


Natur Penggembalaan yang Beragam
27 Desember 2023


Berdoa pada Waktu yang Ditentukan untuk Berdoa Setiap Waktu
01 Januari 2024Hidup adalah Uap


Cuaca dingin memiliki cara lucu untuk membuat napas kita terlihat. Setiap kali kita menghembuskan napas, kita melihat uap napas kita muncul sesaat lalu menghilang. “Uap” adalah kata yang Salomo gunakan dalam Pengkhotbah untuk mencirikan kehidupan sekarang ini (1:2). Kata ini bukan berarti “sia-sia” dalam arti “tidak berarti.” Kata ini berarti bahwa segala sesuatu berlalu, dan segala sesuatu sulit untuk digenggam. Uap ada di sini sesaat dan berlalu di saat berikutnya, dan Anda tidak dapat menggenggamnya di tangan Anda. Uap itu hilang sebelum Anda sempat memperhatikannya dan benar-benar memahaminya.
Dalam Pengkhotbah, Salomo menunjukkan bahwa hidup seperti uap dalam banyak hal, tetapi ada tiga hal yang menonjol di awal kitab ini. Pertama, Salomo berkomentar tentang hikmat itu sendiri. Salomo berpendapat bahwa kita mungkin tergoda untuk berpikir bahwa hikmat memiliki jawaban untuk setiap keadaan, tetapi dia mengingatkan kita bahwa hikmat memiliki batasan dalam kehidupan ini (dan ungkapan ini datang dari salah satu orang paling berhikmat yang pernah hidup). Ada banyak hal yang tidak dapat diperbaiki atau dikoreksi, dan ada banyak hal yang tidak dapat ditemukan atau dijelaskan (1:15, 18). Dengan demikian, hikmat bersifat sementara dan tidak menyeluruh—maksudnya, hikmat hanya berguna sampai ia tidak berguna lagi, dan hanya berlaku sejauh itu. Hikmat yang sejati melibatkan pengakuan akan keterbatasan hikmat.
Kedua, Salomo berkomentar tentang kesenangan materi. Ia mendeskripsikan bagaimana ia memanjakan dirinya dengan anggur, rumah, taman, kolam, ternak, kawanan domba, dan manusia dalam hidupnya (2:1-8). Namun, semua itu tidak pernah benar-benar memuaskannya. Ia kemudian memahami bahwa kesenangan materi, meskipun bukannya tidak berarti, tetap saja merupakan perasaan yang hanya sementara, dan perasaan itu tidaklah substansial. Kesenangan yang abadi dan tak berkesudahan—sukacita sejati dan tertinggi—tidak dapat diperoleh dengan mengejar hal-hal yang bersifat materi dari dunia ini. Kesenangan dalam hidup ini adalah uap.
Ketiga, Salomo berkomentar tentang kerja. Dia menunjukkan bahwa kerja adalah uap karena hidup berakhir dengan kematian. Tidak ada yang tahu siapa yang akan mendapatkan keuntungan yang kita hasilkan di akhir hidup kita. Terlebih lagi, orang yang bekerja terlibat dalam usaha yang sering kali melelahkan, sulit, dan menyedihkan (2:23). Dan semua ini untuk apa? Upah yang tidak dapat kita nikmati setelah kematian kita yang segera tiba. Budaya barat menyebutnya the rat race (kehidupan yang penuh perjuangan untuk kuasa dan kekayaan). Kerja adalah uap.
Pada titik ini, kita mungkin menduga Salomo akan berkomentar dengan sinis bahwa hidup ini tidak layak untuk dijalani, tetapi Salomo bukanlah seorang yang sinis. Dia adalah seorang realis. Salomo tidak pernah membuat sesuatu terlihat lebih buruk dari yang sebenarnya—ia hanya membantu kita memahami apa artinya menjalani hidup di dunia yang telah jatuh ini. Ada sukacita dan makna yang dapat ditemukan dalam kehidupan ini, tetapi kita harus melihat kehidupan ini seperti apa adanya: uap. Jadi apa yang Salomo nasihatkan? Dia mendorong kita untuk menikmati kehidupan sehari-hari bersama orang-orang yang kita kasihi, menyenangkan Allah, dan memercayai pemeliharaan Allah (2:24-26; 9:7-10). Dengan kata lain, ia mendorong kita untuk beriman. Di sisi ini dari sejarah penebusan, iman itu jauh lebih jelas karena kita tahu bahwa Tuhan kita Yesus Kristus telah menebus kita dari keberadaan yang seperti uap. Pada akhirnya, kita akan tinggal bersama Dia yang mengaruniakan kepada kita hidup yang kekal dan sukacita yang tak berkesudahan selama-lamanya.