Mengapa Perjamuan Kudus Merupakan Sarana Anugerah?
07 Agustus 2025
Mengapa Baptisan Itu Penting?
14 Agustus 2025
Mengapa Perjamuan Kudus Merupakan Sarana Anugerah?
07 Agustus 2025
Mengapa Baptisan Itu Penting?
14 Agustus 2025

Apa Itu Kemuridan Kristen?

Kata “murid” di dalam Perjanjian Baru berasal dari kata Yunani yang berarti “orang yang belajar” atau “pengikut”. Jadi, ketika kita bertanya apa itu kemuridan Kristen, kita sedang menanyakan apa artinya belajar dari dan mengikut Yesus. Karena itu, saya ingin menjelaskan secara singkat beberapa karakteristik utama dari kemuridan Kristen.

Dari awal kita seharusnya menyadari bahwa pembedaan umum yang kaku antara penginjilan dan kemuridan tidak akan tahan terhadap pemeriksaan Alkitab. Baik di dalam hidup kita maupun di dalam Alkitab, jarang ada kronologi yang rapi dari penginjilan yang diikuti dengan kemuridan. Sering kali batas di antara keduanya kabur.

Sebagai contoh, kita bisa (salah) membaca Amanat Agung Yesus di dalam Matius 28:18-20 sebagai panggilan hanya untuk menginjili. Namun, apa yang dikatakan Yesus? “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku.” Tuhan tidak mengutus kita hanya untuk menyerukan panggilan agar percaya lalu berhenti di sana. Tentu, kita harus memberitakan Injil. Namun, Amanat Agung memanggil kita untuk menjadikan murid, bukan hanya membuat orang bertobat.

Setelah menyingkirkan kesalahpahaman itu, kita sekarang dapat mulai memahami kemuridan Kristen. Marilah kita mendefinisikannya dalam pengertian yang sederhana: kemuridan Kristen berarti hidup dalam kesatuan dengan Yesus, yang adalah “hidup” (Yoh. 14:6). Ada tiga karakteristik penting yang menonjol dari definisi ini.

1. Kemuridan Kristen adalah sebuah jalan hidup, bukan keputusan satu kali atau komitmen setengah hati

Pada masa ketika apa yang disebut “merek-merek gaya hidup” menguasai dunia kerja kita, Yesus ingin agar kita memahami merek gaya hidup kemuridan Kristen. Singkatnya, itu adalah memikul salib. Karena itu, kemuridan bukan hal yang mudah. Ketika Yesus memanggil kita untuk mengikut Dia, Ia meminta kita untuk menanggalkan cara berpikir, jalan hidup, dan kepercayaan kita yang lama. Hanya karena anugerah Allah, kita dapat menyalibkan kehidupan lama kita dan menaati panggilan ilahi untuk memikul salib: “Jika seseorang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari, dan mengikut Aku” (Luk. 9:23).

Unsur “gaya hidup” dalam perkataan Yesus terlihat jelas. Mati terhadap cara kita yang lama dan mengikut Yesus adalah sebuah komitmen setiap hari—sebuah cara atau jalan hidup. Kemuridan Kristen dimulai dengan Yesus memanggil kita untuk mengikut Dia. Dari sana, kita menikmati kehidupan yang baru, bersamaan dengan kematian setiap hari terhadap segala sesuatu yang datang sebelumnya.

2. Kemuridan Kristen berarti hidup dengan iman

Itulah artinya hidup dalam kesatuan dengan Yesus—hidup dengan iman kepada Anak Allah yang telah bangkit. Menggemakan panggilan Yesus untuk memikul salib, Paulus menggambarkan kesatuan kita dengan Kristus seperti ini: “Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah” (Kol. 3:3).

Iman adalah karunia ilahi (Ef. 2:8-10). Karena itu, kemuridan bagi Yesus dimulai dan berlanjut hanya karena anugerah Allah, dengan iman. Esensi seorang murid adalah iman: “Tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah” (Ibr. 11:6).

