


5 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Teologi Perjanjian
20 Februari 2025


5 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Pengambilan Keputusan yang Alkitabiah
27 Februari 20255 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Neraka


Karena topik neraka sulit untuk direnungkan, banyak orang di dalam dan di luar gereja berusaha untuk melunakkan ide tersebut, karena bagaimana mungkin Allah yang penuh kasih mengirim orang ke tempat yang menyedihkan seperti itu? Namun, Allah tidak meminta kita untuk membebaskan Dia dari topik tentang neraka, dan Dia tidak mengizinkan pelunakkan seperti itu. Sebagian besar dari apa yang kita pelajari tentang neraka, pada kenyataannya, berasal dari Yesus sendiri yang penuh kasih, yang ajaran-Nya tentang neraka berkembang dari ajaran Perjanjian Lama. Berikut adalah lima hal yang perlu diketahui tentang neraka.
1. Neraka adalah tempat yang nyata dari kesengsaraan dalam keadaan sadar dan tak berkesudahan.
Doktrin yang salah yang dikenal sebagai anihilasionisme, atau keabadian bersyarat, menyatakan bahwa orang fasik akan dihancurkan pada penghakiman terakhir. Mereka tidak perlu khawatir tentang hukuman kekal dalam keadaan sadar dalam kehidupan setelah kematian. Berlawanan dengan pandangan ini, Alkitab menggambarkan neraka sebagai tempat yang penuh dengan kesengsaraan dalam keadaan sadar dan tanpa akhir. Kesengsaraan di neraka tidak ada habisnya (Yudas 13; Why. 20:10). Dalam Lukas 16, misalnya, orang kaya itu digambarkan sebagai “menderita sengsara” (Luk. 16:23) di alam maut dan sadar akan keadaannya yang sengsara, tidak diragukan lagi ia lebih memilih untuk kehilangan eksistensinya daripada terus tersiksa.
Juga tidak ada dasar Alkitabiah untuk “kesempatan kedua”. Status tempat tinggal para penghuni neraka ditetapkan untuk selamanya. Kematian menandai momen perubahan alamat permanen. Jadi, ide bahwa jiwa-jiwa di neraka pada akhirnya akan dimusnahkan (anihilasionisme) atau bahwa mereka akan diberi kesempatan kedua tidak memiliki dasar Alkitab.
2. Neraka adalah salah satu dari hanya dua kemungkinan tujuan setiap manusia.
Ketika seseorang meninggal, tubuhnya dikuburkan dan jiwanya segera dibawa ke hadirat Allah, di mana ia akan diantar ke surga atau dicampakkan ke dalam neraka. Pengakuan Iman Westminster 32.1 menjelaskannya seperti ini:
Tubuh manusia, setelah mati, kembali menjadi debu dan mengalami kehancuran, tetapi jiwa mereka, yang tidak mati dan tidak tidur, karena memiliki keberadaan yang kekal, segera kembali kepada Allah yang mengaruniakannya: jiwa-jiwa orang benar, pada saat itu disempurnakan dalam kekudusan, diterima di surga tertinggi, di mana mereka melihat wajah Allah, dalam terang dan kemuliaan, menunggu penebusan penuh atas tubuh mereka. Dan jiwa-jiwa orang fasik dicampakkan ke dalam neraka, di mana mereka tetap berada dalam siksaan dan kegelapan yang total, menunggu penghakiman pada hari yang besar itu. Selain kedua tempat ini, untuk jiwa-jiwa yang terpisah dari tubuh mereka, Alkitab tidak menyatakannya.
Pada hari terakhir, setiap jiwa akan dipersatukan kembali dengan tubuhnya. Pada saat itu, orang benar akan masuk ke dalam kehidupan kekal, sementara orang fasik akan dilemparkan ke dalam “siksaan yang kekal” (WCF 33.2). Sekali lagi, selain kedua tempat ini, untuk jiwa-jiwa yang dipersatukan kembali dengan tubuh mereka pada saat kebangkitan, Alkitab tidak menyatakannya.
3. Neraka adalah tempat kehadiran Allah yang penuh murka.
“Siksaan kekal” neraka digambarkan oleh Pengakuan Iman Westminster 33.2 sebagai tempat hukuman ”dengan kehancuran yang kekal dari hadirat Tuhan, dan dari kemuliaan kuasa-Nya.” Sering kali, neraka dianggap sebagai tempat yang terpisah dari hadirat Allah. Namun, Allah Mahahadir — Dia tidak mungkin tidak berada di suatu tempat. Sebaliknya, Alkitab menggambarkan neraka sebagai sebuah pengalaman bukan akan ketidakhadiran-Nya, melainkan akan kehadiran-Nya yang penuh murka, ketidaksenangan dan hukuman-Nya yang tak berkesudahan. Allah kita, yang adalah “api yang menghanguskan” (Ibr. 12:29), akan mencurahkan “murka dan kegeraman”-Nya (Rm. 2:8) ke atas orang-orang fasik di neraka.
