdengarlah suara Bapa, bunyinya,
Inilah Anak yang Kukasihi;
Anak tampak di dalam air,
dan Roh Kudus menyatakan diri dalam rupa burung merpati.
Juga, untuk Baptisan semua orang percaya
Kristus sudah menetapkan formula ini,
Baptislah semua bangsa dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus(Mat 28:19)
Dalam Injil Luk 1:35, malaikat Gabriel berkata kepada Maria, ibu Tuhan:
Roh Kudus akan Turun atasmu
dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau;
sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.
Begitu juga, Kasih Karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah,
dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian (2Ko 13:13).
Sebab ada tiga yang memberi kesaksian di dalam surga, Bapa, Firman, dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu(1Yo 5:9)
Dalam semua nas itu kita diajari sepenuhnya
bahwa ada tiga Pribadi di dalam satu Zat ilahi yang esa.
Meskipun ajaran ini jauh melampaui daya tangkap manusia,
namun oleh Firman kita sekarang mempercayainya,
sambil merindukan kenikmatan pengetahuan dan hasilnya yang sempurna dalam surga.
Lagi pula, harus dicamkan juga jabatan-jabatan dan karya-karya ketiga pribadi itu terhadap kita.
Bapa dinamakan Khalik kita oleh karena kuasa-Nya;
Anak adalah Juruselamat dan Penebus kita oleh karena darah-Nya;
Roh Kudus adalah yang menyucikan kita
oleh karena hati kita dijadikan-Nya tempat kediaman-Nya.
Ajaran mengenai Ketritunggalan yang kudus ini
senantiasa dipertahankan dan dipelihara dalam Gereja yang sejati,
sejak zaman para rasul hingga sekarang,
melawan orang Yahudi, orang Islam,
dan beberapa orang Kristen palsu dan orang sesat,
seperti Marcion, Mani, Praxeas, Sabellius, Paulus dari Samosata, Arius, dan lain sebagainya,
yang telah ditolak dengan sepatutnya oleh bapa-bapa gereja yang suci.
Oleh karena itu, dalam bidang ini dengan rela hati kita menerima ketiga Pengakuan Iman, yaitu Pengakuan Iman Rasuli, Pengakuan Iman Nicea, dan Pengakuan Iman Atanasius.
Dan juga keputusan-keputusan mengenai hal ini yang diambil oleh bapa-bapa Gereja Lama sesuai dengan pengakuan tersebut.

Pasal 10
Yesus Kristus adalah Allah sejati dan kekal

Kita percaya, bahwa Yesus Kristus, menurut tabiat keallahan-Nya,
adalah Anak Allah yang tunggal, yang diperanakkan dari kekekalan;
tidak dijadikan atau diciptakan
(sebab seandainya begitu Dia adalah ciptaan),
tetapi se-Zat dengan Bapa, sama kekal,
gambar teraan wujud Bapa dan cahaya kemuliaan- Nya(Ibr 1:3),
dalam segala hal setara dengan Dia (Fil 2:6).
Dia adalah Anak Allah,
bukan hanya sejak Dia mengenakan tabiat kita,
melainkan dari kekekalan,
sebagaimana diajarkan kepada kita oleh kesaksian-kesaksian ini
kalau dibandingkan satu dengan yang lain.
Musa berkata, bahwa Allah telah menciptakan dunia (Kej 1:1)
dan Yohanes berkata, bahwa segala sesuatu dijadikan oleh Firman,
yang dinamakannya Allah (1Yo 1:3).
Sang Rasul(1) berkata, bahwa Allah telah menciptakan alam semesta melalui Anak-Nya (Ibr 1:2),
begitu pula, bahwa Allah telah menciptakan segala sesuatu melalui Yesus Kristus (Kol 1:16).
Kesimpulannya ialah, Dia yang dinamakan Allah, Firman, Anak, dan Yesus Kristus sudah ada ketika segala sesuatu diciptakan melalui Dia.
Oleh sebab itu Nabi Mikha berkata,
Permulaan-Nya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala(Mik 5:1).
Dan Sang Rasul berkata, Hari-Nya tidak berawal dan hidup-Nya tidak berkesudahan (Ibr 7:3).
Maka Dia adalah Allah sejati dan kekal, Yang Mahakuasa. Kepada Dia kita berseru, menyembah, dan berbakti.

Pasal 11
Roh Kudus adalah Allah sejati dan kekal

Kita percaya dan mengaku juga,
bahwa Roh Kudus dari kekekalan keluar dari Bapa dan Anak.
Dia tidak dijadikan atau diciptakan, ataupun diperanakkan,
tetapi hanya keluar dari kedua- Nya itu.
Menurut urutan Dia adalah Pribadi yang ketiga dalam Ketritunggalan,
se-Zat, sama agungnya, sama mulianya dengan Bapa dan Anak;
Allah sejati dan kekal,
sebagaimana diajarkan kepada kita oleh Kitab-kitab Suci.

Pasal 12
Penciptaan segala sesuatu, khususnya penciptaan malaikat-malaikat

Kita percaya, bahwa Bapa,
melalui Firman-Nya, yaitu melalui Anak-Nya,
telah menciptakan langit, bumi, dan segala makhluk
dengan tidak memerlukan bahan apa pun,
yaitu ketika Dia berkenan
memberi tiap-tiap makhluk wujud, bentuk, dan rupa,
dan bermacam-macam tugas
untuk melayani Penciptanya.
Kita percaya, bahwa sekarang pun
Dia memelihara dan memerintah semua itu,
menurut pemeliharaan-Nya yang kekal,
dan oleh kuasa-Nya yang tidak terhingga,
agar melayani manusia,
dengan maksud supaya manusia melayani Allahnya.
Dia telah menciptakan pula malaikat-malaikat dengan baik,
agar menjadi utusan-utusan-Nya dan melayani orang-orang pilihan-Nya.
Di antaranya ada yang kehilangan keulungan,
yang di dalamnya mereka diciptakan Allah,
dan jatuh ke dalam kebinasaan kekal.
Adapun yang lain- lain, oleh rahmat Allah
mereka bertahan,
dan tetap tinggal dalam keadaan semula.
setan-setan dan roh-roh jahat itu begitu buruk,
sehingga mereka menjadi musuh Allah dan musuh segala kebaikan.
Mereka mengincar dengan sekuat tenaga Gereja dan setiap anggotanya bagaikan pembunuh
yang akan merusak dan membinasakan segala sesuatu
oleh tipu dayanya.
Oleh karena itu, karena kejahatannya sendiri, mereka dijatuhi hukuman kebinasaan kekal,
dan sehari-hari mereka menantikan siksaan yang ngeri.
Maka kita menolak dan menjijikkan ajaran sesat orang Saduki dalam hal ini, yang menyangkal adanya roh-roh dan malaikat-malaikat,
dan juga ajaran sesat kaum Manikheis,
yang mengatakan bahwa setan-setan berasal dari dirinya sendiri,
karena kejahatan mereka disebabkan kodratnya sendiri tanpa mengalami perusakan.

