Bagaimana Yesus Adalah “Terang Dunia”?
22 Juli 2025
Bagaimana Yesus Adalah “Terang Dunia”?
22 Juli 2025

Mengapa Doa Merupakan Sarana Anugerah?

Mengapa doa merupakan sarana anugerah? Ini sebuah pertanyaan yang menarik, sebab Katekismus Kecil Westminster hanya mengatakan bahwa doa merupakan sarana anugerah: “Sarana-sarana lahiriah dan biasa yang melaluinya Kristus menyampaikan kepada kita manfaat-manfaat penebusan adalah ketetapan-ketetapan-Nya, secara khusus Firman, sakramen, dan doa; semuanya dibuat efektif bagi orang pilihan demi keselamatannya” (P&J 88). Namun, mengapa? Untuk memberi jawaban yang tepat bagi pertanyaan ini, kita harus memahami apa artinya “sarana anugerah”.

Para teolog mendefinisikan media gratia, atau sarana anugerah, sebagai saluran yang melaluinya Allah mengerjakan anugerah-Nya ke dalam hati kita. Seperti pipa yang menyalurkan air dari penampungan lokal ke keran di rumah Anda, Allah melimpahkan berkat untuk keselamatan kita menggunakan “sarana-sarana lahiriah dan biasa” sebagaimana dikatakan oleh katekismus. Mungkin kita melihat cara Allah memakai sarana itu paling jelas—dan menolong menjawab pertanyaan kita—dengan mengamati dua sarana pertama yang disebutkan oleh katekismus tersebut, yaitu Firman Allah dan sakramen.

Melalui pemberitaan Firman, Tuhan membawa keselamatan kepada orang percaya ketika Roh-Nya mengaruniakan kepada mereka iman untuk mendengar dan percaya (Rm. 10:17). Ia lalu melanjutkan menggunakan Firman-Nya untuk menguduskan umat-Nya. Sebagaimana dikatakan Paulus kepada para penatua di Efesus, “Sekarang aku menyerahkan kamu kepada Allah dan kepada firman anugerah-Nya yang berkuasa membangun kamu dan menganugerahkan kepada kamu warisan yang ditentukan bagi semua orang yang telah dikuduskan-Nya” (Kis. 20:32; penekanan ditambahkan).

Begitu pula, sakramen Baptisan dan Perjamuan Kudus adalah alat yang dipakai Tuhan untuk membawa secara penuh manfaat keselamatan bagi umat-Nya. Jelas bahwa kita tidak sedang berbicara tentang menerima keselamatan melalui berpartisipasi dalam karya sakramen, seperti yang diajarkan oleh Gereja Katolik Roma. Sebaliknya, melalui iman yang telah dikaruniakan dan pembenaran yang telah kita terima, Tuhan memberikan kepada kita manfaat secara penuh dari keselamatan kita dalam sakramen-sakramen itu. Baptisan kita adalah tanda dan meterai dari pengampunan dosa (Kis. 2:38). Perjamuan Kudus adalah “cawan berkat (LAI: pengucapan syukur)” yang menawarkan kepada kita “persekutuan dengan darah Kristus” dan “roti yang kita pecah-pecahkan”, yaitu “persekutuan dengan tubuh Kristus” (1Kor. 10:16). Anugerah yang menguduskan dan menguatkan dialami melalui sakramen-sakramen.

Beralih kepada doa, kita melihat hal serupa di dalam Alkitab, bahwa itu adalah saluran yang melaluinya Bapa surgawi memberkati kita. Pemazmur berkata,

Pasanglah telinga kepada doaku, ya TUHAN,

dan perhatikanlah suara permohonanku. (Mzm. 86:6)

Seruan hati yang sederhana tetapi dalam ini menunjukkan bahwa pemazmur, sama seperti jawaban katekismus di atas, menganggap doa adalah sarana untuk beroleh anugerah. Namun, kembali ke pertanyaan kita, mengapa doa merupakan sarana anugerah? Sebagai orang Kristen, kita harus dengan penuh keyakinan datang mendekat ke takhta anugerah di mana Kristus, Imam Besar yang penuh simpati kepada kita, duduk, mengetahui bahwa ketika kita berdoa kepada-Nya, Ia akan memberi anugerah waktu kita memerlukannya (Ibr. 4:15-16). Paulus berdoa supaya jemaat  Efesus akan dikuatkan untuk mengenal kasih Allah yang tiada batas (Ef. 3:14-19). Berdoa menyebabkan orang-orang kudus bertumbuh menjadi sebuah komunitas rohani (Kis. 2:42). Doa bagi orang yang tidak percaya dinaikkan supaya Kristus berkenan memberi anugerah keselamatan kepada mereka (Rm. 10:1).

Doa itu sendiri bergantung pada Firman Allah. Dengan menghirup Firman Allah melalui mendengarnya dikhotbahkan atau membaca kebenarannya yang ajaib, kita dipenuhi dengan Roh Allah. Lalu, ketika kita berdoa, kita mengembuskan perkataan Roh dan kehendak Allah kembali kepada Tuhan. Betapa doa sungguh merupakan cara yang ajaib untuk mengalami anugerah!

Artikel ini merupakan bagian dari koleksi The Basics of Christian Discipleship.


Artikel ini awalnya diterbitkan di Majalah Tabletalk.
Barry J. York
Barry J. York
Dr. Barry J. York adalah presiden dan profesor bidang teologi pastoral di Reformed Presbyterian Theological Seminary di Pittsburgh. Ia adalah penulis dari Hitting the Marks.