Bagaimana Yesus Adalah “Kebangkitan dan Hidup”?
10 Juli 2025
Bagaimana Yesus Adalah “Pokok Anggur yang Benar”?
17 Juli 2025
Bagaimana Yesus Adalah “Kebangkitan dan Hidup”?
10 Juli 2025
Bagaimana Yesus Adalah “Pokok Anggur yang Benar”?
17 Juli 2025

Bagaimana Yesus Adalah “Jalan, Kebenaran, dan Hidup”?

Bertahun-tahun lalu saya mendengar seorang tokoh akademisi terkemuka menekankan pentingnya lingkungan yang toleran di kampusnya yang bersejarah. Ia melanjutkan mengatakan bahwa kampusnya tidak akan menoleransi intoleransi. Jangan lewatkan ironi dalam pernyataan tersebut. Meski ironis, kita hidup dalam zaman yang membanggakan “toleransi”. Pernyataan itu disertai dengan rasa tidak suka yang sangat besar terhadap segala klaim eksklusivitas. Itu terutama terjadi ketika orang Kristen membuat klaim eksklusif tentang Kristus dan keselamatan.

Alkitab penuh dengan klaim-klaim yang bersifat eksklusif. Antitesis antara kehidupan dan kematian adalah hal yang mendasar bagi iman Kristen. Jalan kehidupan dan jalan kematian terdapat di seluruh Alkitab, disertai ilustrasi di sana sini seperti kurban Kain yang didasari ketidakpercayaan versus kurban Habel yang berdasarkan iman, dan penempatan Esau dan Yakub secara berdampingan. Yesus sendiri mengungkapkan model kehidupan/kematian itu sebagai jalan yang sempit dan jalan yang lebar—yang satu membawa kepada kehidupan dan yang lain kepada kebinasaan (Mat. 7:13-14). Jalan yang sempit dipersonifikasikan di dalam Yesus Kristus ketika Ia berkata, “Akulah jalan, kebenaran, dan hidup” (Yoh. 14:6). Klaim eksklusif ini dapat ditemukan di dalam literatur di luar Alkitab sejak Didakhe (abad ke-2 Masehi) hingga kredo-kredo dan pengakuan-pengakuan iman bersejarah, hingga saat ini.

Akan tetapi, sebuah pertanyaan muncul pada titik ini: Bagaimana Yesus adalah “jalan, kebenaran, dan hidup”? Ada dua jawaban untuk pertanyaan tersebut, tetapi keduanya tidak dapat dipisahkan. Satu jawaban bersifat objektif dan satu lagi subjektif. Secara objektif, Ia secara eksklusif adalah jalan, kebenaran, dan hidup karena Ia adalah Allah yang berinkarnasi. Secara subjektif, keselamatan-Nya diterapkan terhadap individu-individu melalui iman kepada siapa Dia dan apa yang telah Ia kerjakan.

Secara objektif, Yesus dalam Pribadi dan karya-Nya adalah “jalan” karena Ia adalah Allah. Bagi para pemimpin Yahudi pada zaman-Nya, konsep ini membuat mereka meradang. Kata “Akulah” merupakan sebuah klaim keilahian yang tegas, dan mereka menyadari hal ini (Yoh. 10:10-33). Ia adalah “jalan” karena Ia adalah Allah dan juga karena Ia adalah manusia. Allah menjadi manusia dan menjadi jalan keluar bagi kekacauan yang disebabkan Adam (Rm. 5). Jalan kebenaran dan kekudusan, yang tidak diikuti Adam, diikuti Yesus dengan sempurna. Ia dapat menggantikan posisi Adam sebab Ia lahir dari seorang perempuan (Gal. 4:4). Pengorbanan-Nya yang sempurna dapat menanggung dosa banyak orang sebab Ia adalah Allah (Yes. 53:12; 1Ptr.1:23). Di dalam Dia, manusia dapat didamaikan dengan Allah (Rm. 5:11; 2Kor. 5:18-21). Hanya sang Allah-manusia yang dapat menjadi “jalan”.

