Apakah Orang Kristen Boleh Berduka?
30 Oktober 2025
Berduka atas Kehilangan Orang yang Dicintai
06 November 2025
Apakah Orang Kristen Boleh Berduka?
30 Oktober 2025
Berduka atas Kehilangan Orang yang Dicintai
06 November 2025

Menggembalakan Anak-Anak melalui Kesulitan dan Ujian

Melihat anak-anak kita menderita melalui ujian-ujian bisa sangat sulit. Bahkan orang tua yang terampil dalam menghadapi masalah mereka sendiri sering kali merasa tak berdaya ketika anak mereka yang sedang menderita. Bagaimana kita dapat menggembalakan anak-anak kita melalui kesulitan dengan cara yang sehat dan memuliakan Allah? Ketika masalah menimpa anak-anak kita, berikut adalah tiga cara kita dapat mendukung mereka.

Berikan Kehadiran yang Setia

Sebagai orang tua dan pengasuh, ketika kita melihat anak-anak kita menderita, dorongan kita adalah untuk terjun langsung ke mode bertindak. Terkadang intervensi darurat adalah hal yang benar dan perlu dilakukan. Namun, sering kali anak-anak yang menghadapi ujian lebih membutuhkan kehadiran kita yang setia daripada kemampuan kita menyelesaikan masalah. Dari pengalaman kita sendiri, kita tahu bahwa di masa-masa sulit, terkadang kita hanya ingin dihibur dengan kehadiran orang yang kita kasihi—seseorang yang akan duduk bersama kita dengan sabar daripada terburu-buru memperbaiki kita, seseorang yang dengannya kita merasa aman. Anak-anak kita juga merindukan jenis perlindungan seperti itu, dan salah satu hak istimewa terbesar menjadi orang tua adalah kita dapat mencerminkan aspek dari karakter baik Allah ini dalam rumah tangga kita.

Jika peran orang tua dapat diibaratkan sebagai penggembalaan, bagian dari peran kita ini adalah di mana sang gembala begitu mengenal dombanya sehingga kehadirannya saja sudah menjadi penghiburan bagi kawanan domba. Demikian pula, ada cara di mana kita dapat memperlihatkan damai sejahtera Allah sambil mengarahkan anak-anak kita kepada-Nya sebagai gunung batu dan tempat berlindung yang paling utama (Mzm. 18:3). Ketika krisis menerjang kehidupan anak-anak kita, kita memiliki kesempatan untuk ada di sana bagi mereka dalam cara yang menyampaikan keyakinan yang menenangkan atas kesusahan mereka. Sebelum kita bahkan mengangkat jari untuk membantu menyelesaikan krisis yang sedang terjadi, kehadiran dan sikap kita dapat menunjukkan kepada anak-anak kita bahwa kita ada bersama mereka dan untuk mereka dan, bahkan lebih baik lagi, begitu juga Allah. Pada saat-saat yang dibutuhkan, kita dapat mengingatkan anak-anak kita bahwa Tuhan dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya (Mzm. 145:18).

Praktikkan Penggembalaan yang Bijak

Manfaat tambahan dari mempraktikkan kebiasaan kehadiran yang setia dalam kehidupan anak-anak kita adalah bahwa hal itu membantu kita mempersiapkan diri untuk tahu bagaimana melakukan intervensi ketika waktunya tepat. Semakin baik seorang gembala mengenal domba-dombanya, semakin siap dia untuk merawat dan memelihara mereka. Kebijaksanaan relasional ini akan sangat berharga sementara Anda membantu anak-anak Anda menavigasi berbagai rintangan yang akan dikirim kehidupan dalam perjalanan mereka.

Dalam suratnya kepada jemaat Filipi, Paulus memberikan kilasan tentang keseimbangan antara kehadiran yang menenangkan dan perhatian yang penuh pengetahuan dan keterlibatan. Ia menabur damai dengan sebuah pengingat bahwa “Tuhan sudah dekat; [oleh karena itu] janganlah khawatir tentang apa pun juga,” sambil memuji cara jemaat Filipi memperhatikannya: “baik juga perbuatanmu bahwa kamu telah mengambil bagian dalam kesusahanku” (Flp. 4:5-6, 14). Bagi Paulus dan jemaat Filipi, damai yang mereka miliki bersama membuka jalan bagi tindakan kebaikan dan belas kasihan yang tepat waktu.

Seorang gembala yang bijak tahu kapan saatnya bagi kehadirannya yang setia untuk beralih menjadi bantuan aktif. Terkadang itu berarti menjadi pagar pembatas sambil tetap memberi anak-anak kita ruang untuk mengatasi tantangan mereka sendiri; terkadang itu berarti turun tangan untuk memberikan dukungan langsung. Apapun situasinya, ketika anak-anak kita terhimpit oleh masalah dan ujian, kita dapat mencari cara untuk mendampingi mereka untuk menanggung beban mereka (Gal. 6:2). Ini juga membutuhkan hikmat karena setiap situasi dan anak berbeda-beda. Tidak ada satu panduan yang cocok untuk semua situasi di sini, jadi hikmat ilahi diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan kondisi setiap anak. Saat kita menilai beratnya ujian dan kemampuan anak tertentu untuk menghadapinya, berhikmat berarti menyesuaikan keterlibatan kita dengan situasi tersebut.

Arahkan Mereka pada Cakrawala yang Penuh Harapan

Apapun ujian yang dihadapi, dan seberapa pun kita berusaha mendukung anak-anak kita melaluinya dengan penuh pertimbangan, ada potensi bahaya terjebak dalam pandangan yang sempit. Saat kita mendampingi anak-anak melalui situasi-situasi sulit, ada kemungkinan kita bisa begitu terfokus pada masalah itu sendiri sehingga lupa untuk memusatkan pandangan kita ke atas pada Sang Pembebas. Sedikit dari kita melakukannya dengan sengaja; lebih sering, beban yang kita tanggung menekan kita dengan begitu berat—terutama ketika anak-anak kita terdampak—sehingga kita hanya sempat bernafas. Saat kita beralih ke mode bertahan hidup, kita berfokus pada keadaan sekitar dan kehilangan pandangan akan gambaran yang lebih besar. Anak-anak kita juga bisa memiliki reaksi yang sama pada masa-masa sulit, yang berarti kita memiliki kesempatan untuk mengingatkan mereka di mana harapan sejati kita berada. Seperti gembala yang mengarahkan kawanan dombanya ke padang rumput yang aman, kita yang dipanggil untuk menemani anak-anak melewati lembah kekelaman memiliki hak istimewa untuk mengarahkan pandangan mereka ke atas, ke cakrawala, kepada pengharapan yang kita miliki dalam Kristus. Tidak peduli seberapa gelap situasi di sekitar mereka, kita dapat membantu mereka memandang kepada Yesus, Sang Terang Dunia (Yoh. 8:12), yang jalan kebenarannya “kian bertambah terang sampai rembang tengah hari” (Ams. 4:18). Betapa besarnya damai yang kita temukan ketika kita membantu anak-anak kita memandang melampaui kegelapan, ke atas dan keluar dari lembah, menuju pengharapan yang tak tergoyahkan yang kita miliki dalam terang ajaib Yesus.

Artikel ini awalnya diterbitkan di Majalah Tabletalk.
Scott James
Scott James
Dr. Scott James adalah seorang dokter spesialis penyakit menular dan seorang penatua di The Church at Brook Hills di Birmingham, Alabama. Ia adalah penulis beberapa buku untuk anak-anak dan keluarga, termasuk God Cares for Me: Helping Children Trust God When They’re Sick.