Pasal 13
Pemeliharaan dan pemerintahan Allah atas segala sesuatu

Kita percaya, bahwa Allah yang baik itu,
setelah menciptakan segala sesuatu, tidak membiarkannya,
dan tidak menyerahkannya kepada peruntungan atau kepada nasib.
Sebaliknya, Dia mengendalikan dan memerintah segala sesuatu
menurut kehendak- Nya yang kudus,
begitu rupa, sehingga dalam dunia ini tidak terjadi sesuatu apa pun tanpa aturan-Nya.
Meskipun demikian, Allah tidak menjadikan dosa yang terjadi,
dan Dia tidak bersalah atasnya.
Sebab kuasa dan kebaikan-Nya begitu besar
dan tidak terjangkau pengertian,
sehingga Dia mengatur dan melaksanakan karya-Nya dengan sangat baik dan adil,
sekalipun setan-setan dan orang fasik melakukan ketidakadilan.
Dan mengenai apa yang dilakukan-Nya dengan melampaui pikiran manusia,
kita tidak ingin mengusiknya, dengan melewati batas kemampuan kita.
Bahkan kita memuja dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat
hukuman- hukuman Allah yang adil,
yang tersembunyi bagi kita.
Kita menganggap cukup menjadi murid-murid Kristus,
untuk sekadar mempelajari apa yang ditunjukkan-Nya kepada kita dalam Firman-Nya,
tanpa melewati batas-batas itu.
Ajaran ini memberi kita hiburan yang tak terkatakan,
sebab olehnya kita diajar,
bahwa apa saja yang menimpa kita tidak terjadi secara kebetulan,
tetapi semata- mata oleh ketentuan Bapa surgawi kita yang baik,
yang menjaga kita dan mengasuh kita laksana seorang bapak.
Dia memegang segala makhluk-Nya di bawah kuasa-Nya, begitu rupa
sehingga tak sehelai rambut kepala kita pun
(sebab terhitung semuanya)
bahkan seekor burung pipit pun,
dapat jatuh ke bumi di luar kehendak Bapa kita (Mat 10:30,29).
Di dalamnya kita berteduh,
karena kita mengetahui, bahwa Allah mengekang setan-setan
beserta semua musuh kita,
yang tak dapat merugikan kita di luar izin dan kehendak-Nya.
Dalam hal ini kita menolak ajaran sesat dan terkutuk kaum Epikureis,(1)
yang mengatakan, Allah tidak peduli,
dan membiarkan semua hal terjadi dengan cara kebetulan.

Pasal 14
Penciptaan dan kejatuhan manusia, dan ketidakmampuan manusia untuk berbuat baik

Kita percaya, bahwa Allah telah menciptakan manusia dari debu tanah,
dan menjadikan serta membentuk dia menurut gambar dan rupa-Nya,
yaitu baik, benar, dan kudus.
Oleh kehendaknya manusia sanggup menyesuaikan diri dengan kehendak Allah
dalam segala hal.
Akan tetapi, ketika manusia sedang mulia ia tidak mempunyai pengertian,
dan tidak menyadari keulungannya.
Sebaliknya, dengan rela hati ia takluk kepada dosa,
dan oleh karena itu kepada maut dan kutuk,
karena membuka telinga untuk perkataan iblis.
Sebab hukum kehidupan yang telah diterimanya itu dilanggarnya,
dan oleh dosa ia memisahkan diri dari Allah,
yang adalah hidupnya yang sejati.
Ia telah merusak segenap kodratnya,
dan dengan demikian ia patut dihukum mati,
baik secara jasmani maupun secara rohani.
Oleh karena manusia menjadi fasik dan buruk,
serta bejat dalam segala jalannya,
maka ia kehilangan semua karunia gemilang,
yang telah diterimanya dari Allah,
sehingga tiada yang tinggal kecuali hanya sisa-sisa yang kecil saja.
Akan tetapi, sisa-sisa itu cukup sehingga manusia tidak dapat berdalih,
karena seluruh terang yang ada di dalam diri kita telah berubah menjadi kegelapan,
sebagaimana diajarkan Alkitab kepada kita, yang berbunyi,
Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak memahaminya’; di sini Yohanes menamakan manusia ‘kegelapan’.
Karena itu, kita menolak segala ajaran yang bertentangan dengan hal-hal itu,
seakan-akan manusia memiliki kehendak bebas,
sebab manusia tidak lain dari hamba dosa
dan tidak dapat mengambil sesuatu bagi dirinya,
kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari surga.
Sebab siapakah yang akan memegahkan kemampuannya untuk berbuat sesuatu yang baik seakan-akan hal itu timbul dari dirinya sendiri,
sedangkan Kristus berkata:
Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku,
jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku?
Siapakah yang akan mengemukakan kehendaknya,
sedangkan ia memahami bahwa keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah?
Siapakah yang akan menyebut-nyebut pengetahuannya,
sedangkan ia melihat bahwa manusia duniawi tidak memahami apa yang berasal dari Roh Allah?
Pendeknya, siapakah yang akan mengajukan suatu pikiran,
sedangkan ia sadar bahwa dengan diri kita sendiri kita tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kita sendiri, tetapi bahwa kesanggupan kita adalah pekerjaan Allah?
Oleh karena itu, benar-benar patut apa yang dikatakan Sang Rasul tetap dianggap teguh dan pasti, yaitu bahwa Allahlah yang mengerjakan di dalam kita baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.
Sebab tidak ada pengertian atau kehendak yang serupa dengan pengertian dan kehendak Allah,
kecuali yang dikerjakan Kristus di dalam manusia.
Hal itu diajarkan-Nya kepada kita, kata-Nya,
Di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.

Pasal 15
Dosa turunan

Kita percaya, bahwa oleh ketidaktaatan Adam
dosa turunan sudah menjalar kepada seluruh umat manusia.
Dosa turunan itu adalah kerusakan seluruh kodrat,
dan cacat turunan.
Kanak-kanak pun sudah dicemari olehnya,
bahkan di dalam kandungan ibunya.
Dosa tersebut menghasilkan di dalam manusia bermacam-macam dosa,
seolah-olah menjadi akarnya di dalam dirinya.
Oleh karena itu, dosa turunan itu demikian buruk dan keji di hadapan Allah,
sehingga sudah cukup untuk menghukum seluruh umat manusia.
Bahkan, oleh baptisan pun dosa turunan itu tidak seluruhnya ditiadakan, dan akarnya tidak dicabut seluruhnya,
sebab dosa selalu memancar dari dalamnya
bagaikan air dari mata air yang mendatangkan celaka.
Meskipun demikian, kepada anak-anak Allah
dosa turunan itu tidak diperhitungkan menjadi sebab penghukuman,
tetapi diampuni, oleh rahmat dan kemurahan hati Allah,
bukan supaya mereka itu dapat tertidur dengan sentosa di tengah-tengah dosa,
melainkan supaya kesadaran akan kerusakan itu membuat orang percaya sering kali berkeluh
dan berkeinginan supaya dilepaskan dari tubuh maut.
Dalam hal ini kita menolak ajaran sesat kaum pengikut Pelagius,
yang menyatakan bahwa dosa itu hasil tiruan semata-mata.

Pasal 16
Pemilihan Allah yang kekal

Kita percaya, bahwa setelah seluruh keturunan Adam,
oleh dosa manusia pertama,
takluk pada kebinasaan dan keruntuhan,
Allah menyatakan diri-Nya sebagaimana ada-Nya,
yaitu penyayang dan adil.
Penyayang, sebab dari kebinasaan itu ditarik-Nya dan dilepaskan-Nya
mereka yang dalam rencana-Nya yang kekal dan tidak berubah-ubah
telah dipilih-Nya dalam Yesus Kristus, Tuhan kita,
hanya karena kebaikan-Nya semata-mata,
dengan tiada memperhitungkan sedikit pun perbuatan-perbuatan mereka.
Adil, karena yang lain-lain ditinggalkan-Nya
dalam kejatuhan dan kebinasaan
tempat mereka telah menghamburkan diri.

Pasal 17
Pemulihan manusia yang telah jatuh

Kita percaya, bahwa Allah kita yang baik,
– melihat bahwa dengan demikian manusia sudah menghamburkan diri
ke dalam maut jasmani maupun rohani,
dan sudah mencelakakan dirinya sama sekali –
karena hikmat dan kebaikan-Nya yang menakjubkan,
pergi sendiri mencari manusia,
ketika manusia itu lari dari-Nya dengan gemetar,
dan menghibur dia dengan perjanjian akan mengaruniakan Anak-Nya,
yang akan lahir dari seorang perempuan (Gal 4:4),
supaya ia meremukkan kepala ular (Kej 3:15),
dan membahagiakan manusia itu.