Jika hal ini terdengar buruk bagi orang Kristen, itu karena ini adalah sisi Allah yang tidak sesuai dengan pengalaman kita akan Allah sebagai anak-anak-Nya yang terkasih. Apa yang akan dialami oleh orang fasik di neraka adalah murka Allah yang telah dipadamkan bagi umat-Nya oleh Kristus, tetapi realitas neraka bagi orang-orang reprobat lebih mengenaskan daripada gambaran simbolis tentang neraka itu sendiri, seperti halnya tanda apa pun hanya mampu merepresentasikan dan menunjukkan suatu realitas dengan tidak sempurna. Mungkin gambaran simbolis Alkitab tentang neraka disebabkan oleh kenyataan bahwa hukuman yang tak berkesudahan dari Allah yang kudus adalah kesengsaraan yang tak terbayangkan.
4. Penghuni neraka adalah mereka yang telah memilih untuk berada di sana.
Neraka adalah tempat tujuan bagi mereka yang telah memilih untuk mencintai kegelapan daripada terang (Yoh. 3:18-21). Hal ini mungkin terlihat bertentangan dengan seruan permohonan orang kaya itu, “Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat menderita dalam nyala api ini” (Luk. 16:24). Namun, perhatikan bahwa orang kaya itu tidak tiba-tiba menginginkan Allah; ia hanya menginginkan kelegaan dari hukuman Allah.
Kaum Calvinis dapat dan harus dengan sigap menegaskan bahwa setiap orang pada akhirnya menerima apa yang telah ia pilih dengan bebas – baik untuk menyembah Allah melalui kelahiran kembali oleh Roh Kudus atau mengutuk Allah. Mereka yang berada di neraka tidak dapat dan tidak akan menuntut ketidakadilan, karena mereka telah diberikan persis apa yang menjadi hak mereka dan persis apa yang telah mereka pilih. Alkitab tidak melihat adanya kontradiksi antara neraka sebagai hukuman yang dijatuhkan Allah kepada orang fasik dan neraka sebagai tempat tujuan yang dipilih oleh manusia secara bebas. Neraka, dengan demikian, adalah “penyerahan” diri kita yang paling total kepada keinginan kita sendiri dan keinginan daging (Rm. 1:24).
5. Neraka konsisten dengan natur Allah.
Neraka bukanlah sebuah lembaran hitam dalam rekam jejak Allah. Neraka bukanlah suatu hal yang memalukan dalam resume-Nya yang tidak konsisten dengan siapa Dia sebenarnya. Tidak, neraka konsisten dengan keadilan yang kudus dari Allah yang menuntut hukuman atas dosa yang sepadan dengan kesalahan pelakunya. Keadilan Allah dan kebajikan-Nya bukanlah atribut yang bertentangan. Keduanya konsisten dengan sempurna, dan surga serta neraka adalah ekspresi dari keharmonisan yang kudus itu. Seandainya Allah tidak adil, maka anihilasionisme, universalisme, atau pandangan-pandangan lain yang tidak alkitabiah yang berkaitan dengan kehidupan setelah kematian akan ada kemungkinannya.
Pikirkanlah kebajikan dan keadilan Allah di dalam karya Anak-Nya. Bukankah karya Kristus akan sia-sia jika tidak ada neraka? Jika orang-orang fasik dimusnahkan atau entah bagaimana dimasukkan ke dalam surga, bukankah pengurbanan Kristus menjadi tidak diperlukan? Sesungguhnya, penyangkalan akan adanya neraka bukan hanya tidak sesuai dengan karakter Allah, tetapi juga sama saja dengan menginjak-injak Anak Allah (Ibr. 10:29). Karakter Allah—baik keadilan-Nya maupun kebaikan-Nya—menuntut eksekusi yang proporsional dari hukuman penuh atas dosa bagi orang fasik untuk selama-lamanya.
Meskipun banyak hal yang dapat dikatakan tentang neraka, mungkin sebaiknya kita mengingat bahwa banyak deskripsi Alkitab tentang neraka dimaksudkan untuk membesarkan anugerah Kristus yang telah menyelamatkan kita darinya, dan untuk mengobarkan semangat di dalam diri kita untuk memperingatkan orang lain agar mereka melarikan diri dari penderitaan neraka dengan berbalik kepada Kristus dalam iman dan pertobatan yang sejati.
Artikel ini adalah bagian dari koleksi 5 Things You Should Know.