Bagaimana Cara Membaca Kitab-Kitab Injil
24 Juni 2025
Bagaimana Cara Membaca Kitab-Kitab Injil
24 Juni 2025

Apa Itu Hermeneutika?

“Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang secara tepat menjelaskan perkataan kebenaran itu” (2Tim. 2:15). Kata-kata dari Rasul Paulus ini kepada anak didiknya, Timotius, mengingatkan kita akan tanggung jawab kita untuk menafsirkan Firman Allah dengan benar. Bagaimanapun, Allah telah berbicara kepada kita melalui Firman-Nya, dan sangat penting bagi kita untuk memahami apa yang Dia katakan. Inilah sebabnya mengapa kita membutuhkan hermeneutika yang sehat.

Hermeneutika adalah ilmu dan seni penafsiran Alkitab. Ini adalah sebuah ilmu karena ada aturan untuk menafsirkan Kitab Suci, sama seperti ada aturan untuk mengemudikan sebuah mobil. Jika Anda tidak mengetahui aturannya, Anda tidak akan tahu bagaimana mengemudikan mobil dengan benar. Namun, lebih dari sekadar mengetahui prinsipnya, Anda juga harus tahu kapan menerapkannya. Karena itu, hermeneutika juga dapat dengan tepat disebut sebagai sebuah seni. Mengingat Kitab Suci tidaklah monolitik karena berisi berbagai genre dan ditulis dalam kurun waktu yang sangat panjang, oleh banyak penulis, dalam bahasa-bahasa yang berbeda, maka diperlukan pengertian untuk mengetahui aturan penafsiran mana yang harus diterapkan pada suatu teks tertentu untuk menemukan makna yang dimaksudkannya. Pada akhirnya, inilah tujuan dari hermeneutika: untuk memahami bagaimana menafsirkan suatu teks untuk menemukan makna yang dimaksudkannya.

Perhatian utama ketika menafsirkan Alkitab adalah menemukan makna yang dimaksudkan oleh penulisnya. Salah satu pendekatan yang terlalu umum dalam mempelajari Alkitab adalah dengan membaca teks dan kemudian bertanya, “Apa arti teks ini bagi saya?” Meskipun berupaya untuk menerapkan teks ke dalam kehidupan seseorang itu penting, pertanyaan ini tidak boleh menjadi pertanyaan pertama yang kita ajukan kepada Kitab Suci. Sebaliknya, pertanyaan pertama yang harus kita ajukan adalah, “Apa yang ingin disampaikan oleh si penulis?” Melewatkan pertanyaan ini dapat menyebabkan kesalahpahaman dan penerapan yang keliru dari teks tersebut. Berikut ini adalah beberapa konsep dasar hermeneutika yang akan menolong ketika kita mencari makna yang dimaksudkan oleh si penulis dalam suatu teks Kitab Suci. 1

Metode Historis-Gramatikal

Secara historis, banyak orang Kristen ortodoks, termasuk mereka yang berada dalam tradisi Reformed, telah menggunakan apa yang disebut sebagai metode historis-gramatikal untuk menemukan maksud penulis dalam Kitab Suci. Metode ini berakar pada aliran penafsiran Antiokhia kuno, banyak digunakan selama Reformasi, dan terus digunakan secara luas di dalam gereja pada masa kini. Metode ini berfokus pada konteks historis dan bentuk gramatika dari teks Alkitab.

Mengenai konteks historis, pembaca seharusnya mengajukan pertanyaan seperti: Siapa penulisnya? Siapa pendengar orisinilnya? Apakah ada alusi budaya dalam teks yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut? Memperhatikan bentuk gramatika melibatkan studi tentang arti kata, memahami hubungan sintaksis, dan mengenali konstruksi sastra dari teks tersebut. Mempelajari hal-hal ini akan membantu penafsir bukan hanya memahami suatu bagian tertentu melainkan juga menanyakan bagaimana perikop tersebut secara kontekstual berhubungan dengan perikop sebelum atau sesudahnya. Untuk menyimpulkan pentingnya melihat teks dalam latar belakang historis dan gramatikanya yang tepat, kita mungkin dapat berkata bahwa tiga kata yang paling penting untuk diingat ketika menafsirkan Alkitab adalah ini: konteks, konteks, konteks.