Pasal 18
Anak Allah menjadi manusia

Maka dari itu, kita mengaku, bahwa Allah sudah menggenapi janji,
yang telah diberikan-Nya kepada bapa-bapa leluhur
melalui mulut nabi-nabi-Nya yang kudus.
Dia telah mengutus Anak-Nya sendiri yang tunggal dan kekal
ke dalam dunia,
pada waktu yang telah ditentukan-Nya.
Dia telah mengambil rupa seorang hamba,
dan menjadi sama dengan manusia,
dengan sungguh-sungguh mengenakan tabiat manusia yang sejati
dengan segala kelemahannya (kecuali dosa).
Sebab Dia dikandung dalam badan anak dara Maria yang berbahagia,
oleh kekuatan Roh Kudus, tanpa perbuatan seorang laki-laki.
Dan Dia mengenakan tabiat manusia,
tidak hanya sejauh menyangkut tubuh saja,
tetapi juga jiwa manusia yang sejati,
supaya Dia menjadi manusia sejati.
Oleh sebab jiwa manusia sama binasa dengan tubuh
maka perlu dikenakan-Nya keduanya,
agar menyelamatkan keduanya.
Oleh sebab itu, kita mengaku
(dengan menolak ajaran sesat kaum Anabaptis
yang menyangkal bahwa Kristus menerima daging manusia dari ibu-Nya),
bahwa Kristus mendapat bagian dalam daging dan darah anak-anak (Ibr 2:14),
bahwa Dia terbit dari sulbi Daud menurut daging (Kis 2:30),
menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud (Rom 1:3),
buah rahim Maria (Luk 1:42),
lahir dari seorang perempuan (Gal 4:4),
tunas bagi Daud (Yer 33:15),
suatu tunas yang keluar dari tunggul Isai (Yes 11:1),
berasal dari suku Yehuda (Ibr 7:14),
keturunan orang Yahudi menurut daging (Rom 9:5),
keturunan Abraham, karena Dia telah menerima keturunan Abraham dan disamakan dengan saudara-saudara-Nya dalam segala hal, kecuali hal dosa (Ibr 2:16-17, Ibr 4:15),
Dengan demikian Dia sungguh-sungguh menjadi
Imanuel kita, yang berarti: Allah menyertai kita (Mat 1:23).

Pasal 19
Kesatuan dan perbedaan kedua tabiat Kristus dalam satu Pribadi

Kita percaya, bahwa oleh karena Dia dikandung
maka Pribadi Sang Anak disatukan dan digabungkan secara tak terpisahkan dengan tabiat manusia,
sedemikian rupa, hingga tidak ada dua Anak Allah,
dan tidak juga dua Pribadi,
tetapi dua tabiat yang disatukan menjadi satu Pribadi yang tunggal,
sedangkan tiap-tiap tabiat tetap memiliki sifat-sifatnya yang khas.
Maka itu, sebagaimana tabiat keallahan-Nya tetap tinggal tidak diciptakan,
dengan harinya tidak berawal dan hidupnya tidak berkesudahan,
dengan memenuhi langit dan bumi,
begitu juga tabiat kemanusiaan-Nya tidak kehilangan sifat-sifatnya sendiri,
tetapi tetap tinggal ciptaan,
dengan berawal hari dan dengan bersifat berhingga,
dengan tetap memiliki segala sesuatu yang termasuk tubuh yang sejati.
Meskipun oleh kebangkitan-Nya Dia memberinya ketidakfanaan,
tidak diubah-Nya keaslian tabiat kemanusiaan-Nya,
sebab keselamatan dan kebangkitan kita tergantung juga pada keaslian tubuh-Nya itu.
Akan tetapi, kedua tabiat itu disatukan menjadi satu Pribadi sedemikian rupa, hingga oleh kematian- Nya pun keduanya tidak diceraikan.
Jadi, apa yang diserahkan-Nya ke dalam tangan Bapa-Nya waktu mati,
ialah nyawa kemanusiaan yang sejati, yang keluar dari dalam tubuh-Nya.
Sementara itu, tabiat keallahan-Nya tetap bersatu dengan tabiat kemanusiaan, bahkan ketika Dia terbaring dalam kubur sekalipun.
Dan Keallahan tidak berhenti berada di dalam-Nya,
sebagaimana berada di dalam-Nya waktu Dia kanak-kanak,
meskipun selama beberapa waktu tidak menyatakan diri- Nya demikian.
Oleh sebab itu, kita mengaku, Dia adalah Allah sejati dan manusia sejati. Allah sejati, agar maut dikalahkan-Nya oleh kekuatan-Nya;
manusia sejati, supaya Dia dapat mati bagi kita menurut kelemahan daging-Nya.

Pasal 20
Allah menyatakan keadilan dan kemurahan-Nya dalam Kristus

Kita percaya, bahwa Allah,
yang mahamurah dan mahaadil,
telah mengutus Anak-Nya,
untuk menerima tabiat yang di dalamnya ketidaktaatan itu telah dilakukan, supaya dalam tabiat itu dijalani dan ditanggung-Nya hukuman atas dosa-dosa, yaitu oleh sengsara dan kematian-Nya yang amat pahit.
Dengan demikian, Allah telah menyatakan keadilan-Nya terhadap Anak-Nya, karena Dia mempertanggungkan dosa-dosa kita kepada-Nya,
dan mencurahkan kebaikan dan kemurahan-Nya atas kita yang bersalah dan patut menderita kebinasaan.
Dia menyerahkan Anak-Nya bagi kita, untuk dibunuh, oleh kasih yang amat sempurna,
dan Dia membangkitkan-Nya Dia demi membenarkan kita,
supaya melalui Dia kita miliki ketidakfanaan dan hidup yang kekal.

Pasal 21
Pelunasan oleh Kristus,Imam Besar kita satu- satunya, untuk dosa kita

Kita percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Imam Besar untuk selama-lamanya, dengan sumpah, menurut peraturan Melkisedek,
dan bahwa Dia telah menghadap Bapa-Nya atas nama kita,
untuk mendamaikan murka-Nya dengan memberi pelunasan(1) penuh.
Dia mengorbankan diri di kayu salib,
dan menumpahkan darah-Nya yang mahal demi membersihkan segala dosa kita,
seperti yang telah dinubuatkan oleh para nabi
Sebab tertulis, Ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita,
ditimpakan kepada Anak Allah,

dan bahwa oleh bilur-bilur-Nya kita menjadi sembuh,
bahwa Dia dibawa ke pembantaian seperti anak domba,
dan terhitung di antara orang-orang durhaka
(Yes 53:5,7,11).
Oleh Pontius Pilatus Dia dihukum sebagai seorang pejabat,
meskipun ia sudah menyatakan-Nya tidak bersalah.
Demikianlah Dia telah mengembalikan apa yang tidak dirampas-Nya (Maz 69:5),
dan menderita, Dia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar (1Pe 3:18),
yaitu baik dalam tubuh maupun dalam jiwa-Nya.
Dia telah merasakan hukuman mengerikan yang patut menjadi ganjaran bagi kita
atas dosa kita,
sehingga peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah.
Dia telah berseru, Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? (Luk 22:44).
Dan semua itu di derita-Nya demi pengampunan dosa kita.
Oleh sebab itu tepatlah kita mengatakan bersama Paulus,
bahwa kita tidak mengetahui apa-apa selain Kristus, yaitu Dia yang disalibkan (1Ko 2:2);
segala sesuatu kita anggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhan kita, lebih mulia daripada semuanya (Fil 3:8).
Kita mendapat segala penghiburan dalam luka-luka-Nya
, dan tidak perlu lagi mencari atau memikirkan jalan lain apapun untuk memperdamaikan kita dengan Allah,
selain satu korban ini yang dipersembahkan satu kali saja,
yang olehnya orang percaya disempurnakan untuk selama-lamanya (Ibr 10:14).
Itulah juga sebabnya oleh Malaikat Allah Dia dinamakan Yesus, artinya Juruselamat,
karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka (Mat 1:21).

