
3 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Kitab Yeremia
29 April 2025
3 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Kitab Zakharia
06 Mei 20253 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Surat Yakobus

Surat yang ditulis oleh Yakobus memulai sub-koleksi yang dikenal sebagai “katolik” atau Surat-Surat Umum. Sub-koleksi ini dinamai demikian sebab surat-surat tersebut tidak ditujukan kepada jemaat atau individu tertentu, melainkan kepada (kurang lebih) seluruh Gereja. Dalam hal ini, surat Yakobus ditujukan kepada “kedua belas suku di perantauan” (Yak. 1:1), sebuah cara simbolis untuk menyebut semua umat Allah yang tersebar di seluruh dunia. Di dalam tulisan ini, kita akan membahas tiga hal yang perlu diketahui tentang surat ini.
1. Saudara tiri Yesus mungkin menulisnya.
Marilah kita mulai dengan aspek kepenulisan. Empat orang yang bernama “Yakobus” adalah kandidatnya. Yakobus, saudara Yohanes (anak Zebedeus, Mat. 4:21) mati terlalu cepat untuk menjadi penulisnya (Kis. 12:2). Yakobus, anak Alfeus (Mat. 10:3) dan Yakobus, ayah Yudas (Luk. 6:16) terlalu tidak dikenal di kalangan Gereja mula-mula sehingga tidak dapat sekadar memperkenalkan dirinya di dalam surat ini sebagai “Yakobus”. Sekarang hanya tersisa Yakobus, saudara Yesus (Mat. 13:55) sebagai kandidat yang paling mungkin. Yakobus ini awalnya adalah seorang yang tidak percaya (Yoh. 7:5), tetapi melalui suatu perjumpaan dramatis dengan Tuhan Yesus yang telah bangkit (1Kor. 15:7), ia menjadi pilar Gereja mula-mula dan mungkin seorang Rasul (Gal. 1:19; 2:9). Mengapa identitas penulis ini penting?
Pertama-tama, Yakobus telah diubah oleh kuasa Injil, tetapi ia tidak menekankan kekerabatannya di bumi dengan Yesus untuk mendapatkan pengaruh. Ia sekadar menyebut dirinya sebagai “hamba… Tuhan Yesus Kristus” (Yak. 1:1). Kedua, Yakobus ini memberi pernyataan yang penting dalam Sidang di Yerusalem, dengan mengutip Amos 9:11-12 untuk menjelaskan bagaimana kematian dan kebangkitan Kristus, bukan ciri etnis atau melakukan Taurat, yang menyatukan orang Yahudi dan non-Yahudi dalam satu panji iman (Kis. 15:13-21). Ia mengalami Injil dan memberitakannya. Ketiga, Yakobus memasukkan ajaran langsung dari Saudaranya, Yesus, ke dalam surat ini, seperti orang miskin akan mewarisi Kerajaan Allah (Yak. 2:5; Mat. 5:3-5), tentang ratapan dan tawa (Yak. 4:9; Luk. 6:25), orang yang merendahkan diri akan ditinggikan (Yak. 4:10; Mat. 23:12), dan tentang “ya atau tidak” (Yak. 5:12; Mat. 5:34-37). Injil Saudaranya telah menjadi Injilnya.
2. Surat Yakobus bertujuan untuk menuntun kehidupan orang Kristen.
Tidak hanya sang penulis secara pribadi dibentuk oleh Injil, tetapi juga tujuannya di dalam surat ini. Dari bapa-bapa gereja hingga para penafsir Alkitab di zaman modern, ada sebuah perdebatan panjang tentang struktur dan tujuan yang tepat dari surat ini karena surat ini tidak mengikuti logika ketat yang sama yang kita temukan di dalam surat seperti Roma. Namun, bukan berarti surat ini sama sekali tidak terstruktur. Strukturnya lebih longgar karena bertujuan memberi nasihat moral kepada orang-orang yang telah menjadi saudara-saudari seiman (Yak. 1:9, 16, 19; 5:19). Yakobus melayani sebagai sosok bapa gembala, yang menunjukkan kepada orang-orang Kristen bagaimana Injil seharusnya mengubah kehidupan, menasihati pembacanya untuk memilih jalan kebenaran, bukan dosa. Perhatikan beberapa contoh berikut ini:
- Ketaatan: Praktikkan firman—jangan hanya menjadi pendengar (Yak. 1:2-27).
