
3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Kitab Mazmur
24 Mei 2024
3 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Kitab Kidung Agung
29 Mei 20243 Hal yang Perlu Anda Tahu tentang Kitab Pengkhotbah

1. Kitab Pengkhotbah mengingatkan kita bahwa hidup ini singkat
Banyak orang tersandung di awal kitab Pengkhotbah karena mereka tersandung oleh tema yang diumumkan kitab tersebut. Di dalam Alkitab versi KJV (dan terjemahan-terjemahan yang terkait dengannya), temanya diperkenalkan sebagai “Vanity of vanities; all is vanity” (Pkh. 1:1, KJV – “Kesia-siaan dari kesia-siaan; segalanya sia-sia”). Alkitab versi NIV mengatakan sebagai berikut: “Utterly meaningless! Everything is meaningless” (“Sepenuhnya tak berarti! Semuanya tak berarti”). Alkitab versi CSB berkata: “Absolute futility. Everything is futile” (Sama sekali sia-sia. Segalanya sia-sia). Jika segalanya sia-sia atau tak berarti, mengapa kita terus membaca lebih lanjut? Pernyataan tersebut sepertinya bertentangan dengan segala sesuatu yang diajarkan Alkitab mengenai kehidupan.
Akan tetapi, mungkin masalahnya adalah terjemahan dan harapan yang disebabkannya. Kata dalam bahasa Ibrani yang diterjemahkan “sia-sia” (hebel) memiliki arti kesementaraan, ketidakpermanenan, dan cepat berlalu. Yakobus mengangkat pemikiran ini ketika ia berkata, “Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap” (Yak. 4:14). Hal pertama yang perlu kita tahu tentang kitab Pengkhotbah adalah kitab ini mengajarkan kepada kita bahwa hidup kita di dunia ini, di bawah matahari, cepat berlalu.
Hari-hari kita sedikit dan segera akan lenyap. Sebagaimana dikatakan oleh Pengkhotbah, “Generasi yang satu pergi, dan generasi yang lain datang” (Pkh. 1:4). Ide ini ditemukan di sepanjang Alkitab (lihat Mzm. 90:10; 103:15; Yak. 4:14). Kita menemukan ide yang serupa di dalam 2 Korintus 4:18: “Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tidak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tidak kelihatan adalah kekal.” Karena hidup kita singkat, “Apa pun yang dapat dikerjakan tanganmu, kerjakanlah dengan sekuat tenaga” (Pkh. 9:10).
2. Kitab Pengkhotbah mengingatkan kita bahwa kita hidup di dalam dunia yang telah jatuh ke dalam dosa
Hal kedua yang perlu kita tahu tentang kitab Pengkhotbah adalah bahwa kitab ini mengingatkan kita bahwa kita hidup di dalam dunia yang telah jatuh ke dalam dosa. Ketika saya menjadi orang Kristen, sebuah pelayanan paragereja yang telah saya layani selama beberapa waktu memiliki sebuah traktat penginjilan yang menekankan Yohanes 10:10: “Aku datang supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dengan berlimpah-limpah.” Hal ini memberikan di dalam diri saya sebuah harapan akan jalan yang mudah di depan, padahal itu sama sekali bukan arti dari ayat tersebut. Saya harus belajar bahwa meski saya telah diberikan hidup yang baru, dunia ini sendiri belum diciptakan ulang.
Paulus mengajarkan hal yang sama ketika ia berkata, “Sebab seluruh ciptaan telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya, tetapi dalam pengharapan, karena ciptaan itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan dan kemuliaan anak-anak Allah” (Rm. 8:20-21). Kata yang dipakai Paulus yang diterjemahkan dalam Alkitab ESV sebagai “kesia-siaan”, adalah kata yang sama dalam bahasa Yunani yang dipakai di dalam Septuaginta (terjemahan Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani) untuk menerjemahkan kata hebel di dalam kitab Pengkhotbah.
3. Kitab Pengkhotbah mengingatkan kita bahwa kita dapat mengalami sukacita di dunia yang telah jatuh ke dalam dosa ini
Terjemahan kata hebel yang dikutip di atas tidak sepenuhnya salah. Karena kita adalah makhluk fana yang hidup di dalam dunia yang telah tercemar dengan dosa, kegiatan-kegiatan kita terkadang tampak sia-sia. Kesibukan kita bisa tampak tak berarti. Hidup kita bisa terlihat sia-sia. Jika memang hanya inilah yang dikatakan oleh kitab Pengkhotbah, itu benar-benar kitab yang dapat membuat kita tersandung. Maka, kita perlu belajar hal ketiga yang dikatakan oleh kitab Pengkhobah: kita dapat mengalami sukacita bahkan di dunia yang telah jatuh ke dalam dosa ini.
Kitab Pengkhotbah mengatakan dengan jelas bahwa sukacita tidak ditemukan di tempat di mana kita berharap dapat menemukannya. Sukacita tidak ditemukan dalam peristiwa-peristiwa besar atau momen-momen yang berkesan. Sebaliknya, sukacita ditemukan di dalam aspek-aspek kehidupan rutin yang biasa, sederhana, dan berulang: “Tak ada yang lebih baik bagi manusia daripada makan minum dan bersenang-senang dalam jerih payahnya. Aku menyadari bahwa ini pun dari tangan Allah” (Pkh. 2:24). Salomo berulang kali mendorong kita untuk pertama-tama mencari dan mengalami sukacita di dalam aspek-aspek kehidupan yang biasa ini.
Kedua, ia mendesak kita untuk menyadari bahwa semua itu adalah karunia Allah. “Setiap orang dapat makan minum, dan menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya; itulah pemberian Allah” (Pkh. 3:13; lihat juga Pkh. 5:19-20; 8:15; 9:7). Sebagaimana dikatakan oleh Yakobus: “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, turun dari Bapa segala terang. Pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran. Atas kehendak-Nya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh firman kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi anak sulung di antara semua ciptaan-Nya” (Yak. 1:17-18). Sukacita yang Ia berikan di sini merupakan cicipan awal atas sukacita yang akan datang di dalam dunia yang tidak lagi rusak dan kita bukan lagi makhluk yang sementara, tetapi adalah mahluk yang tidak fana.