Pasal 22
Pembenaran kita oleh iman kepada Yesus Kristus

Kita percaya, bahwa, agar kita memperoleh pengetahuan yang benar tentang rahasia itu,
Roh Kudus menyalakan di dalam hati kita iman yang benar,
yang memeluk Yesus Kristus bersama segala jasa-Nya,
menjadikan Dia sebagai milik kita,
dan tidak lagi mencari barang apa pun di luar Dia.
Sebab hanya ada dua kemungkinan:
dalam Yesus Kristus tidak terdapat segala sesuatu yang perlu untuk keselamatan kita,
atau, kalau semua itu terdapat di dalam Dia, maka barang siapa memiliki Yesus Kristus oleh iman mempunyai seluruh keselamatannya.
Jadi, jikalau orang berkata bahwa Kristus tidak mencukupi,
tetapi masih perlu apa-apa di samping Dia,
maka hal itu merupakan hujat yang keterlaluan.
Sebab kesimpulannya ialah, Yesus Kristus merupakan setengah Juruselamat saja.
Oleh karena itu, dengan sesungguhnya kita berkata bersama Paulus,
bahwa kita dibenarkan hanya oleh iman, atau oleh iman tanpa perbuatan (Rom 3:28).
Akan tetapi, kita tidak beranggapan seolah-olah iman sendirilah yang membenarkan kita dalam arti yang sesungguhnya.
Sebab iman itu sekadar alat, yang dengannya kita memeluk Kristus, yang adalah kebenaran kita.
Akan tetapi, Yesus Kristus,
yang memperhitungkan kepada kita semua jasa-Nya
dan begitu banyak perbuatan suci
yang telah dilakukan-Nya bagi kita dan sebagai ganti kita,
Dialah kebenaran kita,
sedangkan iman adalah alat,
yang membuat kita tetap berada bersama Dia
dalam persekutuan dengan segala harta-Nya.
Setelah menjadi milik kita,
harta itu lebih dari cukup agar kita dibebaskan dari dosa- dosa kita.

Pasal 23
Pembenaran kita terdiri dari pengampunan dosa karena Kristus

Kita percaya, bahwa
kebahagiaan kita terletak dalam pengampunan dosa kita karena Yesus Kristus, dan pengampunan dosa itu merangkum kebenaran kita di hadapan Allah.
Demikianlah yang diajarkan kepada kita oleh Daud dan Paulus,
yang menyatakan manusia berbahagia bilamana Allah menganggapnya terbilang orang benar tidak berdasarkan perbuatan (Maz 32:2, Rom 4:6)
Dan Rasul itu juga berkata, bahwa kita telah dibenarkan dengan cuma-cuma atau oleh kasih karunia,
karena penebusan yang ada dalam Yesus Kristus (Rom 3:24).
Oleh sebab itu, kita senantiasa berpegang pada asas ini,
dengan mempersembahkan segala pujian kepada Allah,
seraya merendahkan diri kita dan mengaku keadaan kita sebagaimana adanya, tanpa berangan-angan mengenai diri kita sendiri atau jasa-jasa kita.
Dan kita hanya bertumpu pada ketaatan Kristus yang disalib itu,
dan semata-mata bernaung di dalamnya,
yang menjadi kepunyaan kita jika kita percaya kepada Dia.
Ketaatan itu cukup untuk menutupi segala kejahatan kita,
membebaskan hati nurani kita dari rasa takut, gentar dan ngeri,
dan memberi kita keberanian untuk menghampiri Allah,
tanpa berbuat seperti bapa leluhur kita yang pertama, yaitu Adam,
yang dengan gemetar mau menutupi dirinya dengan daun pohon ara.
Dan sesungguhnya, sekiranya kita harus menghadap Allah dengan bertumpu, betapapun sedikitnya,
pada diri kita sendiri atau pada makhluk apa pun yang lain,
maka – sial sekali – kita tidak bisa tidak ditelan.
Oleh karena itu, setiap orang wajib berkata bersama Daud;
Tuhan, janganlah berperkara dengan hamba-Mu ini,
sebab di antara yang hidup tidak seorangpun yang akan benar di hadapan-Mu (Maz 143:2).

Pasal 24
Pengudusan manusia dan perbuatan-perbuatan baik

Kita percaya, bahwa iman yang sejati itu,
yang dihasilkan dalam hati manusia
oleh pendengaran akan Firman Allah
dan oleh pekerjaan Roh Kudus,
membuat manusia lahir kembali dan menjadi manusia baru,
membuatnya hidup dalam kehidupan yang baru
dan memerdekakannya dari perhambaan dosa.
Oleh sebab itu, iman yang membenarkan itu
sekali-kali tidak mengurangi gairah manusia untuk hidup saleh dan suci.
Sebaliknya, tanpa iman itu manusia tidak akan berbuat sesuatu apa pun oleh kasih kepada Allah,
tetapi hanya oleh kasih kepada diri sendiri
dan karena takut di hukum.
Jadi, mustahil iman kudus itu menganggur dalam diri manusia,
mengingat kita tidak berbicara tentang iman yang hampa,
tetapi tentang iman yang oleh Alkitab disebut iman yang bekerja oleh kasih (Gal 5:6).
Iman ini menggerakkan manusia
agar mengupayakan perbuatan-perbuatan yang diperintahkan Allah dalam Firman-Nya.
Perbuatan-perbuatan itu baik dan berkenan kepada Allah
jika bertumbuh dari akar iman yang baik,
karena semuanya telah dikuduskan oleh kasih karunia-Nya.
Dalam pada itu, perbuatan-perbuatan itu tidak masuk perhitungan untuk membenarkan kita,
sebab oleh iman kepada Kristus maka kita dibenarkan,
bahkan sebelum kita melakukan perbuatan-perbuatan itu baik,
sebagaimana tidak mungkin buah pohon dapat menjadi baik sebelum pohon itu baik.
Jadi, kita melakukan perbuatan,
tetapi bukan dengan maksud memperoleh upah,
– sebab upah apa yang yang layak kita peroleh?-
tetapi kita malah wajib berterima kasih kepada Allah
atas perbuatan baik yang kita lakukan,
dan bukannya Dia yang harus berterima kasih kepada kita,
karena Dialah yang mengerjakan di dalam kita baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya(Fil 2:13).
Maka baiklah kita memperhatikan apa yang tertulis,
Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata:
Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan (Luk 17:10).
Sementara itu, kita tidak hendak menyangkal
bahwa Allah mengganjar perbuatan-perbuatan baik.
Akan tetapi,oleh kasih karunia-Nya dimahkotai-Nya pemberian-Nya.
Lagi pula, meskipun kita melakukan perbuatan baik,
kita tidak akan menjadikannya dasar keselamatan kita,
sebab kita tidak dapat melakukan satu perbuatan pun
yang tidak dicemari oleh daging kita
dan patut mendapat hukuman.
Dan jikalau sekalipun kita dapat menunjukkan satu perbuatan yang baik,
namun kenangan pada satu dosa pun sudah cukup
untuk menyebabkan Allah menolak perbuatan itu.
Oleh karena itu, kita selalu bimbang, terombang- ambing,
tanpa kepastian apa pun,
dan hati nurani kita yang malang selalu tersiksa,
jika tidak bertumpu pada jasa yang terdapat dalam sengsara dan kematian Juruselamat kita.

Pasal 25
Penggenapan hukum upacara

Kita percaya, bahwa dengan kedatangan Kristus
maka upacara-upacara dan lambang-lambang hukum Taurat telah berhenti,
dan bahwa segala bayangan sudah berakhir,
sehingga pemakaiannya di tengah orang Kristen harus dihapuskan.
Namun, sebab semua itu mendapat penggenapannya di dalam Dia,
maka kebenaran dan hakikatnya tinggal tetap bagi kita dalam Kristus Yesus.
Dalam pada itu, kita tetap memakai kesaksian-kesaksian
yang diambil dari hukum Taurat dan dari para Nabi,
supaya olehnya kita makin diteguhkan dalam Injil,
dan mengatur hidup kita dalam segala kesopanan,
demi kemuliaan Allah, menurut kehendak-Nya.