Metode historis-gramatikal menekankan penafsiran Kitab Suci menurut makna literalnya. Ungkapan ini sangat membantu selama kita memahami bahwa “literal” bukan berarti mendatarkan sifat literer dari teks tersebut. Karena Kitab Suci adalah literatur/sastra, maka Kitab Suci sering kali menyertakan kiasan, simbolisme, metafora, dan sarana sastra lainnya. Menafsirkan Kitab Suci menurut makna literalnya berarti mengenali dengan tepat sarana-sarana ini dan memahaminya sesuai dengan aturan-aturan umum dari genre sastra teks tersebut. Jadi, ketika Kitab Suci menggunakan simbolisme dalam puisi atau teks nubuat, kita harus menafsirkannya secara simbolis, atau kita melakukan pelanggaran terhadap makna yang dimaksudkan oleh si penulis. 2

Analogi Iman

Karena Alkitab memiliki penulis ilahi dan juga penulis manusia, maka maksud dari sang penulis ilahi juga harus dipertimbangkan. Berdasarkan hal ini, sebuah prinsip dasar hermeneutika adalah analogi iman, atau aturan iman, yang mengatakan bahwa Kitab Suci harus menafsirkan Kitab Suci. Pasal 1 Pengakuan Iman Westminster menjelaskan, “Aturan penafsiran Kitab Suci yang infalibel adalah Kitab Suci itu sendiri: dan oleh karena itu, ketika ada pertanyaan tentang makna yang benar dan sepenuhnya dari bagian manapun dalam Kitab Suci (yang bukannya banyak, tetapi satu), maka harus dicari dan diketahui melalui bagian-bagian lain yang berbicara dengan lebih jelas” (1.9).

Lebih dari sekadar mengafirmasi bahwa Kitab Suci hanya memiliki satu makna (makna literal, seperti yang telah didefinisikan di atas), pengakuan iman ini mengakui, seperti yang diakui oleh Alkitab sendiri dalam 2 Petrus 3:16, bahwa ada beberapa bagian dalam Kitab Suci yang lebih sulit untuk dimengerti dibandingkan dengan bagian lainnya. Karena Allah tidak bertentangan dengan diri-Nya sendiri, Firman-Nya pun tidak akan mengandung kontradiksi. Oleh karena itu, ketika ada bagian yang sulit dipahami di dalam Kitab Suci, kita perlu menyertakan bagian-bagian yang lebih jelas dari Kitab Suci sebagai bahan pertimbangan ketika menafsirkannya.

Kristus dalam Seluruh Kitab Suci

Implikasi hermeneutika kedua dari kepenulisan ilahi Kitab Suci adalah bahwa meskipun maksud dari penulis ilahi tidak pernah bertentangan dengan maksud dari penulis manusia, maksud ilahi tersebut dapat melampaui pemahaman penuh dari penulis manusianya. Jadi, ketika Pengakuan Iman Westminster berbicara tentang “makna yang benar dan sepenuhnya dari Kitab Suci,” Pengakuan Iman ini mengakui bahwa wahyu Allah yang kemudian memberikan terang kepada wahyu-Nya yang terdahulu.

Injil Lukas meneguhkan kenyataan ini ketika mencatat pertemuan Yesus yang telah bangkit dengan kedua murid-Nya di jalan menuju Emaus. Lukas mengatakan bahwa “Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab Nabi-nabi” (Luk. 24:27). Hanya beberapa ayat kemudian, ketika Ia menampakkan diri kepada kesebelas Rasul yang tersisa, Yesus membuka pikiran mereka untuk memahami Kitab Suci, yang mencakup “semua yang tertulis tentang Aku dalam Taurat Musa, Nabi-nabi, dan Mazmur” (Luk. 24:44). Rujukan eksplisit terhadap pembagian tiga divisi dalam Alkitab Ibrani ini mengindikasikan Yesus mengklaim bahwa setiap bagian dari Kitab Suci Perjanjian Lama bersaksi tentang Dia. Melalui tipologi yang bertanggung jawab, terutama dengan menelusuri tema dan pola yang telah dijalin oleh penulis ilahi di sepanjang Firman-Nya, kita dapat melihat bagaimana semua jalan di dalam Alkitab mengarah kepada Yesus. 3

Artikel ini merupakan bagian dari koleksi Hermeneutics.

  1. Untuk penjelasan lebih detail tentang hal-hal ini dan prinsip-prinsip hermeneutika lainnya, lihat buku R.C. Sproul Knowing Scripture (Downers Grove, IL: InterVarsity Press, 2016).
  2. Meskipun banyak pertanyaan gramatikal dan historis dapat dijawab dengan memperhatikan detail teks dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang baik, menggunakan alat bantu seperti Alkitab Studi atau buku tafsir yang baik dapat membantu menyoroti detail-detail penting dari teks.
  3. Sebuah sumber yang sangat baik untuk memahami bagaimana mempraktikkan tipologi yang bertanggung jawab dan menangkap tema-tema yang terjalin di sepanjang Kitab Suci adalah buku karangan Dennis Johnson Walking with Jesus through His Word: Discovering Christ in All the Scriptures (Phillipsburg, NJ: P&R Publishing, 2015).

Artikel ini awalnya diterbitkan di Majalah Tabletalk.
Jared Jeter
Jared Jeter
Jared Jeter adalah content curator di Pelayanan Ligonier dan resident adjuct professor di Reformation Bible College di Sanford, Florida.