Kemuridan di dalam Keluarga
05 Agustus 2025
Kemuridan di dalam Keluarga
05 Agustus 2025

Mengapa Perjamuan Kudus Merupakan Sarana Anugerah?

Dalam tahun-tahun belakangan terjadi “ledakan” buku dan materi yang mendorong jemaat agar “berpusat pada Injil”. Kita dipanggil untuk menjadi orang tua yang berpusat pada Injil, menulis khotbah-khotbah yang berpusat pada Injil, dan hidup sebagai komunitas yang berpusat pada Injil. Semua ini baik. Namun, bagaimana jemaat mempertahankan salib, kematian Tuhan Yesus yang menebus, di pusat pelayanannya? Syukur bahwa para pendeta tidak perlu menggaruk-garuk kepala atau duduk-duduk mencari ide-ide baru yang inovatif. Tuhan Yesus sendiri telah memberikan instruksi yang jelas.

Duduk bersama murid-murid-Nya untuk terakhir kalinya sebelum Ia ditangkap dan disalibkan, “Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya, dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya, ‘Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu. Lakukanlah ini sebagai peringatan akan Aku’” (Luk. 22:19). “Lakukanlah ini sebagai peringatan akan Aku.” Perjamuan Kudus, hidangan sederhana berupa roti dan anggur, penting bagi ibadah jemaat ketika jemaat mengingat dan merayakan kematian Juru Selamatnya.

Kita telah melihat salah satu berkat dari Perjamuan Kudus, yaitu mengingatkan kita bahwa tubuh Yesus dipecah-pecahkan supaya tubuh kita tidak dipecahkan, dan darah-Nya ditumpahkan supaya darah kita tidak ditumpahkan. Kutuk kematian ditimpakan ke atas-Nya, dan karenanya berkat kehidupan diberikan kepada umat-Nya. Hal ini membuat jelas bahwa merayakan Perjamuan Kudus tidak dapat menambah atau melanjutkan pengorbanan yang terjadi sekali untuk selamanya di Golgota. Seruan Yesus, “Sudah selesai!” bergema dari abad ke abad, dan diberitakan dalam Perjamuan Kudus. Darah-Nya telah ditumpahkan dan tidak perlu ditumpahkan lagi. Pengorbanan-Nya sempurna.

Dengan cara ini Perjamuan Kudus bertindak sebagai firman yang kelihatan. Perjamuan Kudus tidak menghasilkan informasi baru yang tidak dapat kita ketahui dari Alkitab. Sebaliknya, Perjamuan Kudus “mengkhotbahkan” kepada mata, tangan, bibir, dan mulut kita Injil yang sama, tapi dalam bentuk gambar. Ketika saya menulis, putri saya yang berusia dua tahun baru saja kembali dari taman dan mendatangi saya di ruang kerja. Saya bisa saja memberitahu dia bahwa saya mengasihinya. Lalu, saya bisa saja mengangkatnya, memberikan pelukan hangat, dan mencium pipinya. Apakah yang ditambahkan oleh pelukan dan ciuman itu? Dalam satu arti, hal-hal itu tidak menambahkan informasi baru apa pun, tetapi menguatkan dan meneguhkan perkataan yang saya sampaikan. Begitu pula dengan Perjamuan Kudus. Itu adalah pemberian anugerah Allah bagi kita, yang menegaskan berita salib. Sebagaimana dinyatakan oleh Pertanyaan dan Jawaban 75 dari Katekismus Heidelberg, “Sama pastinya dengan saya melihat dengan mata kepala saya sendiri roti Tuhan dipecah-pecahkan bagi saya dan cawan dibagikan kepada saya, begitu juga pastinya tubuh-Nya diserahkan dan dipecah-pecahkan bagi saya serta darah-Nya dicurahkan bagi saya di kayu salib.”

Akan tetapi, ada lebih banyak hal yang dapat kita katakan ketika kita berusaha memahami bagaimana Perjamuan Kudus merupakan sarana anugerah. Perjamuan Kudus bukan sekadar alat bantu visual. Lagipula, Pendeta tidak sekadar berdiri di depan jemaat dan menunjuk pada roti yang dipecah-pecahkan dan cawan berisi anggur. Tidak, kita mengambil unsur-unsur itu dan mengonsumsinya, yaitu memasukkannya ke dalam tubuh kita. Bagi mata pengamat, sepertinya kita sedang berbagi makanan yang sederhana. Sesungguhnya, memikirkan Perjamuan Kudus sebagai makanan menolong kita melihat alasan kedua mengapa Perjamuan Kudus merupakan sarana anugerah bagi jemaat Allah, yaitu Perjamuan Kudus merupakan pemberian makanan secara rohani, di mana kita menerima Kristus sendiri. Kita tidak hanya makan bersama Kristus, tetapi kita “memakan” Dia.

Semua orang percaya memiliki, boleh dikatakan, dua “kehidupan”. Kita memiliki tubuh jasmani, yang dalam kebaikan-Nya, Allah kuatkan melalui makanan fisik. Besar kemungkinan Anda telah makan roti hari ini, bahkan mungkin minum segelas anggur. Keduanya akan menguatkan tubuh Anda. Kita juga memiliki kehidupan rohani. Ketika kita menerima Perjamuan Kudus sebagai orang percaya, kita diberi makan secara rohani. Meski roti dan anggur tetaplah roti dan anggur, tidak berubah menjadi tubuh dan darah Kristus, Paulus masih berbicara tentang perjamuan itu sebagai “partisipasi” dalam tubuh dan darah Kristus. Dalam terjemahan Alkitab bahasa Inggris yang lama, kita menemukan kata “persekutuan/komuni”, bukan partisipasi, sehingga nama umum kedua untuk Perjamuan Kudus adalah “Komuni Suci”. Ayat 1 Korintus 10:16 adalah ayat kunci: “Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah partisipasi (LAI: persekutuan) dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah partisipasi (LAI: persekutuan) dengan tubuh Kristus?”

Jelas ada misteri di sini. Namun, entah bagaimana, oleh kuasa Roh Kudus yang misterius, ketika kita makan dan minum roti dan anggur biasa, maka dengan iman kita menerima Kristus dan dikuatkan dalam kesatuan kita dengan-Nya. Itu bukan sekadar pengingat anugerah, melainkan sebuah pemberian anugerah yang baru. Kita datang dengan tangan kosong—tidak ada gereja yang meminta bayaran untuk roti dan anggur—dan sekali lagi menerima Kristus, sebagaimana kita menerima-Nya melalui Firman yang dikhotbahkan sebelumnya di dalam kebaktian. Pemahaman ini menolong mengalihkan fokus kita secara halus: Perjamuan Kudus, pertama-tama, adalah waktu ketika Kristus datang kembali kepada kita dalam anugerah sebelum tiba waktunya kita berusaha sebaik mungkin mengingat Dia dengan penuh hormat. Arah yang utama adalah dari surga ke bumi, bukan bumi ke surga. Ini adalah sebuah pergerakan anugerah yang lain.

Artikel ini merupakan bagian dari koleksi The Basics of Christian Discipleship.


Artikel ini awalnya diterbitkan di Majalah Tabletalk.
Jonty Rhodes
Jonty Rhodes
Pdt. Jonty Rhodes adalah pendeta di Christ Church Central Leeds (IPC) di Leeds, Inggris. Ia adalah penulis dari beberapa buku, termasuk Covenants Made Simple, Man of Sorrows, King of Glory, dan Reformed Worship.