Pasal 26
Kristus menjadi satu-satunya Pembela dan Jurusyafaat bagi kita

Kita percaya, bahwa kita tidak beroleh jalan masuk kepada Allah
selain oleh satu-satunya Pengantara dan Jurusyafaat kita,
Yesus Kristus, Yang benar.
Dia telah menjadi manusia,
dengan mempersatukan tabiat ilahi dan tabiat kemanusiaan,
supaya kita, manusia, beroleh jalan masuk kepada Kemuliaan Allah;
jika tidak demikian, maka jalan masuk itu tertutup bagi kita.
Akan tetapi, janganlah pengantara ini,
yang telah dianugerahkan kepada kita oleh Bapa
menjadi Pengantara antara diri-Nya dengan kita,
membuat kita terkejut oleh keagungan- Nya,
sehingga kita mencari seorang pengantara lain, menurut kesukaan kita.
Sebab tidak ada makhluk apa pun, di surga maupun di bumi,
yang mengasihi kita lebih daripada Yesus Kristus,
yang walaupun dalam rupa Allah,
telah mengosongkan diri- Nya sendiri,
dan mengambil rupa seorang manusia dan seorang hamba guna kita,
dan segala hal menjadi sama dengan saudara-saudara-Nya(Fil 2:6-7).
Jadi, andaikata kita harus mencari seorang pengantara lain,
yang mengasihi kita,
maka siapakah yang akan kita dapati yang mengasihi kita lebih daripada Dia, yang telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita,
ketika kita masih seteru-Nya (Rom 5:8,10)?
Dan andaikata kita mencari seorang pengantara yang berkuasa dan berkehormatan,
maka siapakah yang memiliki kuasa dan kehormatan sebanyak Dia,
yang duduk di sebelah kanan Bapa-Nya,
dan yang mempunyai segala kuasa di surga dan di bumi (Mat 28:18).
Dan siapakah yang akan lebih mudah dikabulkan daripada Anak Allah yang kekasih itu sendiri?
Maka hanya karena kurang percaya dimasukkanlah kebiasaan ini,
yang menistakan orang kudus alih-alih menghormati mereka,
yang melakukan apa yang tidak pernah mereka lakukan ataupun kehendaki,(1)
bahkan mereka sama sekali telah menolak hal itu, sesuai dengan kewajiban mereka,
sebagaimana dinyatakan oleh karangan-karangan mereka.
Dalam hal ini orang tidak perlu mengemukakan ketidaklayakan kita,
sebab di sini artinya(2)bukan bahwa kita memanjatkan doa-doa kita berdasarkan kelayakan kita.
Sebaliknya, kita hanya memanjatkannya berdasarkan keulungan dan kelayakan Tuhan kita Yesus Kristus,
yang kebenaran- Nya menjadi kepunyaan kita oleh iman.
Oleh sebab itu, Sang Rasul,
yang ingin mencabut rasa takut yang bebal,
atau lebih tepat, ketidakpercayaan itu dari kita,
berkata, Yesus Kristus telah menjadi sama dengan saudara-saudara-Nya dalam segala hal,
supaya dia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia, untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.
Sebab oleh karena Dia sendiri telah menderita karena pencobaan,
maka Dia dapat menolong mereka yang dicobai
(Ibr 2:17- 18).
Dan selanjutnya ia berkata, hendak menambahkan kebenaran kita untuk menghampiri-Nya,
Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung,
yang telah melintasi semua langit,
yaitu Yesus, Anak Allah,
baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita.
Sebab Imam Besar yang kita punya,
bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita,
sebaliknya sama dengan kita, Dia telah dicobai,
hanya tidak berbuat dosa.
Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia,
supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia,
untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya (Ibr 4:14-16).
Rasul yang sama juga berkata,
bahwa oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus.
Karena itu, katanya, marilah kita menghadap Allah dengan keyakinan iman yang teguh, dst. (Ibr 10:19,22).
Begitu pula, Kristus memegang imamat yang tetap untuk selama-lamanya. Karena itu, Dia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Dia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka (Ibr 7:24-25).
Apalagi yang kurang, karena Kristus sendiri mengujar,
Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku (Yoh 14:6).
Dengan maksud apa kita hendak mencari seorang pembela yang lain,
karena Allah memang berkenan menganugerahkan Anak-Nya menjadi Pembela kita?
Jangan kita meninggalkan Dia untuk menerima orang lain,
atau, lebih tepat, untuk mencari orang lain dengan tidak pernah mendapatinya.
Sebab waktu Allah menganugerahkan Dia, memang diketahui-Nya bahwa kita orang berdosa.
Oleh karena itu, sesuai dengan perintah Kristus,
kita berseru kepada Bapa Surgawi melalui Kristus,
satu-satunya Pengantara kita,
sebagaimana kita diajar dalam Doa Bapa Kami,
dengan penuh keyakinan bahwa segala sesuatu yang kita minta kepada Bapa dalam nama-Nya, akan diberikan kepada kita (Yoh 16:23).

Pasal 27
Gereja Kristen yang Am

Kita percaya dan mengaku satu Gereja yang Katolik atau Am,
yang adalah perkumpulan kudus orang-orang yang sungguh- sungguh percaya kepada Kristus,
yang mengharapkan segenap keselamatan mereka dalam Yesus Kristus, yang telah dicuci oleh darah- Nya,
yang dikuduskan dan dimeteraikan oleh Roh Kudus.
Gereja ini sudah ada sejak awal dunia
dan akan ada sampai akhir zaman,
mengingat Kristus adalah seorang Raja yang kekal,
yang tidak bisa memiliki rakyat.
Dan gereja yang kudus ini dipelihara atau dipertahankan Allah
terhadap amukan seluruh dunia,
meskipun kadang-kadang selama beberapa waktu waktu Gereja itu tampak sangat kecil di mata orang,
bahkan rupanya sudah punah.
Begitu pula pada masa gawat waktu pemerintahan Ahab itu,
Tuhan meninggalkan bagi diri-Nya
tujuh ribu orang yang tidak pernah sujud menyembah Baal.
Tambahan lagi, Gereja yang Kudus ini
tidak terletak, tidak terikat atau terbatas pada tempat tertentu,
atau pada pribadi-pribadi tertentu,
tetapi Gereja itu tersebar dan terserak di seluruh dunia.
Namun, Gereja itu dikumpulkan dan dipersatukan, sehati sekehendak, dalam satu Roh yang sama,
oleh kuasa iman.

Pasal 28
Kewajiban semua orang untuk bergabung dengan gereja yang sejati

Kita percaya,
karena perkumpulan yang kudus ini adalah perhimpunan orang-orang yang diselamatkan,
dan karena di luarnya tidak ada keselamatan,
maka tidak seorang pun – bagaimanapun tingkat dan kualitasnya –
patut mengasingkan diri untuk berdiri sendiri dengan seenaknya.
Sebaliknya, mereka semua harus bergabung dengan perkumpulan ini dan bersatu
dengannya, seraya memelihara kesatuan Gereja,
tunduk kepada pengajaran dan disiplinnya,
dan menundukkan tengkuknya di bawah kuk Yesus Kristus,
Mereka harus melayani pembinaan saudara-saudara,
menurut karunia-karunia yang dianugerahkan Allah kepadanya,
sebagai orang yang bersama-sama menjadi anggota satu tubuh.
Supaya hal ini dapat dipegang dengan lebih baik lagi,
maka menurut Firman Allah semua orang percaya wajib
melepaskan hubungan dengan orang yang tidak termasuk Gereja,
dan bergabung dengan perkumpulan ini,
di mana pun Allah menempatkannya,
sekalipun penguasa- penguasa dan ketentuan-ketentuan raja-raja menentangnya, dan sekalipun mereka harus menderita hukuman mati atau siksaan tubuh apapun karenanya.
Oleh sebab itu, semua orang yang memisahkan diri dari Gereja ini,
atau tidak bergabung dengannya,
melawan perintah Allah.