Secara objektif, Ia juga adalah “kebenaran”. Di dalam Injil yang sama kita mendengar Yesus berkata bahwa firman-Nya adalah sumber kebenaran (Yoh. 8:31-32). Kebenaran itu memerdekakan kita dari perbudakan dosa (Yoh. 8:34-35). “Jadi,” kata-Nya, “apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka” (Yoh. 8:36). Mungkin ada yang bertanya, “Bukankah firman-Nya yang memerdekakan kita?” Benar, tetapi Anda tidak dapat memisahkan Firman dan kebenaran dari sang Firman hidup dan Pemberi kebenaran. Kita akan menemukan personifikasi yang sama dari Firman yang tertulis di dalam Ibrani 4:12-13. Yesus adalah “kebenaran” karena Ia adalah Allah yang benar dan hidup (Yer. 10:10).

Hal tersebut membawa kita kepada klaim eksklusif tentang Kristus sebagai “hidup”. Pada halaman-halaman awal Alkitab kita belajar tentang Allah yang berfirman dan segala kehidupan berasal dari tindakan tersebut. Tidak heran, tentang Kristus kita membaca, “karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu… dan segala sesuatu menyatu di dalam Dia” (Kol. 1:16-17). Ia adalah Pencipta. Namun, Ia juga mendapatkan ciptaan baru bagi umat-Nya—artinya, Ia adalah Juru Selamat bagi orang-orang berdosa. Jika Kristus dapat menjadikan segala sesuatu dengan Firman-Nya, maka sebagai sang Firman Ia dapat memberi hidup yang kekal.

Di dalam kitab Mazmur kita membaca persis kebenaran-kebenaran ini. “Jalan” kehidupan ada di hadapan-Nya (Mzm. 16:11). Pada mazmur yang sama “kebenaran” disebut sebagai nasihat, dan mengajari orang kudus (Mzm. 16:7). Kemudian “hidup” digambarkan sebagai perlindungan di dalam Tuhan yang memelihara (Mzm. 16:1). Di dalam Mazmur 119, Tuhan bukan hanya terang yang menerangi jalan tetapi juga Firman yang memberi arti sejati bagi jalan kehidupan. Sesungguhnya, Ia adalah jalan.

Secara objektif, Yesus Kristus adalah “jalan, kebenaran, dan hidup” karena Ia adalah Allah yang berinkarnasi. Namun, itu tidak menjawab pertanyaan tentang bagaimana Ia adalah semua itu bagi Anda dan saya. Bagaimana “jalan, kebenaran, dan hidup” itu berarti bagi kita dan mengubahkan hidup kita? Bagaimana itu bukan sekadar fakta sejarah? Bagaimana pribadi dan karya Yesus diterapkan di dalam hidup kita? Jawabannya adalah oleh anugerah, melalui iman, hanya dalam Kristus. Dia menjadi jalan kepada Bapa melalui iman. Kebenaran-Nya adalah milik kita melalui iman. Hidup dan hidup yang berlimpah (Yoh. 10:10) menjadi milik kita melalui iman. Ia menjadi semua hal itu bagi orang berdosa melalui iman—“Percayalah kepada Tuhan Yesus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu” (Kis. 16:31). Ia bukan Allah yang jauh, tetapi Allah beserta kita, melalui iman.

Kita hidup dalam dunia yang memiliki keraguan dan ketidakpastian yang mutlak mengenai cara maju ke depan, realitas kebenaran, dan arti hidup. Namun, Gereja menanggapi dengan harapan. Secara objektif, Yesus adalah jalan, kebenaran, dan hidup sebab Ia adalah Allah yang berinkarnasi. Hanya Allah yang dapat merupakan semua itu. Secara subjektif, Yesus adalah jalan, kebenaran, dan hidup melalui karunia iman yang diberikan dengan penuh anugerah. Iman itu membawa kita kepada kesatuan dengan Kristus, yang mendamaikan kita dengan Bapa. Inilah kebenaran absolut, yang dapat dinikmati dengan pasti oleh semua orang yang ada di dalam Kristus.

Artikel ini merupakan bagian dari koleksi The “I Am” Sayings of Jesus.


Artikel ini awalnya diterbitkan di Majalah Tabletalk.
C.N. Willborn
C.N. Willborn
Dr. C.N. Willborn adalah pendeta senior di Covenant Presbyterian Church di Oak Ridge, Tennessee, dan adjunct professor dalam bidang sejarah gereja di Greenville Presbyterian Theological Seminary.