- Persekutuan: Kasihilah orang lain tanpa pandang bulu—jangan pilih-kasih (Yak. 2:1–13).
- Ketaatan: Praktikkan iman—jangan memiliki iman yang mati (Yak. 2:14–26).
- Persekutuan: Pakailah mulutmu untuk memberkati orang lain—jangan memakainya untuk melukai (Yak. 3:1–18).
- Ketaatan: Praktikkan kekudusan—jangan menjadi sama dengan dunia (Yak. 4:1–17).
- Persekutuan: Kasihilah orang miskin—jangan mengejar kekayaan secara tidak adil (Yak. 5:1–6).
- Ketaatan: Praktikkan kesabaran—jangan menggerutu ketika menderita (Yak. 5:7–20).
Sang penulis berulang kali membahas dua topik utama tentang ketaatan dan persekutuan dari sudut-sudut pandang yang berbeda untuk mendaratkan garis-garis penerapan pastoral, bukan pernyataan-pernyataan doktrin. Jika Injil berakar, inilah buah yang seharusnya (atau tidak seharusnya) dihasilkan.
3. Surat Yakobus melengkapi—bukan bertentangan dengan—surat-surat Paulus.
Mengingat tujuan-tujuan tersebut, kita dapat memeriksa ulang keluhan Luther bahwa Yakobus tidak memiliki kejelasan tentang hubungan Taurat-Injil seperti dalam tulisan-tulisan Paulus. Masalah ini mencuat dalam Yakobus 2:24, “Jadi kamu lihat bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.” Di atas permukaan, hal ini tampak jelas sebagai kontradiksi terhadap klaim Paulus bahwa “manusia dibenarkan karena iman, bukan karena perbuatan-perbuatan menurut hukum Taurat” (Rm. 3:28).
Tapi tunggu dulu. Argumen Paulus di dalam surat Roma (dan Galatia) bergerak dari ketidakpercayaan ketika ketaatan kepada Taurat gagal (Rm. 1:18–3:20) kepada dinyatakan benar di hadapan Allah oleh iman (Rm. 3:21–4:23), kepada adopsi sebagai anak dan pengudusan yang merupakan hasil pembenaran (Rm. 5–8). Dengan kata lain, pernyataan Paulus tentang pembenaran oleh iman, bukan oleh perbuatan baik, adalah bagian dari argumennya tentang bagaimana seseorang diselamatkan.
Yakobus memberikan argumen yang berbeda. Ia sedang berbicara kepada orang-orang yang mengklaim beriman (Yak. 2:14), tetapi tidak menyertainya dengan sikap murah hati kristiani (Yak. 2:16). “Iman” yang seperti itu bukanlah iman sejati karena tidak memiliki “perbuatan-perbuatan” yang seharusnya dihasilkan (Yak. 2:17). Iman semacam itu kosong atau mati, dan karenanya, tidak berbeda dari persetujuan yang hanya bersifat kognitif yang bahkan ditunjukkan oleh setan-setan (Yak. 2:19).
Singkatnya, Yakobus sedang menjawab sebuah pertanyaan yang berbeda: Apakah yang seharusnya dilakukan seseorang setelah ia selamat? Bagaimana aku membuktikan bahwa imanku adalah iman yang sejati? Meski ia mengungkapkan jawabannya dengan pernyataan-pernyataan yang blak-blakan, yaitu melalui “perbuatan”, pengertian dasarnya tidak berbeda dengan Paulus di tempat lain (lihat Flp. 2:12). Hanya saja Paulus belum menjawab sisi dari pertanyaan tersebut ketika ia menjelaskan tentang pembenaran.
Ketika kita melihat tulisan Yakobus dalam pemahaman tersebut, kita melihat bahwa Yakobus tidak menentang tulisan-tulisan Paulus, tetapi sebaliknya, ia melengkapinya. Surat itu tidak lebih “jerami” daripada tulisan-tulisan Paulus yang menggambarkan Injil sebagai sumber yang indah untuk kehidupan kekristenan.
Artikel ini merupakan bagian dari koleksi Every Book of the Bible: 3 Things to Know.