Pasal 29
Perbedaan antara Gereja yang sejati dan gereja yang palsu serta ciri-ciri masing-masing

Kita percaya, bahwa orang patut berupaya dengan seksama dan cermat dengan berdasarkan Firman Allah,
agar mengenali Gereja yang sejati,
sebab segala bidat yang dewasa ini terdapat di dunia
bersembunyi di bawah nama Gereja.
Di sini kita tidak berkata-kata tentang golongan orang munafik,
yang di dalam Gereja tercampur dengan orang-orang yang baik
namun tidak termasuk di dalamnya,
meskipun mereka secara jasmani berada di dalamnya.
Akan tetapi, kita berkata bahwa patutlah orang membedakan
antara tubuh serta persekutuan Gereja yang sejati
dan segala bidat, yang menamai dirinya Gereja.
Ciri-ciri pengenal Gereja yang sejati ialah,
jikalau Gereja memakai pemberitaan Injil yang murni,
jikalau Gereja memakai pelayanan sakramen-sakramen yang murni sebagai mana ditetapkan Kristus,
jikalau diselenggarakan disiplin gereja, untuk menghukum dosa.
Pendeknya, jika orang bertindak sesuai dengan Firman Allah yang murni dengan menolak segala sesuatu yang bertentangan dengannya,
seraya memandang Yesus Kristus sebagai satu-satunya Kepala.
Melalui hal-hal itu orang dapat mengenali Gereja yang sejati dengan pasti, dan tidak seorang pun diperbolehkan memisahkan diri darinya.
Adapun orang-orang yang termasuk Gereja itu
dapat dikenali dari ciri-ciri orang Kristen, yaitu dari iman,
dan jikalau mereka, setelah menerima satu-satunya Juruselamat Yesus Kristus, menjauhi dosa dan mengejar kebenaran,
mengasihi Allah yang sejati dan sesamanya manusia,
tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri,
dan menyalibkan dagingnya serta segala perbuatannya.
Namun, hal itu tidak berarti
bahwa tidak ada lagi kelemahan besar pada mereka.
Akan tetapi mereka berjuang melawan kelemahan itu oleh Roh, dalam setiap hari-hari kehidupannya,
sambil berlindung terus-menerus pada darah, kematian, sengsara, dan ketaatan Tuhan Yesus.
Di dalam-Nya mereka beroleh pengampunan dosa
oleh iman kepada-Nya.
Adapun gereja yang palsu menganggap dirinya dan peraturannya
lebih berkuasa dan berwenang daripada Firman Allah,
dan tidak mau tunduk pada kuk Kristus;
ia tidak melayankan sakramen-sakramen dengan cara yang ditetapkan Kristus dalam Firman-Nya,
tetapi mengurangi dan menambahinya dengan semau-maunya.
Gereja yang palsu itu lebih bertumpu pada manusia dibandingkan pada Kristus.
Gereja palsu itu menganiaya orang yang hidup suci menurut Firman Allah dan yang menegurnya karena cacatnya, keserakahannya, dan karena menyembah berhala-berhala.
Kedua gereja ini dengan mudah dikenali dan dibedakan satu sama lain.

Pasal 30
Pemerintahan gereja oleh jabatan-jabatan gerejawi

Kita percaya, bahwa Gereja yang sejati itu
harus diperintah menurut tatanan rohani yang diajarkan Tuhan kepada kita dalam Firman-Nya, yaitu,
bahwa harus ada pelayan-pelayan atau gembala-gembala,
untuk memberitakan Firman Allah dan melayankan sakramen-sakramen;
bahwa harus ada pula penilik-penilik dan diaken-diaken,
untuk bersama para gembala menjadi majelis gereja,
dan dengan cara itu memelihara agama yang benar serta memajukan ajaran yang benar,
juga supaya para pelanggar dihukum dan dikendalikan dengan cara rohani, dan orang miskin dan sudah ditolong serta dihibur sesuai dengan keperluan masing-masing.
Dengan sarana ini segala sesuatu dalam Gereja akan berlangsung dengan sopan dan teratur,
asal saja yang dipilih adalah orang-orang yang setia,
dan asal pemilihannya diadakan menurut peraturan yang diberikan Rasul Paulus dalam Surat kepada Timotius.

Pasal 31
Para Pelayan, Penatua, dan Diaken

Kita percaya, bahwa para Pelayan Firman Allah, para Penatua, dan Diaken harus dipilih untuk jabatan mereka oleh pemilihan gerejawi yang sah, dengan memanggil nama Allah, dan dengan memakai aturan yang baik, sebagaimana diajarkan oleh Firman Allah.
Jadi, setiap orang harus berhati-hati jangan sampai menyusup masuk dengan cara-cara yang tidak patut.
Sebaliknya, harus dinantikannya saat ia dipanggil Allah,
supaya ia mempunyai kesaksian tentang panggilannya,
sehingga ia merasa pasti dan yakin, bahwa panggilannya berasal dari Tuhan.
Adapun para Pelayan Firman, di mana saja mereka berada,
kuasa dan wewenang yang mereka miliki sama,
karena mereka semua adalah hamba Yesus Kristus,
yang adalah satu-satunya Uskup Am dan satu-satunya Kepala gereja.
Tambahan pula, supaya jangan peraturan Allah yang kudus dilanggar atau dihinakan,
maka kita berkata, bahwa setiap orang harus menghormati secara istimewa para Pelayan Firman dan para Penatua Gereja,
oleh karena pekerjaan yang mereka lakukan,
dan sedapat mungkin memelihara damai dengan mereka,
tanpa sungut, pertengkaran atau perselisihan.

Pasal 32
Tata gereja dan disiplin

Dalam pada itu, kita percaya,
memang berguna dan baik adanya, bahwa mereka yang memerintah Gereja menetapkan dan mempertahankan secara bersama tata gereja yang tertentu, guna pemeliharaan tubuh gereja.
Namun, haruslah mereka berhati-hati agar jangan sampai menyimpang dari apa yang diperintahkan kepada kita oleh Kristus,
satu-satunya Guru kita.
Oleh karena itu, kita menolak segala rekaan manusiawi
dan semua undang-undang yang hendak dimasukkan orang untuk melayani Allah,
dan untuk mengikat serta mengekang hati nurani,
dengan cara apapun juga.
Jadi, kita hanya menerima apa yang berguna demi memelihara dan menjaga persekutuan dan persatuan,
dan untuk mengasuh semuanya dalam ketaatan kepada Allah.
Untuk itu dibutuhkan pengucilan atau pengasingan dari gereja,
yang terjadi menurut Firman Allah,
bersama segala sesuatu yang bersangkut-paut dengannya.

Pasal 33
Sakramen-sakramen

Kita percaya, bahwa Allah kita yang baik,
dengan memperhatikan kebodohan dan kelemahan kita,
telah menetapkan sakramen-sakramen bagi kita,
untuk memeteraikan perjanjian-Nya pada kita,
dan agar menjadi petaruh-petaruh kemurahan dan kasih karunia Allah terhadap kita,
dan juga untuk memupuk serta memelihara iman kita.
Sakramen-sakramen ini ditambahkan Allah pada Firman Injil,
supaya dengan lebih jelas lagi diperlihatkan-Nya kepada indera kita yang lahiriah
baik apa yang diterangkan-Nya kepada kita melalui Firman-Nya,
maupun apa yang dikerjakan-Nya secara batin di dalam hati kita.
Dengan demikian diberlakukan-Nya secara batin di dalam hati kita.
Dengan demikian diberlakukan-Nya dan diteguhkan-Nya dalam diri kita
keselamatan yang dikaruniakan-Nya kepada kita.
Karena sakramen- sakramen itu adalah tanda-tanda dan meterai-meterai yang kelihatan
tentang hal batin yang tidak kelihatan,
dan melaluinya Allah bekerja di dalam diri kita,
oleh kuasa Roh Kudus,
Maka tanda- tanda ini bukan hampa atau tak berisi,
untuk menipu kita,
sebab kebenaran yang diungkapkan di dalamnya ialah Yesus Kristus,
dan tanpa Dia sakramen-sakramen itu tidak berarti sama sekali.
Selanjutnya, kita berpendapat cukuplah jumlah sakramen yang ditetapkan Kristus, Guru kita, yang jumlahnya tidak melebihi dua,
sakramen Baptisan
dan sakramen Perjamuan Kudus Yesus Kristus.