3. Kemuridan Kristen berbuahkan kehidupan kekal, baik pada masa kini maupun di dunia yang akan datang

Undangan Injil Yesus kepada kita adalah hidup yang berkelimpahan (Yoh. 10:10). Seorang murid mengalami kehidupan kekal di sini dan saat ini (Yoh. 5:24), bahkan ketika ia menantikan kehidupan kekal di masa depan (Mat. 19:29). Kenikmatan pada masa kini dan prospek kehidupan kekal di masa depan menjadi mungkin karena kita disatukan oleh iman kepada Dia yang adalah “jalan, kebenaran, dan hidup” (Yoh. 14:6; penekanan ditambahkan).

Bagaimana Allah menolong dalam kemuridan kita?

Jawabannya terdapat pada istilah-istilah yang dikutip dari Katekismus Kecil Westminster, Pertanyaan & Jawaban 88, yang berbicara tentang “sarana-sarana anugerah”, yaitu Firman Allah, sakramen, dan doa. Semua ini disebut sarana-sarana anugerah karena merupakan sarana-sarana yang dipakai Allah untuk mencapai suatu tujuan—membuat kita serupa dengan gambar Yesus ketika kita mengikut Dia (Rm. 8:29).

Secara praktis, setiap sarana tersebut vital bagi kemuridan Kristen. Pertama, seorang murid Yesus akan mencintai Firman Allah. Ia suka membacanya, mempelajarinya, dan mendengarnya dikhotbahkan. Alkitab menjadi otoritas tertingginya dan seluruh hidupnya ditundukkan kepada ajarannya.

Kedua, seorang murid Yesus akan mengambil bagian dalam sakramen Baptisan dan Perjamuan Kudus. Kristus telah mengaruniakan sakramen-sakramen ini kepada jemaat-Nya demi nutrisi rohani mereka. Baptisan menandai inisiasi kita sebagai murid, sedangkan Perjamuan Kudus memberi kita makanan surgawi dalam perjalanan. Seorang murid tidak menaruh kepercayaan kepada sakramen-sakramen itu sendiri, tetapi dengan iman ia menerima anugerah Allah di dalam Kristus melalui Roh Kudus ketika ia memakainya secara tepat dalam persekutuan bersama orang-orang Kristen yang lain.

Ketiga, seorang murid Yesus akan berdoa. Sebagaimana dikatakan tentang Paulus yang baru bertobat, begitu pula akan dikatakan tentang semua murid yang sejati, “Ia sedang berdoa” (Kis. 9:11). Di dalam doa, seorang murid menikmati persekutuan yang intim dengan Bapa surgawinya, melalui perantara sang Anak, dalam kuasa Roh Kudus.

Kemuridan Kristen dimulai dengan pemilihan Allah yang penuh anugerah dan dipelihara oleh Allah Tritunggal dari awal sampai akhir. Karena itu, kehidupan seorang murid penuh dengan kegembiraan dan ketegangan. Adakah Tuan yang lebih baik daripada Yesus? Mungkinkah ada karunia yang lebih besar daripada kehidupan kekal? Bisakah kita membayangkan pemeliharaan yang lebih baik daripada sarana-sarana anugerah yang diberikan Allah kepada kita? Kemuridan Kristen adalah kehidupan seperti yang dimaksudkan untuk dihidupi dalam dunia yang diporak-porandakan oleh dosa. Jadi, ketika kita mengikut Yesus, “Marilah kita berpegang teguh pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia” (Ibr. 10:23).

Artikel ini merupakan bagian dari koleksi The Basics of Christian Discipleship.


Artikel ini awalnya diterbitkan di Majalah Tabletalk.
Gabriel N.E. Fluhrer
Gabriel N.E. Fluhrer
Dr. Gabriel N.E. Fluhrer adalah pendeta senior di First Presbyterian Church di Chattanooga, Tennessee. Ia adalah editor dari buku Atonement dan Solid Ground dan penulis buku The Beauty of Divine Grace dan Alive: How the Resurrection Changes Everything.