Pasal 34
Baptisan Kudus

Kita percaya dan mengaku, bahwa
Yesus Kristus, yang adalah kegenapan Hukum Taurat(Rom 10:4),
oleh penumpahan darah-Nya sudah menamatkan segala penumpahan darah lain, yang mungkin dapat atau hendak dilakukan orang
demi pendamaian dan pelunasan(1)dosa-dosa,
dan bahwa Dia, setelah membatalkan surat, yang berlangsung dengan darah, menetapkan sakramen Baptisan sebagai gantinya.
Oleh sakramen itu kita diterima ke dalam Gereja Allah,
dan dipisahkan dari semua bangsa lain dan agama asing,
supaya kita menjadi milik-Nya seluruhnya
yang menyandang tanda pengenal dan panji-Nya.
Baptisan itu menjadi kesaksian bagi kita,
bahwa Dialah Allah kita untuk selama-lamanya,
sebagai Bapa yang murah hati terhadap kita.
maka Kristus memerintahkan membaptis semua orang milik- Nya
dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus (Mat 28:19),
hanya dengan air bersih saja.
Dengan demikian Dia menjelaskan kepada kita,
sama seperti air membasuh kotoran tubuh waktu kita disiram air itu,
yaitu air yang kelihatan pada tubuh orang yang dibaptis dan yang memerciki dia,
begitu juga darah Kristus melakukan hal yang sama secara batin, di dalam jiwa, oleh Roh Kudus,
dengan memerciki jiwa dan membersihkannya dari dosa
dan dengan melahirkan kita kembali,
sehingga dari anak- anak murka menjadi anak-anak Allah.
Memang hal itu tidak dikerjakan oleh materi air,
tetapi oleh pemercikan dengan darah Anak Allah yang mahal,
yang adalah Laut Merah kita,
yang harus kita lintasi untuk luput dari penindasan Firaun, yaitu Iblis,
dan untuk masuk Tanah Kanaan yang rohani.
Maka para Pelayan di pihak mereka memberi kita sakramen, dan apa yang kelihatan,
tetapi Tuhan kita memberikan apa yang ditandai oleh sakramen,
yaitu semua karunia dan anugerah yang tidak kelihatan,
sambil membasuh, menyucikan, dan membersihkan jiwa kita dari segala kotoran dan kesalahan,
dan membarui hati kita serta memenuhinya dengan segala hiburan.
Dengan demikian diberikannya-Nya kepada kita keyakinan yang sungguh-sungguh akan kebaikan-Nya sebagai seorang Bapa,
dan kita dibuat-Nya mengenakan manusia baru serta menanggalkan manusia lama bersama segala perbuatannya.
Oleh sebab itu, kita percaya, bahwa orang yang hendak masuk ke dalam hidup kekal
hendaknya dibaptis hanya satu kali saja dengan baptisan yang satu-satunya, dengan tidak pernah mengulanginya,
sebab mustahil juga kita lahir dua kali.
Akan tetapi, baptisan itu tidak hanya berfaedah
selama air masih ada pada tubuh kita dan selama kita menerima air itu, tetapi sepanjang masa hidup kita.
Oleh karena itu, kita menolak ajaran sesat kaum Anabaptis,
yang tidak puas dengan satu baptisan yang pernah diterimanya,
dan yang juga menolak keras baptisan anak-anak orang percaya.
Menurut keyakinan kita, anak-anak ini patut dibaptis dan dimeteraikan dengan tanda perjanjian,
sama seperti anak-anak orang Israel disunat
berdasarkan janji-janji yang sama dengan yang diberikan kepada anak-anak kita.
Sesungguhnya, Kristus tidak kurang menumpahkan darah-Nya untuk membasuh anak-anak orang percaya
daripada untuk mencuci orang dewasa.
Oleh sebab itu, patut mereka menerima tanda dan sakramen
dari apa yang telah dilakukan Kristus bagi mereka,
sebagaimana dalam hukum Taurat Tuhan memerintahkan
agar kepada mereka dibagikan sakramen sengsara dan kematian Kristus tidak lama setelah mereka dilahirkan,
dengan mempersembahkan seekor anak domba,
yang menjadi sakramen Yesus Kristus.
Tambahan pula, apa yang dikerjakan oleh sunat untuk bangsa Yahudi, hal itu juga dikerjakan oleh Baptisan untuk anak-anak kita.
Oleh sebab itu, Rasul Paulus menamakan Baptisan itu sunat Kristus (Kol 2:11).

Pasal 35
Perjamuan Kudus Tuhan kita Yesus Kristus

Kita percaya dan mengaku, bahwa Juruselamat kita Yesus Kristus
telah memerintahkan dan menetapkan Perjamuan Kudus,
untuk memberikan makan dan memelihara mereka yang telah dilahirkan-Nya kembali
dan yang telah dicangkokkan-Nya menjadi anggota keluarga-Nya, yaitu Gereja-Nya.
Di dalam orang yang telah dilahirkan kembali itu terdapat kehidupan ganda.
Yang satu bersifat jasmani dan sementara;
mereka membawanya sejak kelahirannya yang pertama,
dan kehidupan itu dimiliki semua orang.
Yang lain bersifat rohani dan surgawi;
mereka dianugerahi kehidupan itu pada kelahiran kedua,
yang dikerjakan oleh Firman Injil, dalam persekutuan dengan tubuh Kristus.
Kehidupan yang kedua ini hanya menjadi milik orang-orang pilihan Allah semata-mata.
Maka untuk memelihara kehidupan jasmani di bumi ini,
Allah telah menetapkan bagi kita roti biasa dari bumi ini,
yang berguna untuk kehidupan jasmani
dan yang menjadi milik semua orang, sama seperti kehidupan itu sendiri.
Tetapi untuk memelihara kehidupan rohani dan surgawi,
yang dimiliki orang percaya,
Allah mengutus kepada mereka Roti yang hidup,
yang telah turun dari surga, yaitu Yesus Kristus.
Dia mengasuh dan memelihara kehidupan rohani orang percaya waktu Dia dimakan, artinya dijadikan milik dan diterima oleh iman, secara rohani.
Untuk menggambarkan roti rohani dan surgawi itu bagi kita,
Kristus telah menetapkan satu roti jasmani yang kasatmata,
yang merupakan sakramen tubuh-Nya,
dan air anggur, menjadi sakramen darah- Nya.
Maksud-Nya untuk menyaksikan kepada kita, bahwa
sama seperti kita menerima sakramen itu dan memegangnya dengan tangan kita serta memakan dan meminumnya dengan mulut kita,
sehingga sesudahnya kehidupan kita terpelihara dengannya,
begitu juga kita pasti menerima melalui iman
(yang merupakan tangan dan mulut jiwa kita)
tubuh sejati dan darah sejati Yesus Kristus,
satu- satunya Juruselamat kita,
untuk kehidupan kita yang rohani.
Jadi, pasti dan tidak dapat diragu-ragukan,
bahwa Yesus Kristus tidak sia-sia menganjurkan sakramen-sakramen-Nya kepada kita.
Maka demikianlah dikerjakan-Nya dalam diri kita
segala sesuatu yang dihadirkan-Nya di depan mata kita
melalui tanda-tanda yang kudus ini,
meskipun caranya melampaui akal budi kita
dan tidak dapat kita pahami,
sebagaimana juga cara kerja Roh Kudus tersembunyi dan tidak terpahami.
Walaupun begitu, tidak keliru kalau kita berkata,
bahwa apa yang kita makan dan minum itu
adalah tubuh Kristus sendiri, yang asli
dan darah-Nya sendiri,
tetapi cara kita makan tubuh dan darah itu
bukan cara mulut, melainkan cara roh, oleh iman.
Jadi, Yesus Kristus tetap duduk di sebelah kanan Allah Bapa-Nya, di surga, namun hal itu tidak mencegah Dia membagikan diri-Nya kepada kita oleh iman.
Perjamuan ini adalah meja rohani,
dan meja itu Kristus membagikan diri-Nya bersama segala harta-Nya kepada kita.
Padanya Kristus membuat kita menikmati diri-Nya maupun jasa sengsara dan kematian-Nya.
Dia mengasuh, menguatkan, dan menghibur jiwa kita yang malang dan putus asa dengan memberi makan, yaitu tubuh-Nya,
dan menyegarkan serta menyenangkan jiwa kita dengan minuman, yaitu darah-Nya.
Selanjutnya, meskipun sakramen-sakramen dan hal-hal yang ditandai olehnya digabung menjadi satu hal saja,
tidak semua orang menerima sakramen-sakramen itu bersama kedua hal tersebut.
Orang fasik memang menerima sakramen menjadi hukum baginya, tetapi ia tidak menerima kebenaran yang diungkapkan dalam sakramen itu, sama seperti Yudas dan Simon si tukang sihir,(1) yang memang telah menerima sakramen,
namun tidak menerima Kristus, yang ditandai olehnya,
yang hanya dibagikan kepada orang-orang percaya.
Akhirnya, kita menerima sakramen yang kudus itu di tengah perhimpunan umat Allah,
dengan rendah hati dan rasa hormat,
dengan mengadakan acara suci peringatan kematian Kristus, Juruselamat kita, disertai pengucapan syukur,
dan di situ kita mengikrarkan pengakuan iman kita dan agama Kristen.
Oleh sebab itu, jangan seorang pun menghampiri perjamuan itu
tanpa penguji dirinya baik-baik lebih dahulu,
supaya jangan, dengan makan roti ini dan minum dari cawan ini, ia mendatangkan hukuman atas dirinya( 1Ko 11:29).
Pendeknya, oleh pemakaian sakramen yang kudus ini kita digerakkan
pada kasih yang menyala- nyala terhadap Allah dan sesama kita manusia.
Oleh karena itu, kita menolak semua unsur campuran dan rekaan terkutuk, yang ditambahkan dan dicampurkan oleh manusia pada sakramen-sakramen itu, karena pada hemat kita unsur-unsur itu menajiskan sakramen-sakramen. Dan kita berkata, hendaklah orang puas dengan aturan
yang diajarkan kepada kita oleh Kristus dan Rasul-rasul-Nya,
dan berbicara tentangnya sesuai dengan cara mereka bicara tentangnya.

Pasal 36
Jabatan pemerintah

Kita percaya, bahwa Allah kita yang baik,
karena kerusakan keturunan manusia,
telah menetapkan raja-raja, pembesar-pembesar,
dan lembaga-lembaga pemerintahan,
sebab Dia menghendaki dunia diperintah oleh hukum-hukum dan undang-undang,
supaya sifat tak terkendali manusia di tekan
dan dalam masyarakat segala hal berjalan dengan teratur
Dengan tujuan itu, Dia membuat pemerintah menyandang pedang
untuk menghukum orang jahat (Rom 13:4)
dan melindungi orang lain.
Jabatannya bukan hanya untuk memperhatikan dan mengawasi urusan pemerintahan.
Juga, jabatan itu meliputi: mempertahankan pelayanan gereja yang kudus, memberantas dan memusnahkan seluruh penyembahan berhala dan agama palsu,
menjatuhkan kerajaan Anti-Kristus,
dan berikhtiar supaya Kerajaan Yesus Kristus berkembang,
berusaha agar Firman Injil dikabarkan ke mana-mana,
supaya Allah dimuliakan dan dilayani oleh tiap-tiap orang,
sebagaimana diperintahkan-Nya dalam Firman-Nya.
Selanjutnya, tiap-tiap orang, dari pangkat, tingkat, dan kedudukan apa pun, harus takluk pada lembaga-lembaga pemerintah,
membayar pajak,
menghormati dan menjunjung tinggi pemerintah,
dan mematuhinya dalam segala hal yang tidak bertentangan dengan Firman Allah,
sambil melakukan permohonan dalam doa-doanya
kiranya Tuhan membimbingnya dalam segala jalannya
dan kiranya kita dapat hidup tenang dan tenteram
dalam segala kesalehan dan kesopanan (1Ti 2:2).
Dalam hal ini kita menolak kaum Anabaptis dan pengacau lainnya,
dan semua orang pada umumnya yang menolak lembaga-lembaga pemerintahan dan penguasa-penguasa
dan ingin menumbangkan hukum,
dengan mengadakan persekutuan harta
dan merusak tata susila yang ditetapkan Allah dalam masyarakat.

Pasal 37
Hukuman terakhir

Akhirnya kita percaya, menurut Firman Allah,
bahwa setelah tiba hari yang ditentukan Allah
(yang tidak diketahui makhluk apa pun),
dan jumlah orang pilihan sudah genap,
maka Tuhan kita Yesus Kristus akan datang dari surga,
secara jasmani dan kelihatan,
dengan cara yang sama seperti Dia sudah naik ke sana (Kis 1:11),
dengan kemuliaan dan keagungan yang besar,
untuk menyatakan diri- Nya sebagai Hakim orang yang hidup dan yang mati, sambil membakar dunia lama ini dengan api, untuk memurnikannya.
Pada waktu itu semua orang akan menghadap Hakim yang Agung itu,
baik laki-laki maupun perempuan dan anak-anak,
yang telah ada sejak awal dunia ini sampai akhir zaman,
dan mereka akan dipanggil menghadap oleh suara penghulu malaikat dan oleh bunyi sangkakala Allah (1Te 4:16).
Sebab semua orang yang pada saat itu telah meninggal akan bangkit dari dalam tanah,
setelah jiwa-jiwa digabungkan dan dipersatukan dengan tubuhnya sendiri, yang di dalamnya mereka pernah hidup.
Adapun orang yang pada saat itu masih hidup
tidak akan mati sama seperti orang lain,
tetapi mereka akan diubah dalam sekejap mata,
dan dari keadaan dapat binasa mereka akan beralih ke keadaan tidak dapat binasa.
Pada waktu itu kitab-kitab (artinya, hati nurani) akan dibuka
dan orang-orang mati akan dihakimi (Wah 20:12),
sesuai dengan yang dilakukannya di dunia ini,
baik ataupun jahat (2Ko 5:10).
Bahkan orang akan mempertanggungjawabkan setiap kata sia-sia,
yang pernah diucapkannya (Mat 12:36),
sekalipun oleh dunia kata itu dianggap hanya permainan anak-anak dan perintang waktu saja.
Pada waktu itu semua rahasia dan kepura-puraan manusia akan dibuka di muka umum.
Oleh karena itu, dengan sewajarnya kesadaran akan hukuman itu menggentarkan dan mengejutkan orang jahat dan fasik,
tetapi sangat menggairahkan dan menghibur orang yang saleh dan terpilih, karena pada waktu itu kelepasan mereka yang sempurna akan terlaksana, dan karena di sana akan diterimanya buah perbuatan dan kesusahan yang telah mereka tanggung.
Ketidaksalahannya akan diakui oleh semua orang,
dan mereka akan melihat pembalasan yang mengerikan,
yang akan dilakukan Allah terhadap orang fasik
yang telah mengusik mereka dengan kejam, menindas, dan menyiksa mereka di dunia ini.
Kesalahan orang fasik itu akan dibuktikan oleh kesaksian hati nurani mereka sendiri.
Mereka pun akan mengalami keadaan tidak dapat mati,
tetapi begitu rupa, sehingga mereka harus disiksa dalam api yang kekal, yang telah disediakan untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya (Mat 25:41). Sebaliknya, orang-orang percaya dan terpilih akan dimahkotai kemuliaan dan hormat.
Anak Allah akan mengaku nama mereka di hadapan Allah, Bapa-Nya (Mat 10:32), dan malaikat-Nya yang terpilih,
dan segala air mata akan dihapus dari mata mereka (Wah 21:4).
Perkara mereka, yang kini dihukum banyak hakim dan lembaga-lembaga pemerintah,
karena dianggap tersesat dan fasik,
akan diakui merupakan perkara Anak Allah sendiri.
Dan sebagai ganjaran yang penuh kasih karunia,
Tuhan akan memberi mereka memiliki kemuliaan yang tak terpikirkan oleh hati manusia.
Oleh karena itu, kita menantikan hari agung itu dengan kerinduan besar, agar kita menikmati dengan sepenuhnya janji-janji Allah,
dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.